<< preview
"Ya, tapi...,"Taehyung menggantung kata-katanya. Ia merasa aneh, sosok Yoongi di depannya tampak buram. Ia seperti bisa merasakan rotasi bumi. Tatapan matanya tiba-tiba kosong. Taehyung perlahan menutup matanya..
.
.
"Eo-eoh!,"Yoongi menangkap tubuh Taehyung yang limbung ke depan. "Gwaenchanna?"
Taehyung sempat diam beberapa saat sebelum hanya mengangguk kemudian. Tapi Yoongi sangat meragukan jawaban yang diberikan Taehyung.
"Terserah kau suka atau tidak tapi aku harus mengantarmu. Ayo!,"Yoongi memapah Taehyung keluar sekolah menuju gerbang sekolah. Taehyung benar-benar merasa tidak enak badan, ia terus menunduk dan memegang kepalanya, menahan mual dan pusing.
"Hyeong."Panggil Yoongi kearah seorang pria yang tak berbeda jauh usianya darinya yang langsung mendekatinya membantu memapah Taehyung masuk ke dalam mobil. "Antarkan ke rumah Taehyung dulu, hyeong."
"Wonhyo-ro...,"ucap Taehyung sambil memejamkan mata, mencoba memberitahu alamatnya.
"Aku tahu."Taehyung membuka matanya menatap Yoongi bingung. Melihat Taehyung pucat dan berkeringat, membuat Yoongi tak tega.
"Aku cukup tahu data murid seangkatan kita, jadi kau tidak perlu takut. Sebaiknya kau istirahat, kau terlihat kacau."Taehyung memasang senyum tipisnya dan menyandarkan kepalanya di punggung kursi.
"Gumawo..lagi."Yoongi kini balik menatap Taehyung yang sudah memejamkan matanya.
Anak itu masih bisa tersenyum, padahal keadaannya sudah sangat kacau. Keringat mengalir dari pelipis kiri Taehyung, tangan kanannya memeluk perutnya. Yoongi menebak Taehyung masih merasa mual. Seharusnya ia ke klinik atau rumah sakit.
"Apa kau tidak mau kuantar ke rumah sakit?,"ucap Yoongi kemudian. Seokjin, sang sopir, melihat raut wajah khawatir Yoongi sangat jelas.
"Tidak perlu, aku hanya butuh tidur."jawab Taehyung tanpa membuka matanya. Meski Yoongi khawatir tapi ia tidak mau menunjukkannya terlalu berlebihan.
Mobil itu terus melaju, setelah sepuluh menit perjalanan, mobil itu memasuki area lapang seperti lapangan golf yang di bagian tepinya di hiasi taman sebagai pembatas dengan jalan. Sebuah gerbang besar mereka lewati, Yoongi sempat terpana melihat sekitar. Ia sendiri belum pernah masuk ke area itu. Tidak banyak rumah di area itu, setiap rumah berjarak cukup jauh. Bahkan seperti bisa di hitung, hanya ada beberapa aja di area ini dan sepertinya ini area khusus. Masing-masing rumah memiliki designnya sendiri sesuai keinginan pemiliknya.
Sambil mengamati satu persatu nomor rumah, mata Yoongi berhenti di rumah bergaya Korea klasik modern. Ia lantas meminta Seokjin menghentikan mobil tepat di depan rumah itu.
"Taehyung-ah, kita sampai."Taehyung langsung membuka matanya saat Yoongi menepuk bahunya.
"Gumawo."Taehyung menegakkan duduknya dan membuka pintu. Yoongi menahan tangannya dan membuat Taehyung menatap tangan mereka.
"Biar ku bantu."
"Tidak perlu."Taehyung tahu Yoongi tertegun saat ia menolaknya terus.
"Aku tidak mau orang rumah khawatir jika kau mengantarku ke dalam. Maaf belum bisa mengajakmu masuk."ucap Taehyung dengan nada lebih pelan. Yoongi tersenyum, ia tahu Taehyung tak bermaksud kasar atau dingin.
Taehyung berjalan pelan masuk ke rumahnya, paman penjaga di rumahnya juga menyapanya saat ia melewatinya. Tapi Taehyung hanya menunduk saja, ia hanya ingin cepat sampai ke kamarnya dan tidur. Benar apa yang Yoongi katakan, tubuhnya sudah sangat menuntut istirahat. Beruntung rumahnya dalam keadaan sepi, selain pelayan tentunya. Ayahnya sudah pasti bekerja, ibunya mungkin saja sedang berbelanja sebelum tiba makan malam. Lalu Jungkook? Ia mungkin sedang asyik dengan dunianya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siblings ✔
Fiksi PenggemarLihatlah bagaimana Taehyung menemukan kebenaran tentang siapa Jungkook dan siapa Yoongi. Basic story : brothership || family || a bit bromance