Lembaran Lima: Our Love

93 19 3
                                    

Hayi masih terjaga meski jam dinding kamarnya sudah menunjukan angka 12. Gadis itu sepertinya tak berniat untuk tidur, pikirannya berkelana kembali ke dua hari lalu, saat dia dan Viini menjelajah masa lalu Jinhwan, orang di masa lalu Jinhwan yang bernama Bin itu.

Sebenarnya Hayi tak percaya sedikitpun pada perkataan Viini tentang Bin yang seorang pembunuh bayaran. Tapi jika mengingat apa yang dilihatnya terakhir kali membuatnya sedikit banyak mengiyakan perkataan Viini. Mana ada orang baik-baik yang menembak mobil orang lain dan membunuh penumpangnya dengan ekspresi bagai membunuh seekor lalat pengganggu.

Disisi lain Hayi juga sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya. Pada akhirnya gadis itu menyerah pada rasa penasarannya dan mengambil botol dari kolong tempat tidurnya.

Dia sebenarnya takut akan kenyataan tapi dia juga ingin mengetahuinya. Untuk sekarang hanya Viini dan kemampuan ajaibnya yang dapat memberitahu tentang segala masa lalu ibunya juga bagaimana ayahnya karena sejujurnya Hayi sudah lama ingin mengetahui ini tapi dia tak berani bertanya pada ibunya disaat ibunya sendiri tak pernah berniat mengungkit itu semua. Tanpa banyak pertimbangan lagi Hayi menarik sumbat tutup botol itu dan asap keunguan kembali memenuhi kamarnya.

"Cepat perlihatkan lagi!" katanya saat Viini hanya diam tanpa sepatah kata di depannya. Pria jin itu menjentikan jari dan mereka berdua kembali tertarik ke masa lalu.

.

.

.

.

.

.

.

Ini mungkin sudah bulan ke dua bagi Jinhwan tinggal di rumah ini. Rumah yang ditempatinya kini agak terpencil dan tetangga terdekat berjarak 1 km jauhnya. Di sekeliling rumah ditanami berbagai macam pohon seperti cedar memberi kesan seolah-olah ada di tengah hutan.

Jinhwan mendudukan diri di beranda rumah kediaman Bin yang luas sembari memandangi burung-burung yang berterbangan dari dahan ke dahan. Sejujurnya dia ingin pergi bebas seperti burung-burung itu, tapi apalah daya dia bahkan tak tahu apa rumah ini masih di Seoul atau tidak selain itu Jinhwan juga tak sampai hati untuk mengatakan keinginannya untuk pergi begitu saja kepada Bin setelah apa yang Bin beri padanya selama ini. Pria itu sudah menyelamatkannya, merawat dan memberinya tempat tinggal sedang Jinhwan sendiri merasa belum bisa melakukan sesuatu sebagai ucapan terimakasihnya pada Bin.

Bicara soal Bin, pria itu agak aneh menurutnya. Bin bukanlah orang kebanyakan yang pergi setiap pagi dan pulang di sore lalu beristirahat. Bin tidak seperti itu, pria itu kadang pergi di pagi hari dan akan kembali dua hari kemudian di pagi hari setelahnya, atau pergi di malam hari dan kembali dua hari kemudian di malam hari juga dan biasanya setelah kepergiannya itu Bin akan berdiam diri di rumah selama berminggu-minggu sebelum kembali memulai polanya.

Itu agak aneh bagi Jinhwan. Apalagi karena mereka hanya berdua di sini dan bisa dipastikan Jinhwan hanya seorang diri saat Bin pergi. Jinhwan tidak takut sendirian hanya saja dia merasa penasaran dengan apa yang dilakukan Bin selama kepergiannya.

Suara deru mesin mobil menariknya kembali dari lamunan. Gadis itu bangkit dari duduknya dan menepuk bagian belakang roknya yang berdebu sebelum menghampiri Bin yang baru keluar dari mobilnya.

"Selamat datang!" sambutnya bak seorang istri yang menyambut kedatangan suaminya. Dan seperti biasa, Bin akan mengusak kepala gadis itu sebagai balasan.

"Bagaimana kakimu? Apa masih terasa sakit?" tanya Bin dengan dingin seperti biasa.

"Sebenarnya masih agak ngilu tapi aku tak apa" sahut Jinhwan.

Hayi's WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang