I Love her???

5.6K 476 44
                                    

Aqu hanya pinjam karakter milik Masashi Kishimoto
Selamat membaca ❤
.
.
.


Kedai kopi, sebagian orang menyebutnya sebagai tempat romantis bagi kalangan remaja. Terkadang tempat pelipur lara bagi mereka yang hanya berniat singgah. Memesan satu cangkir namun merenungi masalahnya berjam-jam. Ada pula gelak tawa dari pengunjung sekitar bercanda bersama teman menghilangkan gundah dunia yang memenuhi memori kepalanya.

Tempat itu di desain minimalis dengan cahaya remang-remang sangat cocok dijadikan sebagai tempat berkencan. Alunan musik slow mengiringi malam panjang. Aroma kopi semerbak mengudara di kedai ini. Manis bercampur pahit, alasan mengapa ia bertemu seseorang disini mungkin kedua rasa itu berada di kehidupannya.

Sudut matanya mengintip ke pergelangan kirinya. Jam tangan Rolex anyar dengan hiasan berlian melingkar elegan di tangan. Namun pusat utamanya bukan itu, jarum panjangnya hampir ke angka 12. Tiga puluh menit dia menunggu santai seseorang yang tak kunjung memperlihatkan siluetnya. Pria bermanik hitam kelam itu masih setia mengharap sebagai pembuktian seberapa layak kualitasnya dinilai apik di mata sang gadis.

Suara decitan pintu terbuka, mata hijau miliknya mengitari sudut ke sudut mencari keberadaan pria yang memaksanya untuk bertemu. Lambaian tangan yang terangkat menjadi isyarat, sepasang kaki jenjang itu dipaksa menuju ke tempat dimana pria itu bersandar santai.

"Ada apa? Katakan keinginanmu? Aku sibuk hari ini" setiap kata ia tekankan. Intonasinya sedikit ditinggikan juga emosinya yang tak bisa ditahan. Bertatap muka setelah sekian lama bukan hanya menyebabkan kecanggungan tetapi juga kemurkaannya yang meledak-ledak.

Tegas dan cerdas, dua kalimat yang menggambarkan gadis di hadapannya ini. Terkadang ada pula kecerewetan yang keluar juga wajah ganasnya jika mengenalnya lebih lama, tapi itulah daya tarik gadisnya. Membuatnya jatuh cinta dan bahkan sangat...sangat mencintainya.

"Ayo kita menikah, Sakura"

Terlalu datar bahkan tak terkesan romantis. Cibiran kesal menyeruak dari bibirnya yang tipis. Ajakan menikah macam apa ini?  Lamarannya dilakukan di kedai kopi, tak ada cincin atau bunga yang mewakili keseriusan sang pria.

Satu alisnya terangkat.
"Aku tidak sedang bercanda Sasuke"

"Aku juga serius Sakura"
Dia bukan orang sembarangan. Kesibukan selalu menyertai kehidupannya karena berurusan dengan pekerjaan. Pertemuan singkat ini pun dapat ia lakukan setelah menyelesaikan kertas-kertas yang bertumpuk dari pada dijadikan pesawat kertas. Tak ada bukti untuk menyeriusi ajakannya menikah, tapi Sasuke benar-benar ingin mempersunting Sakura.

Puluhan bulan ia bergulat dengan perasaan. Menerima lapang dada perjodohan yang dilakukan ayahnya namun wajah Sakura tak sepenuhnya menghilang. Dia menghantui malamnya juga calon buah hati mereka yang telah tiada.

"Apa perlu ku beberkan kembali rencana-rencana picik yang ayahmu perbuat padaku juga terhadap bayiku? Kita tak bisa kembali Sasuke"
Ada rasa pasrah dari kalimat terakhirnya. Semenjak Sasuke memutuskan meninggalkannya, dia berusaha bangkit dari keterpurukan. Bahkan meja kedai ini saja tak cukup bila membeberkan kebusukan ayah Sasuke terhadap dirinya. Segala cara telah mereka coba hingga kabur dan tinggal bersama di luar negeri, kemudian berkat Tuhan datang menitipkan embrio di dalam kandungannya. Cukup satu minggu kebahagiaan itu berlangsung, Fugaku murka merusaknya menyingkirkan penerus juga ibunya. Beruntung Sakura selamat tetapi bayi mereka sekarat dan merenggang nyawa.

Bukan buaian manis yang Sakura dapat juga rengkuhan hangat tangisannya, Sasuke pergi meninggalkannya dengan sepucuk surat.

"Kita pergi dan kita menikah besok" tegasnya yakin.

Square (Empat Garis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang