A woman

12.7K 492 19
                                    

.

.

.

Pagi menyapa daratan kota Seoul, waktu masih menunjukkan pukul 5. Tapi langit masih ditutupi awan gelap. Apa hari ini akan hujan?
Taehyung mengerjapkan matanya begitu hawa dingin membelai kulit kakinya. Sedikit menggeliat meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku setelah semalaman tidur tidak nyenyak. Meski kesal merasakan matanya yang masih berat terbuka, tapi tetap saja tangan dan kakinya bergerak keluar dari gulungan selimutnya.

Ia menyeret kakinya menuju kamar mandi yang ada di kamarnya, mengatur suhu air hangat untuknya mandi. Membiarkan air mengalir begitu saja dan Uap panasnya memenuhi seluruh ruangan. Setengah jam kemudian, Taehyung keluar dari kamar mandi, lengkap dengan seragam sekolahnya. Ia meraih jas sekolahnya yang menggantung di kursi belajarnya. Setelah menyisir rambutnya dan yakin penampilannya sudah rapi, ia mengecek tas, memeriksa apa yang harus di bawanya dan apa yang tertinggal. Begitu semua beres, ia memasang jam tangan di pergelangan tangan kiri dan mengenakan sepatunya. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuknya menyelesaikan aktivitasnya setelah mandi. Setelahnya, ia beranjak keluar dari kamarnya.

Kakinya menyusuri rumah besar, karena kamarnya berada di lantai dua paling ujung bersebelahan dengan kamar adiknya. Ia terus berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Belum ada siapapun di sana, menu sarapan pun belum di siapkan. Kedua orang tuanya pasti masih terkunci di kamar, sementara adiknya pasti masih terlelap. Ia tidak pernah berminat membangunkan adiknya, karena jika terlalu pagi dibangunkan, pasti ia akan kena marah eomma-nya. Eomma memang sangat menyayangi adiknya, lebih tepatnya lebih menyayangi adiknya, bahkan cenderung memanjakannya.

"Taehyung-ah, ini ahjumma siapkan susu dan roti. Kau makanlah dulu sebelum berangkat." Lee ahjumma meletakkan sepiring roti bertumpuk isi telur, salad dan saus juga segelas susu begitu melihat Taehyung masuk ke ruang makan. Ia sangat hafal kebiasaan Taehyung yang selalu berangkat sekolah lebih awal. Sangat berbanding terbalik dengan tuan mudanya yang lebih muda.

"Gumawo, ahjumma."Taehyung tersenyum tipis.

Dalam waktu singkat, sarapannya sudah masuk ke perutnya. Lee ahjumma sudah sering mengingatkannya untuk makan lebih perlahan tapi itu tidak berhasil. Taehyung selalu makan dengan cepat kecuali jika sedang makan bersama anggota keluarga yang lain.

"Aku berangkat."Taehyung langsung meraih tasnya dan beranjak tanpa mendengar jawaban dari Lee ahjumma.

Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya ia sampai di depan sebuah bangunan luas bertingkat. Tempatnya menempuh pendidikan selama ini. Waktu menunjukkan pukul 6.30 KST dan sekolah ini masih tampak sepi. Seperti biasa, Taehyung menjadi orang yang pertama kali datang setelah para petugas kebersihan dan keamanan sekolah. Ia langsung menuju ke kelasnya yang berada di lantai tiga bangunan itu. Bangunan teratas sebelum rooftop, bangunan tempat berkumpulnya pelajar dari tingkat akhir. Ia menaiki tangga menuju lantai tiga, tapi langkahnya terhenti tersentak saat seorang gadis remaja dengan wajah pucat lewat begitu saja tepat di depannya. Taehyung mengalihkan pandangannya, menghela nafas untuk mengurangi detak jantungnya yang sempat berpacu cepat sebelum ia melanjutkan perjalanannya.

Hal ini adalah hal biasa bagi Taehyung, ia sudah biasa bertemu atau berpapasan dengan mereka yang tidak kasat mata. Bahkan beberapa hari dari mereka ada yang sengaja menatapnya dan mendekatinya bahkan bicara padanya. Sementara ia hanya bersikap seolah tidak melihat mereka seperti yang ia lakukan hari ini. Meski sempat terkejut, tapi ia dapat dengan cepat mengendalikan dirinya.

Begitu sampai di depan kelas, tangannya bergerak menggeser pintu kelas, tapi kemudian ia kembali menutup pintu itu dan membalikkan tubuhnya.

"Kenapa tidak masuk?,"Taehyung menoleh saat mendengar suara disampingnya.

Siblings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang