Part 5

6K 242 15
                                    


Adakah hal yang lebih menyakitkan di banding di tinggal begitu saja saat rencana pernikahan yang sudah terealisasi tiba-tiba batal hanya karena sang kekasih lebih memilih menikahi gadis lain walau hanya dengan alasan balas budi? Dan kini, akulah salah satu orang yang harus menanggung semua itu.

Sakit sekali saat dia, lelaki pujaan yang sangat ku cintai tega membatalkan rencana pernikahan kami hanya karena ingin menyelamatkan harga diri adik angkatnya tanpa memikirkan perasaanku sama sekali. Meski Andra sudah berkali-kali memohon maaf, tetap saja aku sakit dan begitu terluka.

Aku hancur berkeping-keping dan hampir saja berusaha mengakhiri hidup ini jika Papa tidak lebih duluan menghalangi apa yang akan aku lakukan saat itu.

Ayah mana yang tidak akan terluka jika putrinya di perlakukan seperti ini oleh seorang lelaki. Papa sangat geram hingga akhirnya mendatangi keluarga Andra yang bahkan hanya bisa memohon maaf atas apa yang telah terjadi. 

Sebelumnya, Andra juga sempat datang hingga memohon ampunan dariku. Jika saja aku tidak menahan Papa yang begitu marah pada Andra, mungkin Andra sudah mati di tangan Papa. Dan sejak itu, Andra tidak pernah muncul hingga aku depresi dan terus menangisinya.

Ya, semua itu karena aku sangat mencintai Andra. Teringat akan segala perjuangan yang aku lakukan agar bisa bersamanya. Tidak peduli jika aku harus maju duluan untuk memilikinya.

Pertama kali mengenal Andra saat kami sama-sama duduk di bangku SMA. Andra adalah Kakak kelasku di sekolah. Saat itu usia kami terpaut dua tahun. Andra duduk di kelas dua belas, sedangkan aku baru saja duduk di kelas sepuluh.

Di masa itu, Andra menjabat sebagai ketua osis yang cukup popular di sekolah. Bukan hanya karena ketampanannya, tapi karena repotasinya yang baik dan memiliki berbagai prestasi cemerlang di sekolah yang membuat semua guru dan siswa-siswa di sekolah menganguminya.

Saat itu banyak sekali teman-teman di sekolahku yang tertarik pada Andra hingga di antara mereka nekat mengirim surat cinta dan coklat yang hanya di tanggapi Andra dengan senyuman.

Aku sampai heran, entah kenapa Andra tidak pernah menanggapi satupun perhatian dari siswi-siswi di sekolah kami saat itu. Hingga aku sendiri mencari tahu langsung, sedikit kesal karena beranggapan Andra adalah sosok laki-laki yang sok ganteng karena berani menolak semua gadis yang tertarik padanya.

Hingga saat itu aku membuktikannya sendiri, alasan apa yang membuat Andra menolak cinta dari gadis-gadis yang mencoba mendekatinya.

“Kenapa kamu nolak aku? Emang apa kurangnya aku, Ndra? Aku cantik dan juga pintar.” Ujar seorang siswi cantik yang menangis tergugu setelah mendapat penolakan dari Andra.

“Karena kamu cantik dan pintar makanya aku nggak bisa menerima kamu. Kamu kan tahu sekarang aku sudah kelas tiga. Sebentar lagi aku akan menghadapi ujian kelulusan. Nggak ada sedikitpun waktu untuk berpacaran. Asal kamu tahu, aku hanyalah anak angkat di keluargaku. Saat ini, kedua orang tua angkatku sudah berjuang keras hingga aku bisa sekolah. Maka dari itu aku nggak ingin mengecewakan harapan mereka kalau aku pacaran dan sibuk dengan hal lain selain belajar. Aku ingin sukses dulu hingga bisa membuat mereka bangga. Kalau kita pacaran, aku yakin kamu pasti bosan dan akhirnya meminta putus karena waktuku pasti  hanya tersita untuk belajar.”

Aku yang sejak tadi mengintip mereka, begitu terperangah oleh semua jawaban yang keluar dari bibir cowok itu. Hingga akhirnya gadis itu mengangguk mengerti lalu meninggalkan Andra tanpa ada  kebencian sedikitpun.

Diam-diam ada rasa kagum yang menyelinap di hati untuk Andra sejak itu. Apalagi saat Andra menyelamatkanku dari gangguan murid-murid dari sekolah lain yang mencoba melecehkanku saat aku tidak sengaja berjalan kaki sendirian. Dengan gagah, Andra memberi mereka pelajaran hingga keempat murid berandalan itu ketakutan dan pergi.

TERNODA SEBELUM MALAM PERTAMA [Open PO Hingga 14 Juni 2020]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang