Nightmare

3K 272 18
                                    

.

.

.

Untuk sejenak, Taehyung menghilang dari dunia nyata, tapi tak lama ia merasa seseorang menyentuh puncak kepalanya. Angin sejuk menyibak rambutnya yang halus dan membuatnya terbangun. Ia mengedarkan pandang ke seluruh kelas yang sepi, hanya ada tas-tas menggantung dan beberapa kursi ditutup jas sekolah. Ia mengerjap melihat Hoseok duduk satu barisan disampingnya, tampak sibuk dengan ponselnya.

"Kau sudah bangun?,"Hoseok memulai pembicaraan meski matanya masih tak beralih dari ponselnya.

"Kau...menyentuh kepalaku?,"Taehyung bertanya balik.

"Ani. Untuk apa aku melakukannya."Taehyung masih menatap Hoseok seolah tak percaya. "Aishh, jinjjayo. Aku tidak melakukannya."sangkal Hoseok lagi.

'ahh, benar juga. Mustahil dia melakukannya.'batin Taehyung.

"Mian."ucapan Hoseok sontak membuat Taehyung bertanya-tanya.

"Untuk apa?"

"Kau tahu untuk apa."Hoseok tetap tidak mau mengakui atau menyebut satu persatu kesalahannya pada Taehyung, karena itu sama saja meruntuhkan gengsinya.

"Aku tidak mengerti."

"Hemh."Hoseok menghela nafas. Ia heran bagaimana siswa sepintar Taehyung bisa tidak peka. Hei, apa Hoseok baru saja memuji Taehyung?

"Darahmu."Ucap Hoseok singkat. Taehyung diam mencerna maksud Hoseok.

"Ahh, tidak apa-apa. Bukankah sudah seharusnya aku menolong temanku?,"jawab Taehyung sambil memijit keningnya. Hoseok menatapnya tertegun.

'Teman'

"Dimana yang lain?,"pertanyaan Taehyung mengejutkan Hoseok, beruntung Taehyung tidak melihatnya sedang tertegun.

"E... olahraga.. entahlah mereka keluar."jawab Hoseok canggung.

"Kau tidak keluar?"

"Malas."Alasan sebenarnya adalah karena Hoseok belum boleh terlalu lelah sejak kecelakaan.

Taehyung beranjak dari mejanya, terhuyung tiba-tiba membuatnya bertumpu pada meja selain memegang kepalanya yang malah semakin pusing. Hoseok spontan beranjak, melompat kursi di sampingnya dan meraih lengan Taehyung.

"Neo gwaenchanna?,"Taehyung menatap Hoseok, mencoba mengembalikan fokusnya.

"Gwaenchanna."Hoseok langsung melepas pegangannya dari lengan Taehyung.

"G, gumawo,"cicit Hoseok.

"Hmm?,"Tanya Taehyung. Hoseok terlihat menghela nafasnya kasar, sepertinya itu adalah hal yang berat baginya untuk mengucapkannya sekali lagi.

"Aku hanya akan mengatakannya sekali lagi, jadi dengarkan baik-baik."Taehyung mengangguk dan tersenyum.

"Darah yang kau donorkan padaku...terima kasih."Hoseok memalingkan wajahnya saat mengucapkan kata terima kasih.

"Kau harus sabar saat bersamanya, dia masih sangat kekanakan. Sejujurnya aku tidak ijinkan dia pacaran, tapi semua kembali padanya."ucap Taehyung, wajahnya terlihat sendu dan pucat.

"Hah?,"tanya Hoseok bingung.

"Jungkook. Aku tahu kau menyukainya."Taehyung menepuk bahu Hoseok dua kali lalu meninggalkan Hoseok yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Apa ini maksudnya lampu hijau dari Taehyung?

****

Taehyung menyusuri koridor sekolah, sebelah tangannya berpegangan pada dinding. Kepalanya terasa pusing, wajar saja, ia baru saja terkena lemparan bola dan sekarang ada memar cukup besar di pelipis kanannya. Memar yang mulai membengkak itu menarik pori-pori kulitnya kuat-kuat hingga membuatnya pusing tidak tertahankan.

Siblings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang