Ice Cream

4.6K 385 17
                                    

.

.

.

Pukul 7.50, makan malam selesai, Taehyung langsung menuju kamarnya. Menghindar dari rengekan Jungkook sesaat. Tapi belum sempat ia naik ke anak tangga kelima, seseorang menarik ujung belakang t-shirt nya. Taehyung menoleh ke belakang dan melihat Jungkook sedang menatapnya. Memasang puppyeyes-nya seperti anak anjing yang mengajak tuannya bermain.

"Mwo?,"tanya Taehyung datar.

"Hyeong, kau lupa janjimu?,"mata Jungkook berkaca-kaca.

"Kookie, sebentar heum. Beri hyeong waktu setengah jam."

"Aku mau sekarang."wajah Jungkook berubah kesal tiba-tiba, ia mengerucutkan bibirnya.

"Bahkan nasi yang kau makan belum turun, kau sudah mau makan ice cream?,"Taehyung mencoba memberi alasan.

"Itu sudah di dalam perutku sejak kita memakannya, hyeong. Alasan itu tidak berguna."Jungkook melipat tangannya di dada, menatap Taehyung datar.

"Oke, hyeong akan pergi tapi lima belas menit lagi. Biarkan aku bernafas dulu."

"Apa kau mati sekarang, hyeong?,"Jungkook menatap Taehyung tajam.

"Yashh!,"Taehyung menghela nafasnya, menahan dirinya untuk tidak memukul kepala adiknya yang suka bicara tanpa di filter lebih dulu.

"Sekarang, hyeong."Jungkook memandang mata Taehyung lekat, matanya tiba-tiba saja penuh air mata.

Ya, akhirnya dia mengeluarkan senjata yang tidak bisa Taehyung tolak. Cerdik sekali. Meski sudah tahu ini hanya trik untuk memaksa Taehyung tapi tetap saja ia selalu kalah.

"Arraseo-arraseo."Taehyung melangkah menuruni tangga, tanpa memperdulikan Jungkook. Sepertinya ia sudah tahu hal apa yang akan di katakan Jungkook.

"Saranghae hyeong!,"teriak Jungkook bersamaan dengan Taehyung yang mengatakannya tanpa suara sambil terus melangkah keluar. Benarkan, Taehyung sangat mengenal Jungkook. Saking seringnya hal itu di lakukan setiap Taehyung menuruti keinginannya, membuat Taehyung hafal betul setiap tingkahnya.

-

-

Hari ini Yoongi pulang lebih cepat, setelah pelatihnya memutuskan untuk selesai latihan lebih awal karena ada urusan lain. Biasanya ia akan pulang pukul sepuluh malam, disaat sekitarnya sudah mulai sepi, tapi sekarang masih sekitar pukul delapan tiga puluh dan sepanjang perjalanan pulang, jalanan nampak lengang. Tidak ada rasa takut sedikitpun. Ia tidak minta di jemput jika tidak pulang mendekati larut.

Yoongi merogoh saku jasnya, mengeluarkan ponsel dan siap memasang headphone. Ia menghentikan langkah sejenak untuk mencari lagu kesukaannya. Belum berhasil ia menemukan musik yang mau di putar, ia mendengar suara benda jatuh. Ia melepaskan headphonenya untuk memastikan. Wajahnya berubah serius, tak lama ia mendengar suara pekikan seorang pria samar-samar. Ia mencari ke sekeliling, matanya memicing saat ia melihat bayangan putih di ujung gang yang gelap.

"Kau?,"Yoongi membulatkan matanya menyadari ia mengenal sosok itu. Tanpa bicara, sosok itu hanya menatap Yoongi seperti meminta pertolongan lalu membalikkan tubuhnya berjalan pergi.

Meski Yoongi tidak mengerti untuk apa, Yoongi tetap mengikuti sosok itu. Ia setengah berlari mengejar sosok tak kasat mata yang menghilang cukup cepat. Tak sampai lima menit, dari kejauhan ia melihat siluet dua orang di tengah gang remang. Seorang pria berdiri di depan seorang lain yang tampak membungkuk dan bersandar di dinding. Kembali terdengar suara rintihan dan batuk, suara itu seperti tidak asing di pendengaran Yoongi.

Siblings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang