9. "Tidak seperti yang ku kenal"

150 26 1
                                    

tinunit...

Suara khas tanda pintu terbuka membuat Taeyong terbangun dari sofa dan memposisikan dirinya duduk bersantai sambil menonton televisi. Padahal, sebenarnya yang dilakukannya dari tadi hanya berbaring di sofa sambil menunggu Harin pulang. Dia tidak sabar menanyakan tentang makan siang yang tadi dikirim Harin. Berkali-kali dia hendak mengirim pesan kepada Harin untuk menanyakan kapan gadis itu akan pulang tapi berkali-kali juga dia menghapus ketikan dan mengurungkan niatnya. Tapi yang terpenting sekarang adalah Harin sudah pulang.

Bola mata Taeyong bergerak mengikuti Harin yang masuk tanpa sepatah kata apapun, melewatinya begitu saja, dan berjalan ke arah tangga.

Emang gue ga kasat mata apa?

Taeyong berdeham keras-keras agar Harin memperhatikannya. "EHM... Harin?"

Harin menghentikan langkahnya di tangga dan menoleh ke sumber suara.

"Bisa bicara sebentar? Gue pengen bahas tentang..."

Harin masih terdiam sambil menatap Taeyong. Menunggu Taeyong melanjutkan kata-katanya.

"Hotel. I-ini tentang hotel", sahut Taeyong kikuk.

"Oke", balas Harin datar kemudian berbalik menghampiri Taeyong.

Taeyong bergumam dalam hati. Sial padahal gue ga ada rencana bahas hotel sekarang.

Itu tadi hanya spontanitasnya karena Harin terlihat tidak akan menyinggung atau mengatakan apapun tentang makan siang. Apakah dia hanya malu lalu bertindak seolah tidak terjadi apa-apa? Entalah. Yang jelas Harin saat ini sudah duduk bersila di depannya. Siap mendengarkan perihal hotel yang akan dijelaskannya.

Taeyong hendak turun dari sofa menyesuaikan Harin yang duduk di bawah dan saat itu juga dia mencondongkan tubuhnya ke depan, membuat Harin refleks bertindak sebaliknya. Taeyong mengendus baju tebal Harin yang beraroma seperti soju?

"Lo habis minum?"

Harin mengangguk. "Ga banyak dan gue masih bisa berpikir jernih. Jadi cepat katakan apa yang pengen lo bahas!"

Taeyong ragu, terlebih sikap Harin tidak seperti biasanya. Apakah ini karena pengaruh alkohol?

"Kita bahas besok aja kalau gitu. Gue ga keburu kok. Lagian besok juga weekend. Sekarang lo istira-"

"Gue bilang gue masih sadar. Cepet. Jelasin. Sekarang!"

Taeyong semakin ragu. Jelas-jelas ini bukan Harin. Bukan Harin yang ramah dan banyak bicara seperti yang dia kenal selama ini.

Harin berdecak karena Taeyong malah diam saja dan hanya memandanginya. "Ck! Taeyong ssi??Silahkan dimulai!", nadanya lembut tapi mendesak.

Terpaksa, Taeyong mulai menjelaskan perihal Hotel dari awal dan apa saja yang perlu Harin ketahui. Harin juga mencatat beberapa poin penting yang dikatakan Taeyong di secuil kertas yang didapatnya entah dari mana tapi Taeyong merasa lega melihatnya. Syukurlah gadis itu benar-benar masih sadar.

-----

"Sementara, itu dulu sih. Sisanya nanti sambil jalan aja". Taeyong kemudian mengambil HPnya dan mengirimkan dua nomor telepon kepada Harin. "Lo masih inget dua orang yang ngangkut barang lo malem itu?"

Harin mengangguk sambil menyimpan nomor-nomor itu di kontaknya.

"Mereka Ayah dan anak. Panggil saja Paman Kim dan Jungwoo. Paman Kim adalah orang yang ngasuh gue sejak kecil dan gue udah anggap beliau seperti paman gue sendiri. Beliau juga yang bantuin ngawasin apartment ini dan memastikan kalo ga ada keluarga gue maupun orang-orang suruhan mereka yang berani mendekat atau dateng ke sini. Nah, kalau Jungwoo, sekarang dia kerja di kantor hotel. Kalo paman Kim lebih ke asisten pribadi gue di luar, Jungwoo ini asisten gue di hotel. Dia jugalah yang selama ini mengawasi perkembangan dan bikin laporan hotel selama gue tinggal pergi. Sekarang lo udah punya kontak mereka dan silahkan hubungi mereka kalo ada sesuatu yang lo butuhkan atau lo ingin tanyakan terkait apartment maupun hotel. Lo juga bisa minta bantuan Paman Kim buat antar-jemput, in case lo masih takut kalau ketemu lagi sa-ma Jae-hyun?"

End to StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang