ML 8 : Khawatir

28 3 0
                                    

           Ega menarik rara menuju kantin, entah apa yang ega pikirkan. rara meringis kesakitan karna cengkraman tangan yang kuat dari ega. sesampainya di kantin, ega memerintahkan rara untuk duduk di salah satu kursi di dekat pintu kantin tepat di depan warung bang bolot.

"Apaan sih, kenapa juga narik narik. Sakit tau ga!." Keluh rara sewot.

"Kamu yang apa apaan, ngapain kaya gitu ke orang." Jawab ega lebih sewot, ega juga tak mengerti mengapa hati dan otaknya meledak-ledak. 

"Urusannya sama bapak sapa sih, itu tugas saya. saya bagian keamanan di UKS, dari awal udah nada peringatan. kalo mereka ngelanggar, ya konsekuensi harus di tanggung itu mah." terang rara pada ega.

"Ya tapi jangan gitu caranya, itu terlalu berlebihan." jawab ega lebih alus dari sebelumnya, di hati ega merasa tidak nyaman membentak muridnya yang satu ini.

" Loh kok bapak ngatur, yang ketua keamanan UKS saya. pembinanya bu atu, bvapak siapa ngatur ngatur saya." tanya rara menegaskan. "Mang bolot, teh apel satu ya!." teriak rara ke mang bolot, dan di jawab jempol oleh mang bolot.

"Saya emang bukan siapa siapa, tapi saya ga suka kamu bersikap kaya gitu." jawab ega, ega pun bertanya tanya pada dirinya mengapa dia bersikap seperti ini pada rara.

"Saya gak minta bapak buat suka sama saya." jawab rara sakras, rara berdiri mengfambil es teh yang ia pesan di mang bolot. dan kembali duduk di tempatnya, rara mengaduk tehnya dengan sedotan.

"Bapak mending balik sana, guru harus jadi figure yang baik buat muridnya. mana ada guru ninggalin upacara, emang ga cukup apa berdiri di tempat adem." ujar rara mengusir ega, rega pun menghela nafas dan beranjak pergi. Baru ega melangkah beberapa langkah-

'huweekk, huweek'

Suara muntah terdengar, egappun membalikan badan. ega kembali kepada rara, saat ini muka rara pucat pasi. ega sendiri ga paham kenapa tiba tiba rara muntah.

"Madu, madu." ujar rara lemas, sambil menunjuk ke arah minumannya.

"Kamu alergi madu?." tanya ega panik, hanya di jawab anggukan oleh rara. egapun bergegas menggendong rara, dan berlari ke parkiran. di ikuti fara, ipey dan ali cs.

"Pak mau di bawa kemana?." tanya fara, khawatir.

"Puskesmas, alerginya kumat." jawab ega buru buru memasukan rara ke kursi depan, "Ikut aja kalo mau ikut." sambung ega sambilbergegas memasuki mobil, fara dan ipey akhirnya ikut masuk ke mobil wali kelas nya itu. ali cs kembali kesekolah, karna di teriaki pak ujang.

Sesampainya di rumah sakit, rara mendapat penanganan dari dokter. keringat dingin membasahi tubuh rara, tubuh rara begetar, wajah pucat pasi. membuat semua yang melihat khawatir, dokter yang menangani hanya menghela nafas gusar.

"Temen saya ga papa kan dok, baru kali ini alergi tapi sampe kaya gitu." kata ipey memberi tahu dokter.

"Sebenarnya memang alergi, tapi tubuknya seperti ini karna penyakit radang ususnya. sepertinya dia gak tau kalo radang ususnya kumat, mungkin pas pagi tadi sarapan dengan makanan yang di larang ketika kambuh." jawab dokter.

"Tapi murid saya ga papa kan dok?, pantangannya kalau boleh tau apa ya?." tanya ega pada dokter.

"pantangannya, mie instant, sambel, susu kalo susu bolehnya susu fermentasi. sebenernya boleh makan semua pantangan, tapi kalo lagi gak kumat. radang usus ini, penyakit jangka panjang, cenderung sulit di sembuhkan kalaupun bisa ya seiring berjalannya waktu. tergantung pola hidup si pasiennya, beda dengan usus buntu kalau usus buntu dia bisa di oprasi kalau radang usus ga bisa karna berarti usus besarnya harus di angkat." ujar dokter menanggapi.

"Makasih dok informasinya." kata ega pada dokter

"Ini resep buat obatnya, saya permisi." kata dokter sambil berlalu. rarapun membuka matanya, sambil membenarkan posisi bantalnya.

"HEH! tadi pagi lu sarapan apa!." bentak ipey sambil bercacak pinggang.

"Sarapan mie, pake telor, pake sambel. Kenapa gitu?." tanya rara tanpa dosa, fara dan ipey pun memukuli rara.

"Bego dasar lo ga tau apa radang usus lo lagi kumat." ujar fara sebel, karna temennya yang watados.

"Ya mana gue tau emang gue dokter, subuh tadi emang gue boker 1 jam. bab nya cair,perut gue juga rasanya ga nyaman,  gue kira diare jadi gue minum obat diare. " jawab rara santai.

" Untung ada pak ega, bilang makasih tu jangan lupa." tegur fara, pasalnya rara kelewat mandiri jadi jarang di bantu orang dan jarang ngomong terimakasih.

"Iya bacot amat si, orangnya juga ga ada." jawab rara cuek sambil membuka smartphone miliknya.

"Ada, lagi nebus obat." kata ipey, rara pun mengangguk. pnsel rara berdering, Video call dari wahyu.

"Apaan wahyu jelek." 

'Ali nih ga modal, mau VC tapi paket chat hahah.' kepala wahyu pun di keplak dari belakang oleh yang di ejek.

'Ara gapapa?, mau ali di bawain apa.'

"dih ngakak, gue balik ke sekolah kok sans."

'Jangan, awas aja berani balik ke sekolah tak begal.'

"wasale"

'Tenang aja, tas kalian udah di antek antek gue. sntai santai aja okeh.'

"iye, izinin ya li . kasih tau ke anak kelas gue."

'siyap bu boss, udah ko.'

"wokeh tengkyu"

'sam-' panggilan di matikan sepihak oleh rara.

"anjir si ara jahat, ali masih mau ngomong di matiin haha." ujar ipey tertawa di ikuti fara.

"Bacot si, pusing." jawab rara santai, manusia paling santai dan paling garang . kadang sarkastiknya suka di anggap sadis, tapi tetep aja semua orang mau jadi temen rara. ya setidaknya rara ga pernah pake topeng pura pura baik ke orang lain, kalo dia baik berarti emang benerqan lagi baik. simpel kalo marah ya marah kalo sedih ya sedih kalo baik ya baik, ya walaupun banyakan marahnya.


                                                                       ___________________


Hai every one, sorry nih baru update. lagi sibuk banget akhir akhir ini, mohon maklum yaaaaaa!. hope you enjoy it.


MR. LIBRARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang