[ E N A M ]

5 1 0
                                    

<><><><><><><>

¤¤¤
Setelah beberapa menit lamanya Ara dan Hani sampai. Ara sedang berada didalam mobil menunggu Hani membelikan tongkat sebentar didalam. Ara berada diparkiran saat ini, ia melihat lihat sekeliling parkiran hingga matanya fokus kearah seorang lelaki yang memukul mukul jendela kaca mobil seseorang yang hendak melaju.

Ara menyipitkan matanya. Itu orang mirip Afa. apakah benar itu dia? Dan saat mobil itu melaju dengan perlahan barulah ia bisa melihat Afa. ternyata benar itu Afa. Ara memekik senang ia membuka pintu mobil cepat cepat sehingga membuat seseorang mengaduh kesakitan.

Hani. Ia memegang lengannya yang ditubruk pintu mobilnya sendiri. Ia memutar bola matanya malas, lalu ia menyerahkan kasar tongkat yang ia bawa.

"Hehe maaf. Gue gak liat Han. Makasih ya" pekik Ara senang ia memakai kedua tongkat itu dilengan kanan dan kiri. Hanin menjawab dengan deheman. Namun ia mengerit heran saat Ara terburu buru keluar dari mobil dengan kedua tongkatnya itu. Hani ingin mencegahnya namun ia menutup pintu mobil terlebih dahulu dan menyusul Ara yang berjalan kearah mobil yang melaju dengan melawan arah dengan Ara yang berjalan.

Hani melihat itu was was. Apakah Ara ingin tertabrak hah? Hani berjalan terburu buru ia ingin menghentikan Ara yang berdiam diri ditengah tengah. Tapi langkahnya terhenti saat mobil didepan Ara berhenti.

"Apa yang kau lakukan Ara?! Kau ingin tertabrak?!" Bentak Damian yang keluar dari mobil kemudi.

"Om maaf. Om mau kemana? Izinkan saya bertemu dengan Efa
Sebentar" lirih Ara. Saat ia memakai tongkat dari Hani, ia mendengar Afa kembali berteriak dengan memanggil Efa berarti mobil itu ada Efa didalamnya.

"Kami akan pergi ke Bali Ara" ucap Damian mencegah Ara. Ia tak ingin mempertemukan Ara dengan Efa karena Afa terlihat berada disamping Ara namun dengan jarak yang mungkin 15 langkah darinya.

"Ke Bali? Kenapa om gak bilang ke Ara?" Ara menangis. Ia tak rela sahabatnya meninggalkannya seperti ini. Damian lansung mengusap lembut kepala Ara yang menjadi sahabat Efa semenjak kecil. Damian belum tahu bahwa Ara juga terlibat membuat Efa terluka. Mungkin jika ia tahu, Ara tidak akan diperlakukan selembut ini.

"Maaf om gak bilang ke Ara. Kami mendadak" jawab Damian dengan tersenyum.

"Om, boleh ya sekali saya ketemu Efa?" Tanya Ara lagi. Ia berharap Damian memberinya izin. Dan yippiii. Damian mengangguk lalu memasuki mobil dan terlihat Efa yang keluar dengan terpaksa dari mobil. Damian sepertinya mengerti dengan perpisahan kedua gadis ini. Ia melajukan mobil berniat menunggu Efa didepan gerbang rumah sakit. Sehingga diparkiran luas ini Ara, Afa dan Efa tentu juga Hani yang berada jauh seperti Afa jaraknya.

"E-fa" Ara memanggil Efa dengan menghampiri Efa agar lebih dekat dengan kesusahan. Namun, hasilnya sia sia. Semakin ia mendekat maka Efa akan menjauh. Akhirnya ia menyerah ia tidak akan mendekat lagi. Bersyukur Efa mau mendengarkannya.

"E-fa m-aafin A-ra. Se-mua sa-lah A-Ara" lirih Ara menangis ia mengatupkan kedua tangannya dengan susah payah. Karena tongkatnya yang menghalangi.

Efa tak menjawab ia menatap nanar sahabat yang membuatnya terluka disaat bersamaan.

"Ini memang salah lo Ra. Salah lo!" Bentak Efa. Ia maju mendekati Ara sambil menangis. Begitupun dengan Ara ia menangis tersedu sedu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

garis takdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang