Jambret dan Sang Penolong

25 3 0
                                    

Hari ini adalah hari minggu. Hari yang biasa digunakan oleh Al untuk berolahraga keluar rumah. Sepagi ini ia sudah berada di taman untuk melakukan jogging.

Terdengar bunyi dering dari handphone milik Al. Al merogoh saku celananya. Ia melihat nama kontak pemanggilnya, Al tersenyum lebar. Ia menggeser tombol hijau pada layar handphonenya. Belum sempat Al meletakkannya di samping kepala, tiba-tiba ada seseorang yang merebut hpnya.

"Eh jambret." Al kaget dan bergwrak refleks, ia bergegas berlari untuk mengejarnya. Setelah dirasa cukup kencang berlari, akhirnya Al bisa mengejarnya. Tangan Al berhasil menggapai bahu jambret tersebut. Tetapi jambret itu melawan. Al yang sedikit gusar pun membanting jambret tersebut namun jambret itu dapat menyeimbangkan badannya sehingga ia tidak sepenuhnya terjatuh. Tangannya berhasil menyangga tubuhnya.

Jambret tersebut berusaha menendang perut Al namun Al bisa menghindarinya dan memberikan bogeman yang tepat mengenai pipinya. Al memiting tangan jambret tersebut kearah belakang sehingga hp yang dalam genggamannya pun terjatuh. Kemudian Al mendorongnya kedepan sehingga jambret tersebut tersungkur.

Saat Al berjongkok ingin mengambil hpnya, tiba-tiba ada yang menendangnya dari belakang. Al yang tidak fokus pun kaget dan terjatuh.

Ternyata Al sudah salah perhitungan. Ia memasuki wilayah kawasan preman saat mengejar jambret tadi tanpa ia sadari.

Beberapa preman kembali bermunculan guna membantu salah satu temannya yang di kalahkan oleh Al.

Tujuh orang preman muncul mengelilingi Al. Penampilan mereka begitu beringas. Berjenggot tebal, brewok, ada yang botak dan ada yang gondrong. Beberapa bagian tubuh mereka dihiasi tato dengan gambar tengkorak dan naga. Perawakan mereka yang besar dan kekar berotot.

Namun Al tidak pernah takut untuk menghadapinya, padahal lawan yang benar-benar tidak seimbang, 1 orang melawan 7 orang.

Baku hantam pun tak terelakan, tiga orang sudah berhasil Al lumpuhkan. Kini hanya tinggal 4 orang.

Namun saat Al lengah, perut dan wajahnya pun terkena tendangan dan pukulan sehingga Al pun limbung karena tidak dapat menyeimbangkan badannya. Ia begitu kewalahan menghadapi preman tersebut yang main keroyok. Bahkan ia hanya bisa pasrah dan berharap ada yang menolongnya. Sungguh ia tidak berdaya karena terus-menerus mendapat pukulan yang bertubi-tubi.

Tiba-tiba dari arah sampingnya, Al dapat melihat beberapa preman yang tumbang dan mereka berlarian tanpa melawan balik. Al merasa bingung, entah apa yang membuat mereka ketakutan seperti itu. Saat Al menoleh kesamping, ia hanya melihat punggung seorang wanita. Al terus memperhatikan wanita tersebut sampai perempuan itu berbalik.

Deg.

Al begitu terkesiap kaget dengan keberadaannya yang tepat berada di hadapannya. Al tidak menyangka di saat-saat genting seperti ini ia malah bertemu dengan perempuan tersebut. Ia pikir perempuan itu hanya tahu tentang dunia buku, ternyata Al salah. Perempuan itu sangat pandai beladiri.

🖤🖤🖤🖤🖤

Alis sedang berada di taman dengan sebuah buku di tangannya. Suasana taman yang mulai ramai pun membuatnya tidak betah berada disana.

Alis berjalan dengan santai sambil sesekali matanya menatap beberapa keluarga yang tampak harmonis dengan anak-anak mereka, seolah penuh dengan kebahagiaan. Dia juga melihat beberapa pasangan yang tampak romantis dan beberapa anak-anak sedang bermain kejar-kejaran. Tapi ia tidak perduli dengan semua itu. Alis terus berjalan dan ia seperti merasa sedang di ikuti oleh seseorang. Ia menoleh ke belakang dan memperhatikan setiap orang yang berada di taman tersebut. Namun nihil, tidak ada seorang pun yang mencurigakan.

Alis mempercepat langkahnya hingga ia menangkap bunyi gedebug, seperti sebuah perkelahian. Alis mengintip kedalam gang yang kumuh dan gang ini merupakan sarangnya preman. Ia melihat seorang pemuda yang tergeletak tidak berdaya di atas tanah sedang di keroyok oleh beberapa preman. Alis tampak geram, kepada mereka karena terus memukuli orang yang sudah tidak berdaya lagi. Benar-benar pengecut, bisanya hanya msin keroyok.

Tap tunggu dulu, Alis tampak berpikir.

' Siapa yang berani memasuki kawasan ini dan apa yang di carinya? Apa mungkin...' Alis terlalu hanyut dengan pikirannya hingga tidak memikirkan lagi tentang orang yang mengikutinya tadi.

Alis kembali melihat kearah pemuda tersebut setelah ia mendengar jeritan kesakitan yang terlontar dari mulut pemuda itu.

Alis bergegas berlari dan menendang preman-preman tersebut, beberapa dari mereka langsung tumbang. Mereka semua menoleh kearah Alis yang memasang ancang-ancang dan meereka tampak sangat terkejut dengan wajah yang sangat pucat. Perlahn mereka berjalan mundur sambil mengangkat tangannya ke udara tanda menyerah, kemudian berlari pontang-panting meninggalkan Al yang babak belur namun masih bisa menguasai kesadarannya.

🖤🖤🖤🖤🖤

Hari ini Riyan berencana untuk melihat keadaan Alis. Ia begitu merindukannya walaupun baru kemarin ia melihatnya di kafe.

Ia tersenyum sumringah saat membayangkan ia yang terus mengikuti Alis secara diam-diam. Katakanlah ia penguntit, memikirkan itu semua membuatnya tertawa geli.

Bergegas Riyan mengambil kunci mobilnya dan meninggalkan rumahnya. Sambil menyetir mobilnya, ia terus bersiul. Ia mengarahkan mobilnya menuju ke arah kediaman Alis. Namun ia urungkan karena melihat Alis yang berjalan berlawanan arah dengannya. Riyan melihat belokan di depannya, ia memutar mobilnya untuk mengikuti Alis. Mobilnya berjalan dengan perlahan.

Alis membelokkan langkahnya menuju kearah taman. Riyan pun bergegas memarkirkan mobilnya. Suasana taman yang belum ramai oleh pengunjung membuat Riyan tidak kesulitan menemukan Alis. Riyan duduk di bangku taman yang cukup jauh dari bangku yang di duduki Alis. Ia terus memperhatikan Alis yang sibuk dengan bukunya. Ia tak pernah bosan memandang Alis.

Rindu di hatinya membuncah. Ia begitu ingin memeluk Alis untuk menyalurkan kerinduannya tapi itu semua tidak lah mungkin. Ia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya apabila ia menampakkan dirinya di hadapan Alis. Ia tidak ingin menanggung resikonya. Hatinya pedih memikirkan itu semua. Penyesalan terus menghunjam hatinya.

Riyan terus melamun tanpa menyadari kepergian Alis. Ia terkejut  saat melihat Alis yang sudah berjalan menuju ke arah luar taman. Bergegas ia berlari mengikutinya namun tetap dengan langkah yang berhati-hati.

Riyan mengelus dadanya dengan perlahan di balik pohon cemara saat Alis memalingkan wajahnya. Ia merasa sangat konyol dengan semua ini. Terlihat Alis seperti mencari-cari seseorang. Mungkin dia curiga karena merasa di ikuti oleh seseorang. Kemudian Alis meneruskan langkahnya tanpa perduli lagi dengan suasana di sekelilingnya. Hingga ia berhenti di depan sebuah gang kumuh yang cukup jauh dari taman tersebut.

Riyan memperhatikan gerak-gerik Alis yang terlihat sedang memikirkan sesuatu dan terlihat mencurigakan.

"Jangan-jangan..." Riyan bergegas berlari saat melihat Alis yang berlari masuk ke dalam gang tersebut. Riyan sangat tahu daerah ini yang dikuasai oleh preman-preman yang kejam dan sadis.

Ia mengintip Alis yang menendang para preman tersebut dan tidak mendapat serangan balik malah mereka kabur. Tampak tergeletak seorang pemuda di dekat Alis seperti sehabis di keroyok oleh preman tersebut. Rupanya Alis menolong pemuda tersebut.

Riyan bernapas lega tapi sejak kapan ia pandai beladiri? Padahal setahunya, dulu Alis adalah orang yang sangat penakut dan selalu meminta perlindungan padanya. Ternyata banyak perubahan pada Alis yang tidak ia ketahui. Ia ingin sekali mendekat dan memeluk Alis, ia tidak ingin melihat Alis seperti ini. Ia ingin melindunginya. Tapi ia berusaha menekan egonya. Riyan menggenggam erat tangannya hingga buku jarinya memutih. Ia merasa sangat kecewa dengan dirinya sendiri.

🖤🖤🖤🖤🖤

Part selanjutnya 👌

Jangan lupa vote dan commentnya. Ku tunggu loh buat perbaikan nantinya.

Layangan Kertas ( Cinta Tak Biasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang