Chapter XXI: END

165 8 13
                                    

Edgar menyelesaikan masalah proyek di Seoul dalam dua hari. Ia merasa lega tidak harus menunggu sampai lusa untuk pulang. Namun perasaannya sedikit tidak enak. Ia merasa cemas. Ia mencari ponselnya untuk menghubungi Nonny.

"Ah..aku lupa kalau HPku tertinggal di Hotel" kata Edgar mempercepat laju mobilnya.

Edgar mengambil HPnya. Melihat beberapa panggilan dari Nonny ia tersenyum.

"Apa ia begitu merindukanku sampai-sampai menelepon sebanyak ini?" Edgar tersenyum.

Saat ia ingin menelepon Nonny. Panggilan masuk dari Mama Rani. Edgar mengangkatnya. Terdengar suara tangisan Mama Rani.

"Ada apa Ma? Kenapa Mama menangis?" Edgar mulai khawatir.

Edgar seketika membeku. Ia merasa kesulitan untuk bernafas. Edgar menuju bandara Incheon. Ia harus pulang malam ini juga. Ia terlihat frustasi. Matanya memerah menahan tangis. Ia mengutuki dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi Nonny.

***

Edgar berdiri di depan makam basah dengan tatapan kosong. Ia ingin teriak meluapkan kekesalannya. Kekesalan terhadap dirinya yang tidak bisa melindungi Nonny dan terlampau egois dengan mementingkan perusahaannya. Kejadian yang dialami Renata karena mengutamakan pekerjaan seharusnya menjadi pelajaran untuknya. Namun ia lagi-lagi membuat kesalahan yang sama.

"Selamat jalan. Semoga kamu beristirahat dengan tenang. Maaf jika aku pernah menyakitimu. Sampaikan salamku jika kamu bertemu Renata" lirih Edgar.

***

Flashback On

Nonny dibawa ke rumah sakit oleh beberapa pejalan kaki yang melihat Nonny terjatuh di depan pintu restoran. Dokter segera menangani Nonny dengan membawa Nonny ke ruang operasi.

Mama Rani dan Bapak Robert datang dengan tergesa-gesa setelah mendapatkan kabar kondisi Nonny. Mama Rani menangis. Bapak Robert berusaha menenangkan Mama Rani.

Edgar sampai di rumah sakit dengan langkah lunglai mendekati ruangan operasi. Tangis Edgar pecah. Rasa takut mulai menyelimutinya. Ia takut kehilangan Nonny seperti ia kehilangan Renata. Bapak Robert merangkul Edgar berusaha menguatkan Edgar.

Tiba-tiba seorang suster keluar dari ruang operasi dan berkata,"Maaf Pasien mengeluarkan banyak darah. Kami kehabisan stok darah. Apa ada diantara keluarga Pasien yang memiliki golongan darah A? Pasien butuh transfusi darah secepatnya"

"Saya Suster. Golongan darah saya A. Ambil darah saya saja" kata Edgar cepat. Suster mengajak Edgar untuk masuk ke dalam ruangan transfusi darah.

"Aku mohon bertahanlah, Nonny" lirih Edgar.

***

Nonny membuka matanya. Ia berdiri di tengah hamparan bunga lili putih. Ia mengenakan gaun berwarna senada dengan keadaan di sekitarnya.

"Apa aku bermimpi?" Nonny bertanya dalam hati.

Ia berjalan menyusuri bunga-bunga lili yang ada. Sepi dan tidak ada satupun orang yang berada di situ selain dirinya. Ia bingung akan ke mana. Seekor kupu-kupu terbang mendekati Nonny. Nonny tersenyum. Ia berjalan mengikuti arah kupu-kupu itu terbang.

Nonny terhenti. Ia melihat seseorang menatapnya dari jauh. Nonny semakin mendekati sosok tersebut. Seorang perempuan muda berambut panjang sepinggang menatap sendu ke arahnya.

Ketika Harus Memilih (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang