ML 9 : Pilihan

14 1 0
                                    

Ega berjalan menuju kamar ara, tapi entah kenapa di perjalanan itu hatinya menjadi gelisah. Rasanya tidak enak, entah karna apa dan mengapa, ega seperti tidak siap kembali ke kamar ara, dan akhirnya ega memutuskan untuk pergi ke kantin di sebelah puskesmas  untuk membeli minuman segar. 

Sedangkan di lain tempat...

"Lo tau ga tadi pak ega khawatir banget sama lo, lo sih udah tau ga bisa minum madu ko belinya yang rasa madu." Omel fara.

"Bukan salah gue si nyet, salah si ega tuh gue mau bediri aja ga boleh apa lagi ke warung. akhirnya gue teriak aja ke a bolot, lo tau sendiri a bolot mah jarak (-)1 m aja ga kedenger." Elak ara yang ga mau di salahin.

"Ya lagian kenapa belinya di abolot si." Tanya si ipey gemas.

"Gue duduk di meja depan warung a bolot, ya kali gue teriak ke si teteh buat beli es. kan si teteh mah di ujung." jelas ara, yang lain cuma bisa menghela nafas. karna ara itu bener bener ga peduli, bahkan sama dirinya sendiri.

Fyi, karna kata guru ara itu cenderung otak kiri kalo daritest pisikotes. perbandingannya itu 8:2 ga heran kalo ara bener bener ga peduli, dia cuma peduli apa yang menurut dia udah pasti bener aja. Bahkan itu juga menjadi alasan mengapa ara belum juga punya pacar sampe detik ini, karna kalopun punya hubngan biasanya ara ga peduli sama apa yang di lakuin pacarnya. Bahkan ara sanggup buat ga jawab chat dari pacarnya tersebut, ya pacarnya yang jadi kalang kabut.

Back to topic, pintu kamar rumah sakit pun terbuka, terlihat ega yang tengah berjalan masuk sambil menjijnjing kantong pelastik yang berisi obat. Tiga gadis di ruangan tersebut pun mengarahkan pandangan mereka ke ega, ega yang di perlakukan seperti itu jadi memasang muka heran.

"Berapa pak abisnya?." Tanya ara sambil mengeluarkan dompet, untuk mengambil uang.

"Udah gapapa saya bayarin." Jawab ega, lembut dan menawan.

"Bapak gapapa, saya yang kenapa kenapa. saya ga suka punya utang ke orang." Ujar ara tegas, ya begitulah ara. Akhirnya ega pun menyerah.

"Oke, tapi saya ga mau kamu bales pake uang." Kata kata tersebut sontak membuat tiga gadis di hadapannya saling bertatapan. "Kamu harus mengabulkan 5 permintaan saya." Jawab ega.

"Jin tomang aja 3, ini 5 ga tau diri mah." gumam ara, yang di iringi cekikikan dari fara dan ipey.

"Gimana deal gak?." tanya ega menodong kepastian, ega tau ara ga mungkin menarik perkataan nya untuk membayar karna buat ara stiap perkataan yang ia keluarkan adalah harga dirinya.

"yaudah apa buruan."jawab ara ketus.

"mm.. biar saya mikir dulu, saya ga bakal kasih sekarang." Jawab ega, yang di balas kerlingan mata dari ara. Entah apa yangg di rencanakan ega, tapi ara merasa akan ada sesuatu yang ga beres. dann pasti bakal bikin ara males, dan pusing. Tak lama ali dan antek antek pun datang, sambil membawa tas gadis gadis.

"Araa.. gimana udah mendingan?." tanya ali, ali yang di cap macan di sekolah berubah jadi kucing di depan ara.

"apa sih lo sok imut imut, ga pantes banget." celetuk ara, yamg di iringi tawa dari fara, ipey dan antek antek ali.

"Dih gitu banget, oh iya gue bawa sesuatu. Darma, mana darma." saking banyaknya antek, sulit buat nyari satu orang aja.

"Apa li?." saut anak laki laki yang sangat tinggi itu.

"Tadi gue sama lu patungan itu, barangnya mana." tanya ali 

"Nih, li." kata darmma maju ke samping ali sambil memberikan barang yang di cari ali, sebuah kotak kado berwarna biru kesukaan ara berada di tangan ali.

"ara ini dari ali sama darma, jangan di buang ya." kata ali sambil naro kotak di samping bangkar tidur ara.

"tak pantek sire  ra, sampe di buang mah. mahal itu." ujar darma memberikan warning. pada dasarnya di banding sama ali ara lebih dekat dengan darma, karna darma adalah cowok pertama yang ngajak ara kenalan di sekolahnya tersebut. bahkan sebelum cowok anak kelasnya..

"Iya wih bacot mah, lagian ledeg mah pake bawa bawa hadiah segala." jawab ara malas.

"lo balik kapan?." tanya rizky sala satu antek ali yang satukelas denga ara.

"Pengennya sih sekarang." jawab ara.

"yuk pulang sama gue, gue annter sampe rumah." kata ali mengajak ara untuk pulang bersama. belum sempat arajawam ega langsung menyahut, "Ara pulang sama saya." ujar ega tegas.

"dih, tanya ara aja mau belik sama siapa." Ujar ali penuh percaya diri.  "gimana ra mau balik sama siapa?." lanjut ali. ara yang ga mau ambil pusing pun langsung ngelirik darma.

"dar lo bawa apa ke sini?." tanya ara.

"bawa enmex gue, kenapa mau bareng tah?. kalo mau ayu sekarang sekalian gue mau ngapel ke di dira." Jawab darma, darma ga takut ali marah karna ali ga pernah marah ke darma. karna darma juga masuk katagori orang yang paling menakutkan setelah ali.

"ye.. main gondol aja lu, ijin dulu kek ama gua nih." kata ali ga terima.

"Lah emang lu bokap si ara, pake kudu ijin lu segala." jawab darma aga nyolot.

"Untung temen lu, yaudah sana hati hati. kalo sampe kenapa kenapa lu yang gue gibeng." kata ali memberikan izin. Ega ga bisa apa apa kalo ara sudah memilih.

"Gue balik ya semuanya." ujar ara sambil mencangkekan tas di bahunya. Ara dan darma pun pergi meninggalkan puskesmas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MR. LIBRARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang