4. Marah

9 1 0
                                    

Tok... Tok... Tok...

"Dek buka dong, masak abang nya yang cakep ini di anggurin. Entar abang lumutan loh."

"Dek abang minta maap deh. Abang gak ada maksud buat ngetawain lo."

Tok... Tok... Tok...

"Dek"

"Alana Karnita buka pintunya!"

Gibran terus mengetuk pintu kamar Alana untuk membujuknya agar tidak marah kepada abangnya ini.

Flasback on

Setelah meledaknya tawa Gibran. Alana langsung pergi dari hadapan Gibran dengan menggunakan taksi, meninggalkan Gibran yang masih terdiam. Tapi Alana terlebih dulu melakukan pembayaran untuk membeli barang-barang yang ada di dalam keranjangnya.

Gibran masih belum sadar. Gibran linglung seperti orang kebingungan. Gibran menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

5 detik
6 detik
7 detik

Gibran membulatkan matanya dengan sempurna. Ia langsung keluar dari mini market untuk segera mengejar Alana yang sudah pundung terhadapnya.

'Mampos lo kena marah Mama lagi'

Flasback off

"Dek, abang minta maap"

Tok... Tok... Tok...

Gibran terus menggedor pintu kamar Alana. Berharap orang yang ada di dalam berkenan membukakan pintu ini.

Gibran kembali mengacak rambutnya yang sudah terlihat kusut. Jangan lupakan mukanya yang juga terlihat tak kalah kusutnya.

"Emang ya... Pengesalan selalu ada di akhir." gumam Gibran pelan.

"Iya lah, kalo di awal namanya pendaftaran." ujar Mira yang sendari tadi memerhatikan aksi gedor-gedoran yang dilakukan oleh anak tetuanya itu.

Gibran membalikkan badannya mencari sumber suara itu. Ia menyengir kuda karna sudah berhasil menemukan sumber suara tersebut.

"Peace Ma" Gibran mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya di depan muka. Tak lupa dengan cengiran kudanya yang masih melekat di bibirnya itu.

"Mama gak mau tau ya bang, kalo adek masih marah... Abang gak dapet jatah makan. Titik." setelah itu Mira pergi, menghilang dari mata Gibran.

Gibran menghembuskan nafasnya dengan kasar. Merasa lelah.

***

Sedangkan di lain tempat. Alana masih bergulat dengan selimutnya. Ia mengantuk tapi tidak bisa karna ada gangungan dari abang reseknya itu.

Suara ketukan dan diikuti suara berat abangnya itu mengganggu tidur cantiknya.

Sebenarnya, Alana sudah melupakan dan memaafkan abangnya itu. Walaupun masih sedikit bete dan kesal sama abangnya itu. Tapi rasa kantuknya itu membuat dirinya males untuk meninggalkan kasur queen size yang empuk ini.

Tapi Alana harus menemui Gibran karena mendengar...

"Iya lah, kalo di awal namanya pendaftaran."

"Peace Ma"

"Mama gak mau tau ya bang, kalo adek masih marah... Abang gak dapet jatah makan. Titik."

Alana mendengar perbincangan Mira dan Gibran walaupun samar-samar.

"Huftt..." Alana menghembuskan nafasnya. Lelah, itulah yang Alana rasakan.

Alana berusaha bangkit dari kasurnya. Melawan rasa kantuknya.

Sebelum membuka pintu berwarna putih ini. Alana menghembuskan kembali nafasnya, mengubur dalam-dalam amarahnya.

Prince SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang