ML 7 : Emosi

39 2 0
                                    


Setelah upacara di mulai rarapun mendata anak anak yang sakit, setiap harri senin pagi UKS selalu penuh. Rara sangat jengah sebenarnya, dia harus mencatat nama banyak anak yang sakit padahal sakitnya sama sekali tidak menghawatirkan. Tapi tetap saja namanya juga lagi bertugas, dia mau gak mau harus mau walaupun ujung ujungnya pasti ada pertengkaran antara rara dan pasien, ralat lebih tepatnya rara lah yang mengamuk.

" Nama lo." Tanya rara pada siswi yang ada di depannya.

" Irene ka." Jawab siswi itu santai, bahkan dia seperti tidak sakit. 'Ah, dia rupanya.' Gumam rara dalam hati, mendengar nama irene rara teringat kata kata bara.

"Kelas?." Tanya rara lagi, padahal rara sudah tau dia hanya meyakinkan saja. Siapa tau di sekolahnya ada banyak nama irene.

"11 IPA 5 ka." Jawab siswi itu lagi, dugaan rara memang tak salah. Nama irene ga se populer namanya, nama rara di angkatannya bahkan ada 4 orang.

"Sakit apa lo." Tanya rara judes, rara memang terkenal seperti itu. Maka lawan bicaranya pun ga heran, dan sudah bersiap diri untuk berhadapan dengan seorang zahira.

"Sakit pipis ka." Jawab siswi itu santai, rara hanya melongo karna ucapan cewe di depannya itu.

"Maksud lo ANYANG ANYANGAN?!." Tanya rara dengan suara tinggi, percayalah seluruh umat manusia yang ada di situ mendengar suara rara dengan wajah siaga 1. Tapi yang di bentak hanya tenang sambil menganggukan kepala, seperti tidak akan terjadi apapun.

"Wah, ini gila sih. Lo ke UKS Cuma gara gara itu?, lo pikir UKS apaan." Ujar ipey tak kalah kesalnya mendengar omongan cewek setengahwaras di hadapannya. Rasanya ipey ingin menimpuk siswi ini dengan kotak obat yang berada di tangannya, tapi ipey menyadarkan dirinya karna tak ingin terlibat masalah.

"Keluar lo." Kata rara ketus, tapi siswi itu menggeleng sambil menatap rara.

"Aish sialan, tiap bulan ada aja yang kaya gini anjrit." Eluh rara sambil mengangkat kerah baju siswi itu, seraya membuat siswi itu terpaksa berdiri.

"Lepas ka sakit." Kata siswi itu singkat, dan dengan muka yang tidak getar sedikitpun.

"Lo sakit pipis aja ke UKS, lemah dasar. Berani beraninya ke UKS dengan hal sepele dan ketemu gue setelah lo gosipin gue, lo belum pernah gue hajar?, mau nyobain?." Rara mengucapkan itu dengan penuh penekanan, untuk membuat mangsanya diam tak berkutik.

"UKS tempat orang sakit, sakit pipis juga sakit." Jawab lawan bicaranya dengan nada sedikit bergetar, namun tak menunjukan kegentaran di wajahnya. Percayalah, dia pasti menahannya untuk melindungi harga dirinya.

"heh, lo ga ada otak?. UKS ada buat orang yang sakitnya udah ga bisa di tahan, dan yang sakitnya emang bener bener bikin orang lemes ga bisa bediri terlalu lama. Sakit pipis?, wah gila emang. Kalo ngomongin sakit pips, mungkin di antara manusia manusia di luar juga banyak yang lagi sakit pipis. Mereka bakal ke kamar mandi, atau ngiket jempol kakinya pake karet bukan ke UKS." Terang rara masih dengan emosi yang bergemuruh di dadanya. Gadis di depannya kini hanya diam, merunduk ke bawah karna rasa takut.

"IKUT GUE!." Rarapun menarik dasi gadis itu layaknya hewan peliharaan, dia menggiringnya ke lapangan upacara. Dari kejauhan murid murid sudah banyak berbisik, melihat kedatangan rara dengan mangsanya. Semua mata tertuju padanya, termaksud para guru yang berada di lapangan upacara itu. Untungnya dia pas, kultum bari akan di mulai. Dia pun meminta izin kepada pak ujang untuk memberi dia kesempatan terlebih dulu, pak ujang mengiyakan. Jujur saja pak ujang sebagai kesiswaan merasa terbantu dengan adanya rara, dia jadi tau banyak tentang apa hal yang di lakukan oleh siswanya di lingkup sekolah.

"Perhatian temen temen, maaf mengganggu waktunya. Panas ya?." Tanya rara ramah dengan senyuman yang sulit di artikan.

"Kayanya ga adil gitukan kalo murid panas panasan tapi guru berdiri dengan nyaman, di bawah pohon." Kata rara, berbasa basi. Semua murid pun ber sorak ria karna suara hatinya di wakilkan.

"Kita udah cukup berumur buat bediri di tempat panas, kalo kami sakit kamu mau tanggung jawab." Kata bu ati, dia guru BK satu satunya yang ga suka dengan sikap rara.

"Loh, bukannya gunanya PMR,dokter sekolah dan adanya UKS untuk itu?." Tanya rara sambil tersenyum licik ke arah guru tersebut, guru itu tak lagi menjawab. "Pak ujang, bilangin ke guru guru. UKS bukan Cuma buat murid, tapi guru juga berhak. Maka jangan sungkan buat sakit, asal jangan pura pura sakit dan sakit lebay aja kaya yang di sebelah saya." Jawab rara sambil menarik dasi siswi tersebut.

"Wew kenapa tuchhh.." teriak romongan ali, menyahuti.

"Gini, jadi ada yang ke UKS gara gara sakit pipis. Kira kira obat apa yang pas buat sakit pipis gayss!!." Seru rara sambil menggunakan nada mengejek.

"SURUH MINUM MINYAK KAYU PUTIH KA!." Sorak seorang laki laki yang bedir5 di tengah kelas 10. Di iringi surakkan ramai seluruh peserta upacara, sambil tertawa.

"Boleh juga, GAFA! AMBILIN MINYAK KAYU PUTIH GAF!." Teriak rara pada gafa, yang berdiri agak jauh darinya. Gafa pun berlari ke UKS, menghampiri ipey untuk mengambil minyak kayu putih. Dan memberikannya ke rara. Irene sangat gugup, dan takut. Seumur hidupnya dia belum pernah meminum minyak kayu putih, walaupun beberapa temannya pernah.

"Sini sayang minum dulu, biar anyang anyangannya ilang. Sini sini." Rara menarik tangan irene, lalu memaksa irene meminumnya. Tapi baru saja satu tetes, tangannya sudah di tarik oleh seseorang. Rarapun melihat siapa gerangan yang mengganggu aksinya, yang di tunggu banyak orang tersebut.

"Ikut saya." Ujar lelaki itu menarik lengan rara dengan paksa, rara memberontak tapi tetap ga bisa lepas. Baru saja beberapa meter, ali sudah ada di hadapan laki laki yang sedang menarik tangan Csnya tersebut.

"kalo bapak bawa rara, saya yang bakal lakuin hal itu ke cewe tadi. Dengan cara yang lebih parah." Ancam ali pada guru tersebut.

"SAYA GAK PEDULI!." Mendengar itu bukan hanya ali yang melongo bahkan yang lain pun ikut tercengang. Suasana menjadi tambah panas, dan menegangkan.

MR. LIBRARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang