<><><><><><><>
¤¤¤
Efa masih enggan keluar dari kamarnya, biasa lah.. orang patah hati butuh ketenangan untuk bisa menerima semuanya. Meyra yang berada di dapur hanya menghela nafas kasar. Ia sangat lapar, karena tadi pagi ia langsung bersih bersih rumah, mandi, nyiram tanaman, nyapu, ngepel, layaknya orang yang sudah berumah tangga. Dan karena ia tak mau cacingnya demo lebih lama ia memasak sebutir telor ayam. Ia mengocok telur itu tentu dengan tak minat seperti biasanya. Setiap hari didapur ia ditemani Efa namun kali ini ia harus bisa sendiri memasak,, soalnya memasak sendiri itu tidak nyaman. Pikirnya.Dilihatnya wajan yang berisi sedikit minyak yang sudah panas, Meyra pun menuangkan kocokan telurnya kedalam wajan lalu beralih memotong motong sosis karena ia lupa memotongnya. Dan ya, Meyra tidak pandai memasak. Lihatlah jarinya saja tergores akibat sebatang sosis? Bahkan sosis itu sosis kemasan yang tinggal dimakan.
Itulah Meyra. Bila apapun yang ada dirumah, maupun chiki, jagung, sosis, kuaci, makaroni apapun itu jika ia sedang memasak telur ia akan memasukannya. Dan duarrrr, rasanya sangat sangat mengagumkan. Membuat orang mondar mandir kekamar mandi karena rasa yang seakan membuatnya mual.
Prang.
Dug.
Buggh.
Trak.
Terdengar suara suara yang tidak dinginkan diatas. Kamar Efa. Apa yang terjadi padanya? pikiran negative menyerangnya. Meyra panik ia segera naik keatas bergegas menuju kamar Efa. Ia pernah mengalami seperti ini, bahkan akan bunuh diri saking sayangnya dia dengan si cowo.
"EFAAA! BUKA PINTUNYA!" Teriak Meyra menggedor gedor pintu Efa namun tak kunjung dibuka. Malah, semakin terdengar suara suara yang tidak diinginkan semakin membuat jantungnya berdegup kencang sekali. Meyra menangis, dan terus memikirkan cara agar bisa membuka pintu terkutuk ini. Ia tak mau adiknya kenapa kenapa. Cukup dia saja yang akan merasakannya.
Ia mengingat kebersamaanya bersama Efa, memaksanya menonton drakor, memaksanya memasak, mengajak berkemah segalanya ia mengingatnya. Entahlah ia merasa pikirannya teringat pada kenangannya bersama Efa. Meyra semakin takut hal itu. Meyra berdoa dalam hati. Ia sedari tadi terus menggendor gendor pintu dengan keras. Sampai kapan pun, walaupun tangannya sudah cangkel melakukan itu semua. Tapi tak apa, demi adiknya ia rela agar gadis itu tidak apa apa.
Clek.
Pintu terbuka, sehingga Meyra yang menangis dan menggedor gedor pintu berhenti karena ia menggedor sebuah kepala bukan pintu. Lantas ia mengusap kasar air matanya dan memeluk Efa dengan erat. Lalu membawanya masuk kedalam kamar.
Meyra melihat sekeliling kamar Efa yang tidak ada pecahan beling / kaca. Ada apa ini? Ia bahkan mendengar jelas suara pecahan itu. Meyra hanya melihat banyak tisu berserakan dan sebuah mangkuk berisi marshmellow. Dan sebuah tv yang menyala dengah drakor drakor yang dulunya Efa benci kini menontonnya.
Efa yang melihat Meyra seperti itu mengerit heran. Mengapa kakaknya itu seperi orang panik?
Efa jelas melihat mata Meyra membengkak sepertinya karena menangis. Herannya Meyra ini menangis karena apa?...Meyra melihat Efa lalu memutarkan tubuh gadis itu semakin membuat terlihat kerutan didahinya. Meyra mengucap syukur setelah memeriksa tak ada luka ditubuh adiknya. Ia duduk ditepian ranjang sembari sesekali terkekeh mengingat dirinya yang gegabah seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
garis takdir
Teen Fictiontentang takdir yang mengubah segalanya yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin, yang tadinya tidak terjadi akan terjadi. semua kejadian dimanapun kapanpun bisa dikatakan dengan takdir. takdirlah yang membawa kita kebahagiaan maupun sebaliknya. or...