Chapter II: An Offer

149 9 4
                                    

Nonny melangkahkan kakinya keluar dari Ed Corporation. Ia menuju halte Bus. Dengan wajah lesuh, menyandarkan tubuhnya pada dinding halte, Nonny mulai memikirkan langkah selanjutnya untuk mencari kerja.

"Mencari kerja ternyata sangat sulit", gumamnya. Handphonenya berdering. Nonny tersentak, dilihatnya nama di layar Handphonenya. Ia tersenyum membaca nama yang muncul. Ya sosok yang ia rindukan. Dengan cepat ia menerima panggilan tersebut.

"Bagaimana interviewnya, Honey?"kata seseorang. Suara yang sangat Nonny rindukan. Mendengar suaranya, makin membuat Nonny rindu ingin segera bertemu.

"Tidak berjalan lancar, Will. Sepertinya aku harus memasukkan lamaran di tempat lain. Kamu kapan pulang? Aku rindu" jawab Nonny.

"Jangan bilang rindu. Itu menyiksaku. Karena akupun sangat, sangat, sangat merindukanmu, Beb. Tunggu aku. Setelah selesai membantu Papa di sini, aku pasti pulang. Kemungkinan paling cepat lusa. Dari awal kan aku sudah bilang, kamu kerja di perusahaan Papa saja. Kamu selalu menolak."

"Kamu tahu sendiri, aku hanya ingin sedikit berjuang. Aku tidak mau dapat pekerjaan tanpa usaha, Will. Dengan usaha yang aku lakukan, aku merasa lebih menghargai apa yang aku dapat nanti", jelas Nonny.

"Hmmm...alasan itu lagi. Iya...iya aku paham. Jangan lupa makan. Istirahat yang banyak. Tetap semangat!!!! Aku akan selalu mendukungmu. Bye Honey".

Panggilan terputus. Nonny memasukkan HPnya ke dalam tas. Ia merasa memiliki energi lebih setelah berbicara dengan kekasihnya, William.

Nonny bertemu William untuk pertama kalinya di JK Grup, perusahaan manufaktur milik Ayah William terkait dengan tugas kuliah saat ia semester IV. Nonny yang mempunyai wajah cantik dengan rambut sebahu membuat William yang bekedudukan sebagai Direktur di JK Grup, merasa tertarik padanya hingga kini mereka menjadi sepasang kekasih.

Bus yang ditunggu Nonny datang. Ia masuk ke dalam bus saat HPnya kembali berdering. Melihat nomor yang tidak dikenalinya, ia enggan untuk menjawab panggilan tersebut. Dua kali panggilan, tetap tak dihiraukannya. Bahkan ia memilih untuk men-silent-kan HPnya.

***

Nonny merebahkan dirinya di tempat tidurnya. Merasa lelah dengan yang terjadi hari ini. Ia mengambil HPnya, ada tujuh panggilan tidak terjawab dari nomor yang sama dari saat ia masuk bus yang memang sengaja tidak digubrisnya. Ia mengerutkan keningnya. Awalnya ia berpikir hanya telepon iseng ataukah sales yang ingin menawarkan barang. Namun ia pikir, mana ada orang iseng atau sales yang buang-buang waktu untuk meneleponnya sebanyak tujuh kali jika itu tidak penting. Lagi-lagi Nonny tidak peduli. Saat ia beranjak untuk mencari Ibunya, panggilan masuk dari nomor tersebut untuk kedelapan kalinya.

"Halo. Maaf ini siapa?!" Nonny memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut. Jawaban yang dinanti seseorang yang nyaris kehilangan pekerjaannya, jika ia gagal menghubungi Nonny.

Kai merasa lega. Ia mengucap syukur berkali-kali. Nonny menjawab panggilannya.

"Apa benar Anda Nonny Lateshia Lovata? Saya Kai Kim dari Ed Corporation. Anda diterima bekerja sebagai sekretaris di perusahaan kami. Anda dapat bekerja mulai besok pukul 8 pagi. Saya harap anda tidak terlambat di hari pertama kerja" kata Kai pasti tanpa buang-buang waktu.

Nonny tidak percaya dengan yang ia dengar. Ia terdiam berusaha mencerna kalimat-kalimat yang baru saja ia dengar.
Tidak ada jawaban dari Nonny yang membuat Kai kembali berkata," Maaf Nona. Apa anda mendengar saya? Nona..Nona.."

"Ah, maaf Pak Kim saya sedikit terkejut dengan apa yang Bapak sampaikan. Tapi apa Bapak yakin kalau saya yang diterima bekerja? Apa Bapak tidak salah orang? Saya yakin ini pasti SALAH". Nonny memberi penekanan pada kata SALAH karena ia sendiri sadar kalau ia tidak akan diterima untuk perusahaan sebesar dan terkenal seperti Ed Corporation.

Ketika Harus Memilih (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang