Terik matahari seolah tak mematahkan semangat anak-anak itu untuk saling berebut bola dengan corak segilima hitam putih itu, mereka berlari tanpa alas kaki. Bulir keringat yang mengalir dari dahi dan punggung, kala angin berhembus tawa itu beriringan mewarnai keramaian.
"Oper sini, San!" teriak seorang anak laki-laki berkulit putih.
Setelah anak bernama Iksan mengoperkan bolanya, umpan itu ditangkap dengan baik. Bola itu pun melesat dengan teratur menembus gawang. Sorakan kata 'gol' berderai mengalahkan teriknya panas matahari.Iksan berlari dengan melayangkan kecupan yang diumbar dengan kedua telapak tangannya, melangsungkan euforia kemenangan mereka. Iksan tersenyum bangga, meskipun bukan dirinya yang menciptakan gol.
Dibangku penonton, gerombolan anak perempuan bersorak dengan ceria, memberikan semangat untuk permainan bola.
Seorang anak perempuan dengan rambut kuncir kuda berlari menghampiri si pencetak gol, dengan gembiranya ia mengulurkan sebotol air.
"Gemi, hebat! Sky suka lihat Gemi main bola" ucapnya dengan polos.
"Biasa aja," balas Gemi sebelum menegak habis air yang diberikan Sky.Keduanya terdiam menikmati suasana dibawah pohon rindang didekat lapangan, hamparan langit biru menjadi objek yang tak bisa mereka lewatkan. Semilir angin membuat Gemi menyandarkan kepalanya pada batang pohon dibelakangnya.
"Langitnya cantik ya," ujar Gemi yang masih setia menatap langit biru.
"Berarti Sky cantik juga, dong? Kan nama Sky artinya langit, hehe" balas Sky dengan percaya diri. Gemi mendengus mendengarnya.
"Kata Ayah, Bunda sering liatin langit waktu mengandung Sky. Jadi Bunda kasih nama Sky," jelas Sky dengan senyum yang menyejukkan.
Namun, senyum itu membuat Gemi kesal. Tanpa berbicara anak laki-laki berusia delapan tahun itu berdiri meninggalkan Sky yang masih bergeming.
"Gemi mau kemana?" teriak Sky.
"Sky jelek, Gemi ngga suka. Dan jangan pernah cerita tentang Ayah Bunda, Sky. Atau Sky sengaja mau ngejek Gemi yang ngga punya orangtua?" sinis Gemi.
Sky termangu, dari sekian anak yang tinggal di panti asuhan ini Sky sangat senang bermain pun mengobrol dengan Gemi. Meskipun bocah laki-laki itu tak pernah mendengarkannya. Dan ini kali pertamanya mendengar ucapan sinis dari bocah yang ia anggap sahabatnya itu.
"Tapi, S-Sky ng-ngga bermaksud gitu... Ma-maaf..." suara parau Sky menandakan gadis kecil itu akan segera menangis, tentu saja Gemi semakin jengkel.
"Gemi ngga suka cewek cengeng!" tanpa menghiraukan Sky yang sudah berkaca-kaca, Gemi meninggalkannya. Bahkan ketika Sky berpamitan dengan anak-anak panti yang lain, Gemi tidak ada.
Sky mencari Gemi, namun Gemi tidak ada.
"Ibu, Sky titip pesan ya untuk Gemi" Sky mengulurkan lipatan kertas pada Bu Fah, pengurus panti. Bu Fah mengangguk pelan, menerima lipatan kertas itu. Bu Fah sebenarnya tahu dimana keberadaan Gemi, tapi Gemi memintanya untuk tetap diam.
"Pesan dari Sky" Gemi dengan cepat membuka lipatan kertas itu, dia seolah menyesal tidak menemui gadis kecil yang selalu mengajaknya berbicara sebelum ia pergi.
Sky ngga jelek kok, kata Ayah Sky itu cantik. Nanti kalau sudah dewasa, Gemi pasti suka sama Sky. Gemi jaga kesehatan, ya. Sky ngga akan jadi anak cengeng lagi.
Maaf - Sky.
...FYI, ini cerita aku buat karena tugas dari guru sih. Terus pengen aja dititip ke wp, siapa tau ada yang suka😊
- 2020, January 18 -
©chweaffi
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me
Teen FictionJangan pernah menangis, berjanjilah untuk tetap menjadi dirimu sendiri. Sampai kita bertemu lagi, tetaplah mengingatku meskipun hanya sepintas angan. Berjanjilah padaku seperti hari itu dibawah langit yang biru. - Gemintang Bumi -