12

745 57 8
                                    

Sambil menunggu sana bersiap-siap nayeon pun berkeliling di kamar sana, ia menatap bingkai-bingkai foto yang terpajang di lemari sudut sana.

Sana memajang foto sewaktu ia masih kecil, sewaktu remaja bahkan ada foto nayeon, jungyeon dan sana sewaktu mereka duduk di bangku sekolah pertama. Nayeon menarik senyumnya menatap foto tersebut.

"Kami semua pernah terlihat polos seperti ini" lirih nayeon pelan

~~~

"Hyung apa yang kau lakukan semalam disini?"tanya jinyoung

Jinyoung memberikan botol air mineral ke mark

"Buat apa? Aku tak haus jinyoung-aa" ujar mark sambil menoleh ke arah jinyoung

"Aku tak bilang itu untukmu hyung; tolong buka kan untukku, tanganku sedikit licin" ujar jinyoung

Mark mati kutu dengan jawaban jinyoung, pria ini tidak pernah berubah ia tidak memandang bulu jika ingin mengeluarkan kata-kata sakarastiknya.

Setelah membukakan botol minum untuk jinyoung, mark kembali dihujani pertanyaan oleh jinyoung; pertanyaan intimidasi.

"Kau belum menjawab pertanyaanku hyung" ujar jinyoung dingin

"Aku sudah bilang padamu jinyoung-aa semalam perasaan sana tidak enak aku hanya menemaninya sampai perasaannya membaik, tapi justru aku yang kelelahan dan tertidur di ruang tengahnya" ujar mark menjelaskan

"Benarkah? Hanya seperti itu?" Tanya jinyoung penasaran

"Kau ingin aku menjawab aku tidur dengan sepupumu seperti itu? Lalu setelah pamanmu mengetahuinya dia akan membunuhku? Itu mau mu? Jawab mark kesal

"Tidak, aku tidak mengingikan itu; semua itu hanya khayalanmu saja hyunh" jawab jinyoung sekenanya

Mark hanya memutar bola matanya malas, percuma ia berdebat dengan jinyoung hanya menambah beban fikirannya saja.

Setelah sana selesai; mereka berempat pun menuju motor mereka masing-masing. Sana pun melihat ketika nayeon memeluk pinggang jinyoung, ia merasa ada yang aneh dengan jinyoung; karna setaunya sepupunya ini anti sekali dengan namanya perempuan tapi mengapa sangat mudah bagi nayeon memeluknya seerat itu.

"Disana makam ibumu oppa, apa kau ingin pergi bersama?" Tawar sana

"Tidak perlu, kau? Ikut aku" ujar jinyoung menarik tangan nayeon menjauh dari sana dan mark.

Nayeon tampak terkejut kenapa ia harus ikut, kenapa bukan sana saja sepupunya?

~~~

Mark dan sana pun menatap punggung nayeon dan jinyoung menjauh.

"Oppa sebaiknya kita pulang, kau pasti lelah setelah menjagaku semalaman" ujar sana pada mark

"Neee, kajja" ujar mark

Menggenggam lembut tangan sana, mereka berdua pun keluar dari kawasan pemakaman tersebut.

•••

Jinyoung POV

Aku dan nayeon pun melangkahkan kakiku mendekat ke pemakaman ibuku.

Aku mengajak nayeon karna aku membutuhkannya, aku takut jika aku tidak bisa menahan semuanya disana.

Entahlah ini sugesti ku atau memang dia bisa ku andalkan, semenjak nayeon hadir dan masuk ke kehidupanku. Aku bisa mengontrol segalanya di dalam diriku. Aku juga bingung mengapa bisa seperti itu tapi yang pasti aku ingin ia tetap berada disisiku.

Aku pun menunduk memberi hormat di ikuti nayeon di sampingku.

"Apa kabar bu? Maaf aku baru tau semuanya sekarang dan maaf aku baru mengunjungimu; aku sebenarnya masih bingung kenapa kau menutupi semuanya dari aku dan ayah; bukankah kami ini keluargamu? Kenapa kau melakukan itu? Apa kau telah bahagia disana?" Lirihku pelan

My Ice Boy || JinYeon Complete✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang