[ E M P A T ]

5 2 0
                                    

<><><><><><><>

¤¤¤
Langit yang awalnya berwarna biru muda cerah berubah menjadi warna hitam. Warna ini bukan pertanda dari alam, tetapi pertanda dari suatu bencana alam. Warna yang selalu dibilang cuaca mendung kini tidak lagi. Langit ini berwarna hitam karena kebakaran yang masih belum reda juga.

Api bertempur dengan air. Layaknya mereka saling mengalahkan untuk kekuasaan mereka sendiri. Orang orang berbondong bondong melemparkan air dengan ember kearah rumah yang terbilang mewah itu.

"Padamkan apinya!"

"Cepat cepattt!!!"

"Ambil sebelah sanah!"

"airr airrrr airrrr!!!!"

"Itu sebelah sana semakin membesar"

"Tambah airnya!"

Teriakan warga menggema. Mereka kesana kemari untuk mengambil air dan melemparkannya kearah api. Layaknya sinetron yang panik mondar mandir mencari bantuan terjadi dihari ini.

"Kasih jalan buat pemadam kebakaran!!" Teriak seseorang membuat semua menghentikan aksi memadamkan api. Karena percuma saja, api semakin membesar ditambah gas yang meledak, dan listrik listrik yang terkena api. Pemadam kebakaran siap siaga turun untuk memadamkan api.

Butuh setengah jam lebih agar api padam. Semua keadaan yang tadinya panik menjadi lebih stabil, namun kali ini banyak warga yang datang untuk melihat. Ambulance sudah datang, pemadam kebakaran pulang karena sudah melakukan tugasnya. Seseorang tentu telah memanggilnya. Terlebih lagi Ambulance karena banyak yang terluka saat membantu memadamkan api.

Banyak warga yang kasihan saat melihat seorang gadis menangis tersedu sedu dihalaman rumah yang terbilang sudah berantakan. Air becek, kayu yang berantakan, barang barang yang berwarna hitam dan lain sebagainya.

Efa, dialah gadis yang menangisi mayat yang telah terbungkus oleh petugas ambulance tadi. Ia menangis mengeluarkan duka yang ada dihatinya. Rasanya ini seperti mimpi, ia kehilangan seorang kakak yang disayanginya. Kakak yang selalu menjaganya, melindunginya dan kakak yang selalu ada untuknya.

Tapi itu sudah tidak akan lagi terjadi. Karena kakak sendiri nyalah yang pergi untuk meninggalkan suka dan duka yang selama ini mereka lewati. Semua kenangan seperti ta ada gunanya lagi. Ia akan merasa kesepian, ia akan terus menangisi nasib nya setelah ini. Karena tak akan ada lagi yang menjaganya selain kakak nya ini yang sudah tiada.

"Hiksss... hiksss...  Meyy.." racau Efa. Ia menunduk dengan tangis yang tiada henti. ia mengguncang guncangkan mayat didepannya agar hidup kembali. Namun itu hanyalah sia sia. Sakit rasanya. Ditusuk ribuan pisau pun tak akan terbayarkan. Bayangkan saja, untuk terakhir kalinya ia melihat wajah sang kakak yang sudah tak terbentuk lagi. Semua tubuhnya terbakar. Sungguh sakit melihatnya meninggal dengan cara yang seperti ini.

"Ya allah.... Efaaa!" Teriak Liara memeluk putrinya dengan menangis. Ia mengeratkan pelukan itu, rasanya ia ingin pingsan. Melihat anak pertamanya sudah tak bernyawa lagi. Bagaimanapun seorang ibu paling merasakan kesedihan itu sendiri.

"Mah.....,, Meyy mahh... Meyyyy" Efa terus meracau, Damian yang baru saja melihat mayat Putrinya juga turut menangis. Damian memeluk istri dan kedua anaknya. Seolah olah berusaha menguatkan mereka agar mereka bisa mengikhlaskan.

garis takdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang