Syai Garden Cafe

21 2 0
                                    

Jangan lupa vote dan commentnya ya 😊😊

Happy reading

Al pun menancapkan gasnya untuk pulang kerumahnya. Ia yang tak sengaja melihat perempuan itu, perempuan yang terlalu cuek dengan keadaan, perempuan yang tidak pernah lepas dari yang namanya buku di tangannya. Dia yang sedang menunggu angkutan umum. Al pun tergerak untuk memperhatikannya sesaat. Namun perempuan itu terlihat acuh dan hanya fokus dengan dunianya sendiri. Al tetap bertahan untuk memperhatikannya hingga angkutan yang di tumpangi perempuan itu berlalu.

"Sial...kenapa aku kepikiran dengan perempuan aneh tersebut." Al menggerutu sambil memukul stir mobilnya. Namun Al tetap fokus dengan jalanan didepannya.

Sepuluh menit kemudian Al telah sampai di gerbang rumahnya. Rumah yang luas dan terkesan mewah serta modern bergaya Eropa. Dengan pagar yang menjulang tinggi. Dihalaman rumahnya terdapat pohon palem yang tertata rapi dan rerumputan yang hijau, ditambah dengan bunga-bunga yang menghias sekitar halaman rumah.

Tin-tin...

Al membunyikan klaksonnya. Satpam pun menekan tombol remotnya hingga pintu pagar pun terbuka secara otomatis. Mang Sarif menganggukan kepalanya kepada anak majikannya.

Rumah begitu sepi karena kedua orang tuanya sedang sibuk mengurus bisnisnya diluar negeri. Ayah Al adalah seorang pemilik perusahaan yang bergerak di bidang resort, perbankan dan industri yang merambah hingga ke benua Eropa. Hanya ada beberapa orang pelayan dan seorang satpam juga dua orang sopir yang sering menemani Al dirumah.

Setelah Bi Munah membukakan pintu. Al bergegas menaiki tangga untuk mencapai kamarnya yang berada di lantai dua. 20 menit cukup buat Al membersihkan dirinya.

Pintu kamarnya pun terbuka, terlihat Al yang berpakaian santai, dengan hodi dan celana jeans panjang. Al berjalan menuruni tangga kemudian membuka pintu utama. Ia menepati janjinya untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatnya di kafe biasa, Syai Garden Cafe.

Al melajukan mobilnya dengan kecepatan normal sambil sesekali memperhatikan ke arah kaca spion samping mobil, kemudian fokus kedepan. Perjalanan yang di tempuh Al hanya memakan waktu 15 menit, karena letak kafe yang tidak jauh dari rumahnya.

Al keluar dari mobilnya setelah ia memarkirkan mobilnya. Ia berjalan dengan santai kemudian masuk kedalam cafe. Suasana kafe yang didesain kekinian menyambutnya, desain kafe yang menonjolkan khas anak muda.

Al mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru cafe untuk melihat keberadaan sahabat-sahabatnya. Suasana cafe yang lumayan ramai tidaklah menyulitkan bagi Al untuk menemukan keberadaan sahabatnya. Mereka duduk di pojokan di dekat jendela kaca besar yang menghadap ke taman.

"Udah lama sampainya nih?" Al tampak bertos dengan sahabat-sahabatnya kemudian mendudukan dirinya pada kursi yang kosong.

"Baru aja, 5 menit yang lalu". Aldo melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Andra melambaikan tangannya pada waiters. Waiters datang dan mencatat pesanan mereka. Setelah selesai, waiters pun berlalu.

Al kembali mengedarkan pandangannya kesekeliling kafe, seolah-olah dekorasi cafe ini sangat menarik baginya dan tidak pernah bosan untuk di pandang mata. Tanpa sengaja matanya melihat perempuan aneh yang siang tadi di lihatnya. Dahinya berkerut pertanda bingung.

Sedang apa ia disini? Patung hidup itu tidak punya teman tapi masih bisa kesini?

Al asyik dengan pikirannya sendiri. Ia merasa heran dengan keberadaan gadis tersebut.

Sedang apa ia disini? Bukankah ia sangat menghindari keramaian?

Al tidak mendengar lagi percakapan dengan para sahabatnya, bahkan saat Aldo mengoceh padanya.

Aldo yang merasa di acuhkan pun melihat kearah Al dan memberi kode pada sahabatnya. Namun yang lainnya hanya mengangkat bahunya. Aldo memperhatikan arah pandang Al namun tidak terdapat objek apapun, hanya meja yang kosong.

"Al kamu kenapa sih dari tadi melamun aja?" Aldo menepuk bahu Al.

Al sedikit kaget, namun bisa ditutupinya. Al hanya mengedikkan bahunya.

"Cerita dong sama kita, tidak biasanya seorang Aldebran bersikap seperti ini." Irfan menimpali.

Al pun mengarahkan dagunya kearah objek yang dimaksudnya. Semua mata pun terfokus memandang pada objek tersebut. Mereka melihat keberadaan Alis yang berdiri di depan pintu pembatas antara dapur dan ruangan dalam kafe. Kemudian melihat ke arah Al dengan kening berlipat-lipat.

"Oh gadis itu?" Irfan pun memperhatikan raut muka Al. "Tidak ada yang aneh, memangnya kenapa?" Irfan kembali melihat ke arah Alis.

Andra dan Aldo tampak menunggu jawaban yang akan dilontarkan oleh Al.

"Heran aja, padahal dia itu tidak punya teman, terlalu cuek. Kok bisa ada di kafe seperti ini?" Al menyuarakan kebingungannya sambil terus menatap kearah Alis.

"Emangnya kamu tahu dari mana kalau dia seperti itu?" Andra malah melontarkan pertanyaan balik.

Al tampak menarik nafasnya. "Aku sih juga tidak mengenalnya tapi penghuni sekolah sering membicarakannya." Al menatap kearah sahabatnya bergantian dan ia teringat percakapannya dengan Aldo pagi tadi setelah berhadapan dengan gadis aneh tersebut.

"Mungkin dia kerja disini Al, soalnya setiap kali kita kesini, dia selalu berada disini. Dan kamu hanya baru menyadarinya Al." Andra menjelaskannya pada Al.

"Benarkah, ku pikir ia hanya akan bekerja di perpustakaan, setelah melihat kebiasaannya." Irfan terkekeh dengan pemikirannya.

"Udahlah... itu urusannya. Kenapa kita mesti repot." Aldo melerai pembicaraan mereka. Dan bersorak senang saat waiters datang mengantar pesanan mereka.

🖤🖤🖤🖤🖤

Segitu aja dulu ya.

Sorry...typo masih bertebaran.

Layangan Kertas ( Cinta Tak Biasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang