PoV Rosa (Part 12)

261 7 0
                                    

POV ROSA

Gio tak dapat aku cegah untuk tidak pindah kos dan menjauh dariku. Aku bisa, apa ... ?

Padahal penasaranku padanya sudah di level-4.

Beserta rindu yang sedang menggelora padanya, menjauhnya Gio dariku, hanyalah menjadikan aku bagai anak kecil yang terampas bonekanya saat asik bermain.

Ah ... Sungguh rinduku pada Gio ini terlalu kurang ajar, membuat dadaku sesak dengan ritme yang tak karuan.

Namun ...apalah dayaku yang sudah kadung terbawa arus permainan yang kuciptakan sendiri. Maka ... aku tak boleh berhenti sampai di sini.

Aku harus memiliki Gio, apapun caranya.

Dari sekian lelaki yang pernah ku ajak kencan dan pernah menjadi pacarku, sungguh aku belum pernah bertemu lelaki se-keren Gio.

Aku tak perlu memberitahukannya, bagaimana kerennya pikiran dan perilakunya Gio selama ini. Ia pernah coba disuap dengan mobil baru agar menghentikan perjuangannya, tetapi ia menolaknya demi rakyat desa yang dicintainya.

Dengan jarak tempat kos yang semakin jauh, rasanya sulit bagiku menembus benteng pertahanannya.

Namun ... aku yakin, seperti yang telah diajarkan film yang ku tonton, sekuat-kuatnya lelaki pastilah ia punya kelemahan. Dan selemah-lemahnya perempuan, pastilah ia memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Begitu pula dengan Gio dan aku.

Tiba-tiba aku punya ide ...!

Aku tahu Gio suka banget bila aku beri surprise. Rata-rata orang cerdas seperti Gio itu, kan, suka dengan hal hal baru, suka dengan dunia baru yang menantang.

"Nisa ... jalan-jalan yuk, Nis!" ajakku kepada Nisa agar ikut ke toko Gramedia. Dan mau menemaniku bertemu Gio.

"Mau apa kesana, Ros?"

"Mau cari buku pesanannya Gio. Ayo lah, Nisa! Daripada kamu sendiri di si ni. Sekalian kita main-main ke kantornya Gio." Aku membujuk Nisa demgan mengatasnamakan Gio supaya dia mau menemaniku.

Nisa pun mau. Akhirnya aku dan dia berangkat.

Semoga dengan ku belikan buku, bisa menjadi jalanku membuka jendela hatinya Gio.

Banyak teman-temannya bilang, jika Gio itu bagai buku berjalan. Mudah-mudahan dengan kubelikan dua buku tentang seks dan spritual ini, Gio auto menjadi teks berjalan kepadaku.

Ternyata benar....!

Usai dia membaca dua buah buku yang aku belikan, tawaranku menikah siri diterimanya.

Iya aku menikah siri dengan Gio.

Sementara aku dengan Ilham, memang belum cerai.

Bila ayahku bisa memuaskan nafsu sahwatnya atas nama poligami, kenapa aku tidak boleh bersuami dua.

Hal Ini sudah.lebih baik daripada sebelumnya, dimana aku bergonta.ganti pasangan tanpa ikatan yang sakral. Hanya demi gaya hidup dan alasan tak jelas, aku bak khewan bergonta-ganti pasangan. Bila dulu aku kawin, kini aku menikah.

Kini... aku lebih manusiawi dengan mengikatkan diri pada pernikahan, kan?

Syah tidak syahnya, itu urusanku dengan Tuhan.

Jangan kau pandang keputusanku ini dari kaca mata hukum. Sebab dunia dan isinya ini memang dicipta oleh kaum laki-laki. Maka apa yang aku lakukan ini, tak akan ada benarnya dalam cara pandang laki-laki.

Selain itu, lantaran posisiku delimatis. Aku tak mungkin bercerai dulu dengan Ilham, baru.menikah siri dengan Gio. Bila aku putuskan Ilham, lalu ia kembali pada dunia narkobanya, apa aku tidak kejam kepadanya?

Sebungkus Kondom UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang