8. Keraguan

214 31 6
                                    

"Astaga, kalian tiga hari ga ada interaksi sama sekali? Harin please, lo tinggal sama cowok, bukan sama kucing. Bahkan tinggal sama kucing aja ada interaksinya", begitulah reaksi Paula setelah mendengar cerita Harin.

"Ya habis.. gue ga ngerti harus gimana. Taeyong juga keknya masih kesel sama gue"

Paula menyipitkan matanya dan menatap Harin dengan tajam, "Sama berarti, gue juga kesel sama lo"

"Kok lo ngomong gitu sih?!"

Paula menarik kursinya agar lebih dekat dengan Harin kemudian menempelkan kedua telapak tangannya di pipi Harin. "Denger ya Harinku yang cantik dan aku sayangi. Pertama, menurut gue Taeyong ga ada salahnya ngomong kek gitu ke lo. Sepertinya dia cuma khawatir dan takut lo kenapa-napa lagi. Kedua, lo tau sendiri kan gue sama Lucas juga menentang kalo lo deket lagi sama Kak Jaehyun, padahal kami berdua lebih tahu tentang dia. Apalagi Taeyong? Yang notabene cuma tau Kak Jaehyun dari cerita. Mungkin kalo lo masih ada pembelaan ke Kak Jaehyun, ga harus pake emosi juga kemarin ngomong ke Taeyongnya. Jadi kesimpulan gue dan sorry to say nih, di sini lo yang agak berlebihan, Harin"

Harin tertunduk lesu setelah Paula melepaskan tangannya. "Sebenernya gue juga ngerasa agak bersalah sih. Keknya ada beberapa kata gue yang nyakitin dia"

"Nah! Baguslah lo sadar. Berarti lo masih manusia. Sekarang lo udah tau kan harus ngapain?"

"Minta maaf?"

"Hmm... keknya terlalu simpel. Berhubung bentar lagi jam makan siang gimana kalo lo nganter makan buat dia?"

"Hah? Gila ya? Paw, selama ini gue bahkan ga tau studio dia ada di mana"

"Lo lupa gue punya kontak Ten? Gue bisa minta dia shareloc. Itupun kalo lo mau sih. Kalo lo mau minta maaf biasa ya silahkan, tapi kalo gue tetep prefer nganter makan siang sih. Lebih tulus aja gitu kesannya"

Harin terdiam sambil mempertimbangkan saran sahabatnya itu.

"Jangan-jangan lo gengsi ya? Girl, ini bukan saatnya mikirin gengsi. Ini perkara yang salah berarti ya harus minta maaf dul-"

"Cepet chat Ten dan minta alamat studionya!"

Paula tersenyum lebar lalu meraih HPnya. Yass, that's my girl!

Di studio Taeyong.

Ten sudah mengelilingi lobby dan sekitarnya tapi masih tidak menemukan Harin. Ten merasa bersalah karena tidak mengangkat telpon dan chat Harin yang mengatakan bahwa dia tersesat. Dia sudah mencoba menghubungi Harin tetapi tidak ada jawaban.

Apa dia udah di sana ya?

Ten tersenyum lega melihat Harin sudah berdiri di depan ruangan Taeyong. Dia memanggil Harin dan gadis itu perlahan mendekatinya.

"Syukurlah lo udah nemu ruangannya. Sorry tadi lagi ngurus kerjaan, jadi ga sempet bales-". Ten berhenti dan bingung karena tiba-tiba harin menyodorkan sebuah paper bag kepadanya. Eh?

"Tolong berikan ke Taeyong dan jangan bilang itu dari gue atau bilang kalo gue ke sini. Makasih dan sampai jumpa!", kata Harin datar kemudian meninggalkan Ten.

Ten melihat paper bag itu dan Harin secara bergantian kemudian mengejarnya.

"Harin, bentar!", Ten refleks memegang tangan Harin untuk menghentikannya. "Kenapa ga lo sendiri yang ngasih?"

"Gue ga bisa. A-ada urusan mendadak", Harin melepas paksa tangannya dari genggaman Ten. "Please, I gotta go"

Kali ini Ten membiarkan Harin pergi meninggalkannya yang penuh dengan tanda tanya. Dia terus menatap Harin yang perlahan menghilang dari pandangannya. Hadeeh, kenapa lagi ya mereka??

End to StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang