「 Lean On Me 」

294 26 7
                                    

Walaupun kita tak tahu kapan kita akan berakhir
Walaupun kita tak bisa mengerti satu sama lain karena satu hal yang terjadi
Bersandarlah padaku

Lean On Me, SEVENTEEN

•••

Sinb terbangun ditengah malam, matanya kini mulai melirik jam dinding yang masih menunjukan pukul 02.15 pagi. Tenggorokannya kering sekali membuat dirinya terpaksa harus bangun dari mimpi indahnya. Tubuhnya mulai ia tegakan, kemudian ia mulai menghadap nakas disebelah ranjangnya. Jiwa malasnya seketika keluar ketika mendapati tempat minum miliknya kosong tanpa air setetespun, terpaksa ia harus menuruni tangga menuju dapur. Ia mulai menggunakan sandal rumahannya dan dengan langkah gontai Sinb keluar kamarnya sembari membawa botol minum, kemudian menuruni anak tangga dengan perlahan.

Matanya masih sulit untuk terbuka lebar, sepanjang jalan hanya menguap saja yang ia lakukan. Namun langkahnya mulai terhenti ketika mendapati suara yang begitu menakutkan bagi indra pendengarannya, suara sang ibu yang berteriak dan benda yang pecah.

"KAU BERSELINGKUH DIBELAKANGKU BUKAN?!"

"APA KATAMU!? BERSELINGKUH? YANG BENAR SAJA! AKU KERJA BANTING TULANG UNTUK MENAFKAHIMU! SEDANGKAN KAU DILUAR SANA FOYA-FOYA!"

"JANGAN MENGALIHKAN PEMBICARAAN! KAU HANYA MENCARI KESALAHAN KU AGAR KAU TAK TERPOJOKAN! IYAKAN!?"

plakk

Sebuah tamparan kembali Sinb dengar. Kini tubuhnya jatuh terduduk kelantai, kedua tangannya terus mencoba menutupi kedua telinga yang sedari tadi selalu menangkap jelas suara tersebut.

Sinb mulai berlari, membuka pintu utama rumahnya secara paksa, meninggalkan botol yang tadi ia genggam jatuh kelantai. Pagi ini, tanpa ada ketakutan yang menderu dirinya Sinb berjalan dalam suasana keheningan dengan isak tangis yang ia keluarkan sedari tadi. Hanya tatapan kosong yang ia perlihatkan selama perjalanan, untung saja tak ada orang yang melihatnya jadi setidaknya ia tidak akan disangka hantu yang berjalan menakut-nakuti.

___

Sesampainya Sinb ditempat tujuannya, tangannya kini mulai menggapai bel apartemen didepannya tersebut.

Satu kali Sinb membunyikan bel apartemen tersebut namun pintu masih belum terbuka.

Dua kali Sinb membunyikan bel dan hasilnya tetap sama, pintu masih tertutup.

Dan pada suara bel terakhirーketigaーSinb langsung menubrukan tubuhnya pada tubuh tagap laki-laki yang kini merengkuhnya erat sambil merapalkan sebuah kata menenangkan. Tubuh Sinbi bergetar hebat, mungkin saja kaus yang digunakan lelaki tersebut sudah basah oleh air matanya.

"Jung aku mendengar eomma dan appa bertengkar lagi hiks.." ucap Sinb sesenggukan, mengeratkan jari tangannya untuk memegang ujung kaus yang digunakan Jungkook.

"Ssttt jangan menangis lagi sayang sekarang sudah ada aku disini," bisik Jungkook mengelus lembut rambut panjang Sinb. "Ayo masuk dulu," katanya yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Sinb didalam dekapannya, namun tetap saja Sinb tak mau melepaskan pelukannya dari Jungkook barang sedikitpun.

Jungkook dan Sinb berjalan memasuki kamar apartemen, kemudian mereka mulai berbaring, tentu saja dengan keduanya yang saling mendekap.

"Coba ceritakan," lirih Jungkook mengecup singkat kening Sinb.

Isakan Sinb kini mulai mereda. "Aku mendengar pertengkaran mereka," jelasnya membuat Jungkook mengangguk.

"Bukankah aku sudah bilang, kau seharusnya tidur bersamaku saja disini."

"Tapi aku kangen rumah Jung."

Jungkook mengangguk mengerti. "Yasudah, yang terpenting sekarang kau sudah bersamaku. Tidurlah, aku akan menyanyikan lagu kesukaanmu," ucapnya membuat Sinb mengangguk patuh.

Mata Sinb memejam ketika Jungkook mulai menyanyikan lagu dari Justin bieber - Nothing like us.

Setelah dirasa Sinb sudah terlelap, Jungkook mengecup puncak kepala Sinb.

Chu~

Kemudian kening,

Chu~

Kemudian ujung hidung runcingnya,

Chu~

Dan terakhir bibir tipis berwarna cherry miliknya.

Chu~

"Selamat tidur," bisiknya kemudian ikut menyusul Sinb kedalam mimpi.

Satu hal yang Jungkook tahu, dirumah Sinb saat ini kosong tak ada siapapun. Ibu Sinb mati tertusuk karena ditikam oleh sang ayah, dan Ayah Sinb mati bunuh diri dengan pistolnya setelah menikam sang istri. Semua kejadian tersebut sudah terlewati selama 13 tahun. Dan Jungkook tau, Sinb memiliki trauma yang tak dapat ia hilangkan sendiri.

•••

Saling menggenggam tangan saat kita melalui waktu sulit

Saling menggenggam tangan saat kita melalui waktu sulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Moment Of Remember [Taerin & Sinkook] || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang