Ms. Goodbye

692 104 12
                                    


Yang kutahu ini bukan pertama kalinya kami bertengkar. Bukan berarti aku dan Jennie sering bertengkar, tidak juga seperti itu. Hanya saja kami sering sekali terlibat salah paham hanya karena masalah sepele atau setidaknya sampai seserius ini.

Memang benar kerap kali diriku yang kekanakan, lalu karena gagal memenuhi ekspetasinya yang entah mengharapkan diriku seperti apa, keributan itu kembali muncul ke permukaan.

Tidak tahu apa yang Jennie pikirkan tentang hubungan kami, tapi sekurang-kurangnya aku selalu melakukan apa saja untuknya. Apa saja yang ia butuhkan selalu menjadi sesuatu yang kuutamakan. Mungkin itu masih belum cukup baginya karena saat ini..

pertengkaran kami lusa lalu membangun dinding tak kasat mata di antara hubungan kami

Aku tidak peduli apa saja yang sudah kuhabiskan untuk Jennie, aku tidak masalah mengingat kembali betapa sulitnya menyembunyikan kantuk hanya untuk menemaninya, mengabaikan pesan chat yang begitu banyak hanya demi memberikan seluruh duniaku pada Jennie.

Aku ingat ucapan terakhirnya saat kami bertengkar lusa lalu. Pernyataan jujurku tentang 'aku yang hanya memiliki dirinya di hidupku', mendapatkan kata-kata yang kemudian mendobrak batas amarahku,

"Kau yang tidak pernah terbuka pada orang lain, Jisoo ya.."

.

.

.

.

.

"Jisoo.. Jisoo ya!"

"Eoh? ah ne Seulgi eonni?"

"Kau ini mengajakku bertemu tapi malah melamun. Kau dengar tidak tadi aku bilang apa?"

Seulgi eonni memegang tanganku, memastikan kali ini aku benar-benar mendengarkannya.

Ya, aku memang meminta kami untuk bertemu. Setelah seminggu Jennie pergi meninggalkanku sendiri di apartemen, aku tidak pergi bekerja dan berhenti bicara pada siapapun. Pikiranku kacau, rasanya tubuhku sangat sakit tapi tidak tahu harus bagaimana.

Lalu tiba-tiba saja kutekan nomor ponsel Seulgi eonni dan meminta bertemu dengannya sore ini.

"Aku tidak tahu harus bagaimana, eonni. Seperti yang kukatakan tadi, aku sudah mencoba untuk menghubunginya, bertanya kabarnya, meneleponnya tapi tidak sekalipun Jennie berusaha untuk memperbaiki kami."

"Tidak ingin mendatanginya langsung, Soo?" tanya Seulgi eonni hati-hati.

"Apa itu cukup adil bagiku, eonni? Apa memperjuangkan Jennie yang bahkan tidak menunjukkan apa-apa untuk hubungan kami itu layak bagiku?"

Suaraku makin serak. Menangisi Jennie setiap malam dan mengutuk kebodohanku karena tidak bisa mempertahankannya, berhasil 'menghabisi' diriku dari dalam.

"Mungkin Jennie butuh waktu, Soo. Berikan saja ia-"

"Jennie butuh orang lain, eonni. Orang lain yang bisa ia bandingkan denganku..", ucapku parau.

Seulgi eonni tidak bereaksi apa-apa lagi, ia pindah ke kursi di sampingku lalu memelukku yang mulai menangis seperti seorang anak yang ibunya baru saja mati.

"Aku mencintai Jennie, eonni. Aku bilang hanya memilikinya untuk melanjutkan hidup itu benar, aku tidak bisa membagi hidupku dengan orang lain lagi.."

Tangisku pecah dipelukan Seulgi eonni, aku tidak peduli Joohyun eonni akan berpikir bagaimana jika melihat ini tapi saat ini aku hanya butuh tenang. Rasanya kacau sekali saat Jennie pergi. Seperti ini.

Seulgi eonni mengusap pundakku, berusaha menenangkanku. Tangisku makin sesak manakala teringat sesuatu yang baru saja kudengar semalam.

"Soo, kalau Jennie memang tidak bisa menerimamu, kau harus melepaskannya."

"Aku mencintainya, eonni.."

"Tapi Jennie tidak. Kalau Jennie mencintaimu ia akan berpikir seribu kali untuk membuatmu merasa kesepian. Memangnya dia tidak tahu kau rentan depresi jika sendirian??", Suara Seulgi eonni sedikit bergetar, seperti getar marah yang berusaha ia sembunyikan.

Meski sedang kacau, ingin kubenarkan ucapan Seulgi eonni ini. Tapi hatiku selalu kembali pada Jennie.

Tahu tidak, cinta itu selalu seperti ini?

Seulgi eonni menegakkan tubuhku, dengan hati-hati ia menghapus air mataku yang berjatuhan.

"Kau sudah diam selama ini, Soo. Jangan memendam amarahmu lagi dan keras kepala mengubahnya jadi cinta. Cukup, sudah terlalu bodohnya. Lanjutkan hidup ya.." ucap Seulgi eonni sambil memandangiku yang tampak buruk.

"Eonni, aku dengar Jennie menaruh hati pada Lisa. Aku-"

"Iya Soo, aku tahu. Karena itu aku ingin kau berhenti menyakiti dirimu dengan menunggu Jennie.

Kau sudah bersabar dengan hanya diam selama ini, aku mengerti kau hancur seperti apa. Jennie sudah melewati batas sabarmu, jadi kau tidak perlu diam lagi atau-"

"Eonni, tidak begitu." Kupotong ucapan Seulgi eonni cepat.

"Apanya yang tidak begitu, Soo? Kau ini.."

Kutegakkan tubuhku, meskipun rasanya tubuh ini sudah tidak punya tulang-tulang lagi untuk menopang diriku yang bahkan sudah tidak berbentuk, aku tetap ingin mengatakan ini pada Seulgi eonni.

"Orang lain bisa saja mengatakan bahwa diam adalah batas tertingginya ketika marah, tapi itu tidak berlaku bagiku.

Untukku batas tertinggi dari marah adalah bersabar. Diam berarti membenci dalam hati, tapi sabar berarti memaafkan. Aku tidak ingin membenci Jennie, aku ingin memaafkannya meskipun perpisahan jadi satu-satunya yang bisa kami hadapi.

Seulgi eonni, tolong jangan marah pada Jennie hanya karena adik iparmu itu melakukan ini padaku. Kau sahabat baikku, dan Jennie gadis yang aku cintai. Aku tidak ingin berpisah dengannya, tapi jika ia memilih pergi aku akan memaafkannya."

Seulgi eonni menatapku lekat, terlihat seperti ia sedang berpikir dan menyusun kalimat yang akan ia katakan padaku selanjutnya.

"Jennie pasti menyesal tidak benar-benar memahamimu, Soo. Aku berdoa untuk kebaikan hidupmu. Kau tidak sempurna tapi tidak menghilangkan hakmu untuk mendapatkan cinta dari seseorang yang baik padamu sebaik kau memahaminya."

"Terima kasih eonni, maaf menyusahkanmu terlalu banyak." Kubungkukkan kepalaku sebagai permintaan maaf yang tulus.

Ia memelukku sebagai jawaban.

Masih dalam pelukannya, ada satu hal lagi yang perlu kukatakan pada Seulgi eonni.

"Aku tidak mengakhiri hubungan kami, tidak mengucapkan selamat tinggal atau berpamitan dengan memaki, eonni.

Melepaskan Jennie pergi bukan berarti aku menyerah, tapi itulah caraku melepasnya tanpa membuatnya merasa bersalah.

Tolong, hanya katakan ini padanya ya..."









......

Mr. Goodbye for reference 👇
I love this song

Love PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang