Ekstra Part (Open PO)

4.1K 161 36
                                    

#Cuplikan yang ada di novel nanti.

   
   
“Pa, tolong izinkan aku menikahi gadis pilihanku, Pa. aku sudah mewujudkan kemauan Papa. Aku meninggalkan karierku demi menuruti keinginan Papa. Sekarang, aku mohon jangan mencegahku untuk menikahi gadis yang aku cintai.”

Aku memberanikan diri menemui Papa di ruang bacanya. Papa yang saat itu sedang membaca koran, sejenak mengalihkan pandangan ke arahku. Di taruhnya koran yang tadi dibacanya, lalu menatapku dengan tajam.

“Kamu mencintainya?”

“Ya, tentu saja.”

“Lupakan saja gadis itu dan carilah gadis lain.”

Aku menatap Papa dengan pandangan terperangah. “Apa maksud Papa? Kenapa aku harus meninggalkan dia, Pa?! Enggak akan! Aku akan menikahinya karena dia sedang mengandung anakku!”

Papa menatapku dengan pandangan geram. Terlihat urat wajahnya yang menonjol dengan tangannya yang terkepal. “Kalau kamu memang mencintainya, kenapa sepengecut itu meninggalkan gadis itu, hah?! Bahkan kamu tega meninggalkannya saat kamu sudah menghamilinya!”

Aku cukup terkejut, bagaimana bisa Papa menyimpulkan semua itu seolah-olah Papa begitu paling tahu apa yang terjadi. “Saat itu aku hanya belum siap, Pa. Apalagi kedua orang tua Reyna tidak merestui hubungan kami.”

“Lalu, semua itu kamu jadikan alasan untuk menjadi seorang pengecut? Lari dari tanggung jawab setelah dia hamil! Dan sekarang kamu berpikir untuk menikahinya?”

“Tentu saja. Aku akan menebus segala dosa-dosaku padanya, Pa. Aku sangat mencintainya. Aku ingin menikahinya.”

Sesaat tatapan Papa berubah sendu, “Kenapa kamu mengulangi apa yang pernah Papa lakukan dulu, Evan? Tidak bisakah, menjadi seperti dia, meskipun dia tidak tumbuh dari didikan Papa. Tidak bisakah, kamu menjadi seperti dia, nak?”

Aku menatap Papa dengan pandangan tajam. Seketika hatiku bergejolak mendengar kata ‘seseorang’ yang disebut Papa. Seperti cuka yang sengaja ditaburkan di atas luka, itulah perasaanku saat ini. Meski sampai detik ini aku tidak pernah tahu bagaimana sosok seseorang yang selalu di elu-elukan Papa, hingga membuat Papa tidak menyerah mencarinya meski sudah ada aku satu-satunya putranya. Sosok itu tetap saja muncul dan akan selalu menjadi bayangan, hingga membuatku membencinya.

“Bahkan Papa saja tidak tahu kalau anak haram itu masih hidup atau tidak, tapi kenapa Papa selalu memuji dia dan membanding-bandingkan dia denganku!”

“Tutup mulut kamu Evan!” teriak Papa dengan mata menyala penuh amarah hingga Papa bangkit dari duduknya. Terlihat napasnya sampai tersengal-sengal karena amarah.  “Jangan pernah mengatai putraku dengan sebutan seperti itu!”

“Kalau bukan anak haram, lalu sebutan apa yang pantas? Dia hadir karena kebodohan Papa dan wanita jalang itu-“

PLAKK

Selayang tamparan yang teramat keras mendarat ke pipi dari Papa. Bukan hanya kemarahan yang terlihat jelas di sana, juga tampak gurat wajah sedih atas ucapanku barusan.

“Ibunya  bukan perempuan jalang. Dia juga istri Papa,  wanita yang sangat aku cintai, meski aku yang bertindak bodoh telah meninggalkannya demi perempuan lain hanya karena materi,” ucap Papa dengan nadanya yang sendu. “Asal kamu tahu, Evan. Perempuan yang sudah membuat Papa meninggalkannya  adalah Mama kamu sendiri. Wanita yang sudah menyia-nyiakan kita demi lelaki lain.” Suara Papa berubah melirih.

Ada rasa yang seolah tertohok di hati saat mendengar apa yang diucapkan Papa. Bukan hanya Papa, aku sendiri juga membenci wanita yang pada kenyataannya telah melahirkan aku ke dunia ini. Sejak wanita itu memilih berselingkuh dengan laki-laki lain, hanya ada kebencian yang tertanam di hatiku untuknya.

TERNODA SEBELUM MALAM PERTAMA [Open PO Hingga 14 Juni 2020]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang