김 선생님 (The Teacher)

2.9K 274 7
                                    

.

.

.

Keluarga Jeon memutuskan untuk pulang, kedua suami istri itu meminta Jungkook langsung pulang. Setelah perdebatan dengan Chang Wook, tuan dan nyonya Jeon tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan untuk mencari Taehyung pun mereka berpikir ribuan kali. Sementara Chang Wook langsung meninggalkan mereka dan mengejar kedua anaknya begitu Yoongi dan Taehyung tidak disana.

Begitu tiba di rumah kediaman mereka, tuan Jeon masih terjaga diruang kerjanya. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Taehyung tapi tidak ada respon apapun. Tuan Jeon bahkan sampai geram karena Taehyung tidak mengangkat telepon darinya tapi ia tidak bisa menyalahkan Taehyung sama sekali. Ia sibuk berpikir sendiri hingga sebuah ketukan membuyarkan lamunannya.

"Yeobo, apa Taehyung sudah ada kabar?,"tanya nyonya Jeon.

"Tidak. Nomornya tidak di angkat."tuan Jeon meletakkan ponselnya kasar, lelah menghubungi anak pertamanya itu.

"Bagaimana sekarang? Apa yang harus kita lakukan?,"Nyonya Jeon terlihat gelisah.

"Tidak apa, Taehyung akan baik-baik saja. Kita tunggu saja sampai dia kenbali. Jika sampai tengah malam, dia belum kembali, aku akan mencarinya. Mungkin dia sedang ingin sendirian, dia pasti shock."tuan Jeon menenangkan istrinya.

***

Malam semakin gelap, langkah kaki yang berlari menghindari panggilan kakaknya kini mulai berkurang kecepatannya. Tapi ia tetap berlari kecil tanpa mau memalingkan wajah ke belakang sedikitpun. Seperti jika ia memalingkan wajah sekali saja, ia akan tertangkap. Sengal nafas terdengar begitu lelah, tubuhnya semakin lemas.

Udara malam membuatnya bergidik, meski ia berkeringat tapi angin malam tetap menusuk tulangnya. Taehyung mulai berjalan, ia sudah sangat lelah berlari, entah sudah berapa lama ia berlari. Ia bahkan tidak tahu sekarang berada di mana, langkahnya mulai tak menentu, sesekali terhuyung, ia tidak memperhatikan jalan, pikirannya terlalu sibuk, hingga ia menabrak seseorang.

"Hhh...joesonghamnida,"Taehyung menunduk meminta maaf tanpa melihat kepada siapa ia bicara.

"Sedang apa kau disini malam-malam, Taehyung hagsaeng?,"Taehyung baru menatap siapa yang menegurnya setelah mengenali suaranya.

"Kim...saem--,"Taehyung memejamkan matanya. Lelah.

"Eoh? Tae!,"Taehyung nyaris menabrak trotoar jika tidak di tangkap Kim seonsaengnim. "Astaga, ada apa denganmu? Ayo, masuk ke mobil."Kim seonsaengnim memapah Taehyung masuk ke mobilnya.

Selama dalam perjalanan, tidak ada pembicaraan diantara mereka. Kim seonsaengnim menilai Taehyung sedang punya banyak pikiran. Ia sengaja tidak bertanya langsung pada Taehyung dan membiarkannya sampai sengalnya berkurang.

"Dimana rumahmu, Tae? Biar ku antar kau pulang."

"Aku...belum mau pulang."Kim seonsaengnim hanya melirik Taehyung lalu kembali fokus menyetir.

Ia tidak banyak bertanya, tak lama kemudian, mobil Hyundai warna putih itu memasuki basement sebuah gedung. Taehyung mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ia baru sadar ia berada di tempat yang tak di kenalinya. Melihat ekspresi Taehyung, Kim seonsaengnim memulai pembicaraan.

"Tidak perlu takut, kau di apartemenku. Aku tinggal sendiri. Kau bisa disini sampai kau merasa lebih baik."Kim seonsaengnim keluar dari mobilnya, begitu juga Taehyung dan mereka langsung menuju ke lantai 12, apartemen Kim seonsaengnim.

Sejak masuk, Taehyung hanya duduk di sofa tanpa melakukan apapun. Ia terlihat termenung, wajahnya pucat dengan bibir kering dan nafas yang sesekali tersendat. Keringat masih membasahi keningnya meski sudah di tempat sejuk dan sudah tidak berlari. Ia tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri, lemas dan sesaknya sama sekali tidak di perdulikannya. Menyedihkan, hanya itu yang Kim seonsaengnim lihat dari Taehyung malam ini.

Siblings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang