Knee

655 99 7
                                    

Sampai di apartemen pukul delapan malam, Jennie baru saja membuka pintu lalu bergegas melepas sepatu dan melempar sembarang tasnya ke atas kasur. Tubuhnya letih, memiliki jam kerja yang panjang bukanlah hal yang mudah namun ia tetap bertahan. Seperti kebiasaannya kemudian, refleksnya memutar sebuah playlist dari ponselnya.
Playlist kesukaannya.
Selagi sebuah lagu terputar Jennie duduk di meja make up dan membersihkan wajahnya. Lagu terus berputar, setiap nada dan lirik yang terdengar olehnya mengundang kenangan.

Dear moon.. my moon..
gakkawojiji anha

Jennie teringat ketika seseorang menyanyikan lagu ini untuknya. Sampai hari ini getar suaranya bahkan masih terasa begitu dekat di telinga Jennie. Matanya menutup meski tangannya tetap cekatan membersihkan riasan wajahnya. Lagu itu terus bersenandung sampai sebuah getar notifikasi menjeda.

Jennie mengambil ponselnya, melihat pesan singkat yang baru saja ia terima.

Sudah di apart?
Lekaslah tidur

Dua kalimat yang singkat dari seseorang dan entah bagaimana Jennie enggan menanggapinya. Pria yang mengiriminya pesan itu memang dekat dengannya, namun entah bagaimana Jennie merindukan kedekatan yang lain.

Kedekatannya dengan seseorang di masa lalu.

Kim Jisoo.

Buru-buru ia mengenyahkan pikiran itu. Jisoo hanya masa lalunya. Meskipun ia dan Jisoo masih berhubungan baik hingga saat ini, namun merindukan Jisoo seperti menguak luka yang Jennie buat sendiri.

Namun Jennie benar merindukan Jisoo. Bahkan ia membayangkan yang tidak-tidak di percakapan terakhir mereka via telepon beberapa hari lalu.

"Eonni, bagaimana jika aku menikah lebih dulu daripada dirimu?"

"Silahkan saja Jen, bahagiamu tidak boleh menunggu."

"Lalu kau kapan akan menikah?"

"Tidak tahu, Jennie ah. Aku tidak tahu."

"Tidak menikah jika tidak denganku, Jisoo eonni?"

"Mungkin.."

Jennie merindukan Jisoo setelah perpisahan mereka beberapa tahun lalu. Sekejap setelah itu Jennie menghilang. Jisoo beberapa kali mencarinya dan menemuinya namun Jennie memutuskan untuk memutus kontak dengan siapapun termasuk Jisoo.

Lalu lima tahun berlalu setelah perpisahan itu dan Jennie sangat merindukan Jisoo. Ia merindukan gadis itu setengah mati dan berusaha kembali berkontak dengan Jisoo. Alangkah terkejutnya Jennie ketika ia menyadari bahwa Jisoo tidak mengganti nomor ponselnya bahkan setelah bertahun lamanya.

Kembali berkomunikasi, Jennie hanya tahu bahwa ia banyak bercerita pada Jisoo perihal kedekatannya dengan banyak pria. Jisoo mendengarkannya, menanggapinya dengan baik hingga Jennie lupa untuk memperhatikan bagaimana keadaan hati gadis itu.

"Aku memang egois..", lirih Jennie.

Bangkit dari kursinya Jennie bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara itu playlistnya terus memutar setiap lagu yang memiliki getaran tersendiri manakala setiap lirik dan nadanya terdengar.

Lima belas menit berlalu dan Jennie selesai membersihkan diri. Sembari mengeringkan rambut, lekas-lekas ia berpiyama. Hanya seperti ini saja, rutinitas malamnya kembali membawa ingatan tak disengaja.

"Eonni!! Kenapa pakai piyamaku??"

"Hehe aku cocok tidak dengan piyama pandamu, Jen?"

Love PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang