Chapter XIX: 🎆🎆🎆

86 6 0
                                    

Edgar menyatakan keinginannnya untuk menjadikan Nonny istrinya kepada kedua orang tua Nonny. Saat ini Edgar, Mama Rani dan Bapak Robert menanti jawaban Nonny. Dengan gugup Nonny terpaksa menjawab, "Maaf Presdir...Saya....Saya...."

"Saya rasa, saya tidak butuh jawaban Nonny sekarang. Yang saya inginkan hanya restu dan ijin dari Ayah dan Ibu. Saya juga ingin Ayah dan Ibu tahu bahwa ada laki-laki yang sungguh-sungguh mencintai puteri Anda" potong Edgar.

Ia  tahu jawaban apa yang akan Nonny lontarkan. Ia sudah putuskan akan membuat Nonny jatuh cinta kepadanya. Nonny terdiam dengan jantung yang semakin berdebar kuat.

Edgar memutuskan untuk menginap beberapa hari di kota itu dengan menjalankan misi yaitu membuat Nonny jatuh cinta kepadanya. Tawaran Mama Rani agar Edgar menginap di rumahnya, ditolak secara halus oleh Edgar. Edgar memilih menginap di tempat penginapan terdekat. Edgar mulai menjalankan misinya dengan setiap pagi ia datang ke rumah makan untuk sekedar membantu Mama Rani dan Nonny. Urusan perusahaan, tetap dipantau Edgar dan Kai dengan setia akan mengirim berkas-berkas secara online kepada Edgar untuk sekedar membacanya atau menandatanganinya. Tugas Nonny di rumah makan, diambil alih semua oleh Edgar. Edgar sedang membersihkan meja, ketika Nonny mengajaknya bicara.

"Presdir tidak pulang? Bagaimana dengan perusahaan?" tanya Nonny yang mulai khawatir karena Edgar seolah melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang Presiden Direktur.

"Apa kamu mengkhawatirkanku Nonny? Wah...aku sangat senang. Aku akan baik-baik saja. Kamu lebih penting dari apapun"

Nonny hanya mengelengkan kepalanya mendengar jawaban Edgar. Ia bertanya-tanya ke mana perginya Presdir yang dulunya sangat dingin, kaku dan sedikit arogan. Namun dalam hatinya ia senang Edgar berada di sisinya seperti ini.

Edgar melanjutkan pekerjaannya dan masih ditatap Nonny. Ia tersenyum.

"Apa kau bahagia, Nonny? Kau senang Edgar ada bersama denganmu saat ini? Waahh..jantungmu berdetak cepat Nonny. Jangan-jangan kau jatuh cinta kepadanya. Selamat Nonny" batin Nonny.

Mama Rani yang memperhatikan keduanya tampak tersenyum. Kemudian sebuah ide muncul di benak Mama Rani.

"Maaf Ed, apa kamu bisa membantu Mama membeli beberapa kebutuhan di pasar?" tanya Mama Rani.

"Bisa Ma. Apa yang Mama butuhkan?"

"Mama sudah menulisnya di kertas ini. Kamu akan ditemani Nonny. Kamu mau kan Non temani Edgar? Kasihan Edgar. Dia masih baru di sini jadi pasti ia akan tersesat" pinta Ibu Rani kepada Nonny.

Nonny mengangguk pasrah dan mengambil catatan yang dipegang Mama Rani. Keduanya memutuskan berjalan kaki karena jarak menuju pasar tidaklah jauh. Edgar merasa senang bisa berjalan bersama Nonny. Ia bersyukur dan akan mengucapkan terima kasih kepada Mama Rani. Nonny merasa sedikit canggung bersama Edgar.

Nonny dan Edgar tiba di tempat yang menjadi tujuan mereka. Pasar tampak ramai dari biasanya. Di pinggir kiri dan kanan jalan banyak yang menjual lampion.

"Wow...ramainya. Apa akan ada acara?" tanya Edgar.

Nonny hanya mengangkat bahunya. Ia juga tidak mengetahuinya. Edgar mengikuti langkah Nonny. Nonny membeli segala kebutuhan yang tertulis di dalam kertas yang diberikan Mama Rani.

Seseorang menawarkan lampion kepada Nonny dan Edgar.

"Tuan apa Anda juga ingin membeli lampion?"

"Untuk apa lampion ini?" Tanya Edgar ingin tahu.

"Sepertinya Anda orang baru di tempat ini. Besok malam akan diadakan festival kembang api. Sudah menjadi tradisi di kota kami mengadakan festival seperti ini setiap tahunnya. Dan lampion ini, jika Anda menulis keinginan Anda dan datang bersama kekasih Anda maka keinginan Anda akan cepat dikabulkan"

Ketika Harus Memilih (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang