Ancaman Atau Peringatan

12 3 0
                                    

Happy reading...




Bel pulang berbunyi dengan nyaring. Bu Marni mengakhiri pelajarannya. Seluruh siswa-siswi serempak berhamburan keluar kelas. Hanya Alis dan Liza yang tampak masih duduk dibangku mereka. Seperti biasa, Alis selalu mengeluarkan bukunya untuk dibaca.

"Lis, tidak bosan apa? Kamu selalu baca buku bisnis. Coba dong baca yang lainnya biar hidupmu juga ada warnanya." Liza betceloteh sambil menatap kearah Alis.

Alis hanya diam dan tidak merespon kata-kata Liza barusan.

"Ck. Ck. Ck. Huh! Kamu Lis." Liza menggeleng-gelengkan kepalanya melihat respon Alis yang datar. "Pulang yuk!" Kata Liza sambil berdiri.

Alis beranjak dari duduknya dan menghampiri Liza yang sudah menunggunya. Mereka berjalan bersama menuju kearah parkiran.

"Sepi Lis, jangan-jangan ada setannya lagi." Liza celingak-celinguk memperhatikan suasana sekolah yang mulai sepi. Ia menatap kearah Alis, namun respon Alis tidak pernah berubah. Alis tetap diam dan fokus pada bacaannya. Sesekali Alis melihat kearah depan untuk melihat langkahnya.

Sesampainya Alis dan Liza diparkiran, Liza sangat terkejut melihat pemandangan didepannya. Terlihat sepeda Alis yang berantakan. Bannya yang terlepas dari badannya dan rantai sepedanya yang putus. Juga ban dalam sepedanya yang keluar dari tempatnya. Liza menutupi mulutnya yang menganga karena tidak percaya dengan semua ini. Ia menatap kearah Alis beberapa kali dengan menyenggol Alis.

Alis hanya diam tenang melihat sepedanya yang tidak berbentuk. Matanya menatap tajam dan tersenyum sinis, dia tahu siapa yang telah berani mengusik hidupnya.

"Lis, jangan diam saja. Gimana ini?" Liza melihat kearah sekeliling parkir tapi tampak sangat sepi. Ia begitu geram dengan sang pelaku yang sengaja merusak sepeda Alis dan mengusik ketenangan disekolah ini.

Alis tidak merespon, ia hanya diam saja dan memikirkan tentang hukuman apa yang pantas untuk anak baru tersebut. Mungkin dia akan melihat sejauh mana gadis itu berani berbuat onar disekolah ini.

Alis berjalan kearah pintu gerbang sekolah, sementara Liza tampak berdecak melihat kepergian Alis yang diam tanpa sepatah katapun. Liza berlari mengikuti Alis.

"Mau kemana Lis?" Liza bertanya dengan mimik heran.

Alis mengarahkan dagunya menuju pos satpam. Liza yang melihat kearah pandangan Alis pun hanya mengangguk.

'Mungkin dia perlu bantuan satpam untuk memperbaiki sepedanya' pikir Liza.

"Ada apa neng?" Pak satpam, mang Usru bertanya sambil mengangguk hormat saat melihat dua orang siswi yang menghampiri pos penjagaannya. Ia sangat mengenal Alis yang selalu tampil sederhana dan apa adanya.

"Sepeda Alis disana itu, rusak Mang," tunjuk Liza menyahut, bukan Alis. "Mamang bisakan bantu memperbaikinya?" Tanya Liza.

"Boleh," Mang Usru mengangguk dan mengikuti mereka berdua kearah parkiran.

"Subhanallah neng!" Mang Usru sangat terkejut melihat sepeda Alis yang tidak berbentuk. Ia mendekat dan melihat keadaan sepeda Alis. Ia menggelengkan kepalanya sambil menatap kearah sekeliling parkir.

"Sepertinya tidak bisa diperbaiki neng, harus beli beberapa peralatan baru untuk mengganti yang rusak." Tunjuk mang Usru pada ban dalam sepeda Alis. Ia menatap prihatin kearah Alis dan Liza.

Alis hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasihnya.

"Udah, pulang sekarang yuk! Urusan sepeda biar tukang bengkel saja nanti yang kemari untuk mengambilnya dan memperbaikinya." Liza menatap kearah Alis.

Layangan Kertas ( Cinta Tak Biasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang