Prolog

1.5K 107 12
                                    

Malam yang indah, dengan berbagai bintang yang bertaburan di langit sana. Satu sosok itu menata langit dengan penuh damba, mengharapkan sesuatu. Menegadahkan kepalanya agar bisa melihat satu benda angkasa yang bersinar terang, menerangi malam tersebut. Satu tetes air yang turun dari langit indah itu mengenai wajahnya di susul dengan tetes tetes air yang begitu banyak, bersamaan dengan satu tetes air yang muncul dari kelopak matanya.

Sosok itu menangis kala mengingat apa saja yang sudah terjadi pada hidupnya. Dua puluh taun dia hidup di dunia, namun tidak ada satupun hal baik yang terjadi padanya. Semuanya merupakan sebuah tragedi, orang yang sangat dia sayangi pergi ke langit sana dan tidak akan kembali. Banyak orang yang dirugikan oleh dirinya, maka dari itu dia memilih jalan tercepat agar bisa menyusul mereka yang sudah pergi ke langit itu.

Berdiri di pinggir gedung berlantai sepuluh saat itu, dia sudah siap dengan segala hal yang akan terjadi saat dia melangkah pada tempat hampa di depannya. Dirinya ingin mengakhiri semua hal yang terjadi pada hidupnya agar saudaranya itu tidak pernah lagi merasa kesusahan karena sosoknya.

Namun, sebelum dirinya mengambil langkah terakhir suara pintu yang dibanting keras masuk ke pendengarannya. Melirik sosok yang baru saja masuk dan menganggu apa yang akan dia lakukan. Sosok di hadapannya, raut wajah yang biasanya selalu dingin itu kini memasang ekspresi yang begitu rumit, mata kuning cerah itu menatapnya dengan penuh khawatir.

"Wei Ying" panggilnya mencoba mendekati sosok yang sedang berdiri di pinggiran gedung itu.

"Kenapa kau kemari?" balasnya dengan suara dingin.

"Wei Ying" panggilnya kembali.

Sosok itu tersenyum padanya, senyuman yang sangat dia benci, senyuman yang penuh dengan kesedihan, bukan senyuman cerah yang selalu dia berikan. Dia ingin merengkuh sosok itu, membawa nya kepelukan hangat dia, menjaganya dan melindunginya.

"Wei Ying, ikutlah aku pulang ke Gusu" ucapnya dengan penuh harapan. Namun kembali, dia hanya mendapatkan senyuman yang sama.

Hujan itu menutupi air matanya yang mengalir tanpa henti, bahkan saat dia ingin kembali sekalipun orang-orang sangat suka menyulitkannya.

"Lan Zhan" panggilnya dengan suara yang begitu parau. "Tolong, biarkan aku kembali, biarkan aku pulang dengan tenang" lanjutnya dengan menatap manik emas itu, tersenyum untuk terakhir kalinya pada sosok di hadapannya sebelum dirinya melangkah untuk kembali pada langit.

"WEI YING!" teriaknya berlari mencoba menangkap tubuh yang terjun dengan bebas itu.

Tangan hangatnya berhasil menangkap tangan yang begitu dingin itu, tangan hangat itu berusaha untuk menarik tubuh itu kembali pada pelukannya. Tetapi satu kalimat yang dia ucapkan padanya mengakhir semuanya.

"Tolong, Lan Zhan" ucapnya dengan suara parau sambil menatap sosok di hadapannya dengan air mata yang berderai "Bantu aku meringankan bebanku".

Tanpa sanggup menahan kembali tubuh itu, pautan tangan yang sejak tadi dia pertahankan terlepas, membuat sosok yang begitu dia cintai jatuh kedasar jalan keras di bawah sana. Tubuh itu, tubuh dari sosok yang dia cintai, terbujur kaku di jalannya yang begitu dingin, dengan bersimbah darah.

Tanpa menunggu lama lagi, semua orang mulai mengurubungi tubuh itu. Memanggi ambulan dan mengatakan bahwa baru saja ada seseorang yang melakukan bunuh diri dengan loncat dari gedung apartemen lantai sepuluh.

Sosok yang baru saja melihat secara langsung bagaimana tubuh itu menghantam jalanan dengan kerasnya, terdiam tidak berdaya, menyesali kebodohannya yang melepaskan tangan itu. Mengambil benda persegi yang ada di saku mantelnya, kemudian menekan satu nomor untuk menghubungi seseorang.

Together with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang