28. The End of Year

506 21 24
                                    

"KAMU NGOMONG APA SIH? APA?" Indah nge gas. Daniel bilang dia harus pergi? Selama dua tahun?

"Iya In. Aku harus ikut Papa ke New Zealand. Papa ga ngijinin aku tinggal sendiri di Jakarta" Daniel menjelaskan. Wajah Indah sudah memerah sekarang

"Kenapa harus pergi? Kenapa harus dua tahun? Kenapa sih Niel? Ada apa?" Indah sudah panik. Rasanya dia ingin menangis

"Papa ku mau ambil USMLE. standarisasi biar bisa kerja sebagai dokter di luar negeri. Setelah itu ada program lanjutan sekalian internship. Mungkin aku harus disana paling ga dua tahun In" Daniel menjelaskan dengan hati-hati. Sementara Indah, dia melongo mendengarnya

"Aku sudah berus.aha menolak. Aku pengen tinggal disini tapi, Papa ga ngizinin. Mama juga ikut kesana. Mau nemenin Papa" lanjut Daniel. Cowok itu menunduk. Rasanya dia sendiri juga shock. Kalau saja dia tidak sengaja mendengar perdebatan malam tadi, mungkin mereka tidak akan tahu secepat ini

Sementara Indah, cewek itu masih diam. Dia pun sama shocknya. Dua tahun? Itu bukan waktu yang singkat

"Kapan kamu pergi?" Indah akhirnya buka suara

"Akhir bulan..."

"Haaahh?" Indah kaget. Dia langsung menoleh ke Daniel yang duduk di sampingnya. Daniel masih menundukkan kepala

"Niel..."

"Kita masih punya waktu. Paling tidak, sampai bulan ini habis" Daniel kemudian mengangkat kepalanya

"Apa boleh kalau aku minta kita jangan bertengkar. Sampai waktu kita habis?" Daniel bertanya lalu tersenyum tipis. Sementara Indah mengangguk dengan mata yang sudah berair

"Maafin aku Indah. Aku bikin kamu nangis lagi..."

Indah belum menjawab. Dia kemudian menarik napas panjang

"In... Kalau kamu ga bisa LDR, aku ga keberatan. Kita... "

"Aku tungguin kamu pulang..." Akhirnya Indah bersuara. Daniel menatapnya. Cowok itu ingin memastikan. Apa Indah serius dengan ucapannya?

"Aku tungguin kamu, sampai pulang. Tapi kalau kamu emang ga mau pulang ke sini lagi... "

"Aku pasti pulang. Kalau kamu mau menungguku. Kalaupun Papa bakal kerja di sana, aku tetep mau pulang dan kuliah di sini" Daniel menyahut.

"Kenapa kamu harus pergi Niel.. Aku baru aja lega kamu mulai sembuh. Aku baru aja lega kamu bangun lagi. Tapi... Setelah itu kamu beneran akan pergi" Kali ini akhirnya Indah menangis. Tidak bisa menahan air bening itu keluar dari matanya

"Maafin aku In. Kalau aja kita ga mengalami masalah karena genk, aku bakal di ijinin tinggal di sini. Tapi karena masalah kemarin, Papa jadi ragu kalau aku tinggal sendiri" Daniel pun merasa sedih. Semalam, dia berusaha memaksak orang tuanya untuk jujur. Dan akhirnya Daniel tahu semuanya. Apa yang mereka ributkan

"Sebenernya, aku udah lama curiga dengan ini. Aku ga sengaja, beberapa kali dengar orang tuamu berdebat. Tapi aku ga nyangka, mereka membawamu pergi jauh dan sangat lama" Indah masih terlihat sedih. Tapi dia juga tidak bisa melakukan apapun.

"Jangan Nangis! Kan aku masih lama perginya! Ayo senyum!" Daniel memaksa Indah senyum. Menarik ujung pipi cewek itu

"Hmm.." Indah menarik ujung bibirnya paksa. Daniel lalu senyum

"Udah! Lupain masalah ini dulu! Ehmm.. Gimana kalau kita buat jadwal? Kapan kita jalan-jalan? Tempat mana saja yang mau kamu datangi?" Daniel berusaha merubah suasana

"Hmm.. Mana ya? Tapi, karena kamu masih pemulihan kita ga bisa pergi jauh-jauh" Indah berpikir

"Ga papa kalo kamu mau kita pergi ke tempat yang jauh"

FRIENDSHI(T)P [COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang