One Day With You

77 10 28
                                    

"Maaf, sebenarnya saya berat mengatakan ini. Anak ibu mengidap penyakit ataxia." Terlihat seorang pria berjas putih menghela napas panjang. Tangannya memegang sebuah amplop putih, dia duduk sambil menyandarkan tubuh rentanya.

Ataxia adalah penyakit langka berupa gangguan keseimbangan atau koordinasi, dapat disebabkan karena kerusakan otak, saraf, atau otot.

Tangisan mulai menggema di ruangan ini, sepasang suami istri harus menerima kenyataan yang awalnya mereka kira, tak akan sepahit ini. Sejenak, mereka bungkam. Hanya suara air conditioner yang terdengar mengiringi tangisan Anita.

Sebisa mungkin, Bagas tak terlihat menangis di depan Anita. Dia hanya mengembuskan napas berat berkali-kali sambil mengusap punggung kecil Anita untuk menenangkannya.

"Terima kasih, Dok. Kami pamit," ujar Bagas mengakhiri pertemuan dengan dokter Heru. Mereka pulang dengan berat hati, membawa kabar yang sangat menyesakkan dada. Entahlah, mereka juga tidak tahu bagaimana nanti mengatakan hal ini kepada putri kecil mereka.

Mobil Bagas berhenti tepat di halaman luas rumahnya, mereka turun dari mobil dengan keadaan lesu, mata memerah, dan jejak air mata pun masih cukup terlihat di sudut mata Anita.

"Mama! Papa! Udah pulang, ya!?" Seorang gadis tiba-tiba dari dalam rumah, cukup membuat Anita dan Bagas sedikit terkejut. Mereka berdua segera menyunggingkan senyum terbaik mereka. Mereka tak ingin terlihat murung untuk saat ini.

"Iya, Dek. Mama dan Papa barusan pulang." Anita menatap anaknya yang kini memeluk tubuhnya dan sang suami erat. "Kangen," gumamnya.

Anita dan Bagas terkekeh, tangan mereka membelai rambut putri kecilnya. Cukup rumit untuk mengungkapkan ini semua, mereka takut anaknya akan kehilangan semangat jikalau ia mendengar bahwa putri kesayangannya mengidap penyakit mematikan tersebut.

_0o0_

Seorang gadis berbando kelinci kini tengah duduk bersila di atas karpet yang memang tersedia di kamarnya. Tangan kecilnya sibuk mengutak-atik tugas sekolah yang sedari tadi ia untuk dikerjakan. Dia mendesah kesal beberapa kali, pekerjaannya tak kunjung selesai. Kenapa jadi sesulit ini. Tadi dia berpikir akan lebih mudah mengerjakannya sendirian. Nyatanya, membuat rambut rontok, membuatnya ingin menggaruk lemari, menggerogoti pintu, melempar planet Yupiter ke bumi. Lebay.

"Kapan selesainya sih?" gerutunya perlahan. Merasa pekerjaan beratnya ini tak akan selesai, dia pun menyudahinya. Mungkin membaringkan tubuhnya sejenak tak apa.

Kedua mata gadis ini mulai tertutup, semilir angin yang masuk melalui jendela kamar, mampu membuatnya nyaman. Nyaman sekali.

"Hai." Suara itu mampu membuatnya membuka mata dengan cepat, mengerjap beberapa kali. Masih sedikit mencerna suara tersebut. Wait, siapakah yang sekarang berada di kamarnya? Suara itu tampak asing. Tak ada yang tahu jika dia tak membangunkan tubuh dan melihatnya. Tapi, dia terlalu takut hanya untuk melakukan hal itu.

Masih dengan perasaan was-was, gadis ini pun membuka matanya perlahan. Kosong. Dia mengembuskan napas panjang guna menetralisir detak jantungnya yang berdetak kencang. Dia harus bangun, itu yang sekarang ada di pikirannya.

Dengan perlahan dia bangun dari posisinya. Matanya membulat sempurna setelah melihat pemandangan asing di hadapannya.

"Siapa lo? Ngapain di kamar gue? Lo maling, ya." Refleks, gadis bermarga Harahap ini memukul laki-laki yang sekarang memandangnya bingung dengan bantal dan barang-barang di sekitarnya.

"Pergi lo! Maling kurang ajar!"

"Tunggu, saya bukan pencuri," ucap pemuda berpakaian serba putih menghentikan gerakan lawannya.

"Bukan maling? Terus ngapain di kamar gue?" tanya sang gadis. Dia berhenti memukuli pria yang terlihat tidak terganggu sama sekali, dengan muka datarnya mampu membuat siapa saja ingin mencakarnya.

"Kalau saya maling, saya tidak akan berada di sini."

"Oke-oke, mungkin lo bukan maling. Tapi ngapain di kamar gue?"

"Saya malaikat maut." Ucapan laki-laki berwajah datar mampu membuatnya kembali membulatkan mata. Mana ada sih malaikat maut kayak gini.

"Ngayal! Mana ada malaikat maut kasat mata!? Bohong!"






Maaf, sebagian part dihapus untuk kebutuhan penerbitan.
Terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung cerita ini.















Ps. Cerita ini diikut sertakan dalam lomba yang diselenggarakan oleh penuliskece2019
Jangan lupa vote dan komen

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AWAY✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang