part 9. Cemburu

284 6 0
                                    


"Rosa ... Aku benar-benar jatuh cinta sama kamu, Ros! Tolong ... kamu cepat putus hubungan dengan Ilham. Aku ingin jadi pacar resmimu, Ros!" ucapku sambil menangis di pelukannya Rosa.

Rosa tak bereaksi sedikitpun. Ia hanya diam mematung dengan membiarkan tubuhnya ku peluk erat Pandangan matanya lurus ke depan.

Seperti seorang ibu bijak yang menghadapi anak kecilnya meronta-ronta minta mainan, Rosa menunggui tangisku sampai mereda.

Cukup lama ia terdiam. Lalu ia menepuk-nepuk punggungku. "Cukup, cukup! Cowok kok nangisan!" ucapnya sambil melepaskan pelukanku.

"Risih aku lihat kamu nangis begini. Akrifis kok nangisan!" katanya lagi.

"Laki-laki kan boleh nangis, Ros?" balasku.

"Iya, tapi aku gak simpatik lihat kamu nangis di depanku! Mirip ayahku banget, kamu ini!"

"Kenapa dengan ayahmu, Ros?"

"Nggak apa-apa, males aku bahas dia. Kamu kenapa tiba-tiba nangis?"

"Semalaman aku gak bisa tidur, Ros! Mikirin kamu sama Ilham."

"Nah, iya kan. Pikiranmu negatif terus sama aku!"

"Kenapa mulai sore HPmu dimatikan Ros?"

"Aku males di hubungi ayahku. Makanya aku matikan mulai siang."

"Kenapa gak sms dulu sama aku, Ros?"

"Gak sempat. Terus aku keluar ke Situbondo sama Ilham. Pulangnya sampai magrib. Kecapekan, aku terus ketiduran di kontrakannya Ilham."

"Capek karena gituan sama Ilham, kan?"

"Nah kan, ngomongmu selalu gitu!Gak suka aku. Kamu gak pernah percaya sama aku!"

"Terus sebungkus kondom di mejamu itu untuk siapa, hayo ...?"

Mendengar pertanyaanku yang mengungkit soal sebungkus kondom di meja kamarnya, Rosa seketika berdiri, lalu ia berlalu ke kamarnya. Sejurus kemudian ia membawa sebungkus kondom yang menjadi kecurigaanku.

"Sebungkus kondom ini, kan?" tanya Rosa dengan perasaan kesal.

"Iya ..." jawabku mengangguk.

"Ini ... coba kamu hitung tinggal berapa isinya!" ucapnya dengan nada tinggi. Sebungkus kondom di tangannya ia berikan kepadaku.

Lalu aku mengambilmya dan aku hitung isinya masih tetap sama.dengan yang kemarin. "Iya masih tetap jumlahnya." timpalku.

"Makanya, kamu jangan punya pikiran jelek terus sama aku, Gio! Asal kamu tahu, ya. Ilham itu gak tahu kalau aku nyimpan kondom ini!"

Aku pun menanggapinya dengan tersenyum malu.

Melihatku tersenyum, Rosa duduk disampingku lagi. Sejurus kemudian Rosa meremas tanganku. "Gio, aku kan udah bilang, kalau aku tuh sudah cinta sama kamu."

"Rosa kok gak manggil aku Mas Gio, sih?" timpalku protes di panggilnya Gio saja.

"Malas aku manggil kamu Mas. Sikapmu kayak anak kecil.! Nggak dewasa banget..."

"Aku kan pertama ini jatuh cinta sama perempuan, Ros. Itu pun ...."

" itu apa?" timpa Rosa memotong.

"Ya, kamu duakan aku!" balasku dengan nada kecewa.

"Terus maunya kamu gimana?"

"Ya kamu sendiri yang bilang mau mutusin Ilham, kan?" tagihku pada Rosa.

"Iya, tapi kan gak bisa sekarang, Gio!"

"Kenapa ...?"

"Dia orangnya baik banget. Makin lama Ilham makin sayang sama aku! Aku juga gak tega ninggalin dia. Aku takut dia tanpa aku, dia balik lagi ke dunia hitamnya. ..."

Rosa menunduk dan melepaskan genggaman tanganku.

"Dia punya dunia hitam apa, Ros?" tanyaku penasaran

"Dulu Ilham sebelum jadi pacarku, pecandu narkoba. Setelah jadi pacarku dia sembuh. Aku gak bisa bayangkan kalau aku tinggalin Ilham, dia akan balik lagi jadi pemakai." jawabnya dengan nada sedih.

" Iya sih ... Tapi aku pingin kamu putus sama dia, Ros! Sakit banget menjadi pacar ke duamu!"

"Katanya kamu sayang aku, Gio?"

"Iya ..."

"Katanya cintamu tidak untuk mengekang hidupku?"

"Iya ..tapi.."

" Katanya pula sayangmu tidak untuk memaksakan keinginanmu? Dan ... Cintamu akan membebaskan aku menjadi apa adanya?"

"Iya, iya ...benar kamu, Ros! Tapi ..."

"Tapi apa?"

"Aku cemburu, Ros!"

"Kok bisa kamu cemburu?"

"Entahlah ..."

'Sejak kapan kamu cemburu?"

"Kemarin saat melihatmu di dalam kamar berdua dengan Ilham."

"Kenapa itu bisa membuatmu cemburu, Gio? Kamu kan cerdas. Kamu kan banyak bukunya, Gio. Carilah tahu, apa cemburu itu?"

"Ah ..malas aku Ros mencari tahu. Yang aku tahu, aku ingin memilikimu dengan kongkrit!" pungkasku.

Tiba-tiba bibir Rosa mendarat begitu saja tanpa aku duga. Kebetulan hujan deras sedang turun meriuh di atas genting. Dan aku pun terbuai olehnya sambil menunggu hujan itu reda.

#Bersambung

Oh, ya cerbung ini ingin mengungkapkan kepada pembaca bahwa kelemahan laki-laki itu ada di kekuatannya. Sedang kekuatan perempuan itu ada di kelemahannya.

 Sedang kekuatan perempuan itu ada di kelemahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebungkus Kondom UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang