Chapter 3: Senyuman

12 2 0
                                    

Sesuai janjinya, Sky pagi ini akan berkunjung lagi ke panti asuhan. Tadinya, Bunda akan ikut. Tetapi ada karyawan di toko yang tidak masuk, alhasil Bunda Esya harus mengurus toko.

Sebagai ganti ketidakhadirannya, Bunda meminta Sky untuk membawakan beberapa kue yang pagi itu Bunda buat di rumah. Dan disinilah, Sky menata box berisikan kue-kue di bagasi mobil.

"Sudah? Kalau gitu kamu langsung berangkat aja, Sky" titah Bunda.
"Terus, Bunda ke toko naik apa?". Mobil yang akan Sky bawa ke panti adalah mobil yang Ayah Harris beli untuk Bunda. Sky memang jarang pergi mengendarai mobil sendiri, bahkan tak banyak yang tahu Sky bisa menyetir.

"Bunda, bisa pesan taksi"

"Sky antar dulu, gimana, Bun? Putarnya juga tidak terlalu jauh kalau ke Panti?" tawar Sky selanjutnya, terlihat Bunda pun menyetujui tawaran itu.

"Ya sudah, kamu tunggu sebentar. Bunda ga lama, kok, sepuluh menit!" Sky terkekeh pelan menatap Bundanya yang kini berlari ke dalam rumah. Lagi pula, siapa yang akan percaya dengan 'sepuluh menit'?

Bunda Esya tak mungkin menyiakan waktu, sepuluh menit tak ada artinya untuk beliau. Sky berjalan memutar, duduk didalam mobil seraya memainkan ponselnya.

Tangannya iseng menjelajah pada ruang obrolannya, tentu saja disana masih ada nama Althar.

Tiba-tiba memorinya berputar pada pertemuannya minggu lalu. Meskipun dengan gamblang Althar menjelaskan segalanya, tetapi hati Sky tetap bersikukuh dan meminta keduanya untuk sedikit berjarak.

Semua ketakutan itu ada, terlebih tanpa sadar Althar telah menempati ruang dipojokan hatinya.

🌿


"Hati-hati nyetirnya. Sampaikan permintaan maaf Bunda untuk Bu Kunifah, ya?" Sky mengangguk kemudian mencium punggung tangan Bundanya.

Sebenarnya lokasi Panti memang sedikit jauh, memakan waktu kurang lebih empat puluh lima menit jika tidak macet. Namun bermimpilah, jika kalian tinggal di Jakarta. Ibukota tercinta penuh sejarah, tempat Sky dilahirkan.

Setelah hampir satu jam perjalanan, akhirnya Sky tiba di Panti. Seakan tahu akan kehadirannya, Bu Fah sudah menunggunya di depan gerbang, menatap kehadirannya dengan senyuman hangat.

Sky memarkirkan mobilnya di garasi, kemudian berlari kecil menghampiri Bu Kunifah, yang kerap disapa Bu Fah. Karena sering berkunjung, Sky memang sangat dekat dengan Bu Fah yang notabenenya adalah seorang Bidan.

Namun beliau hengkang dari pekerjaannya, setelah menikah.

Tak heran, beliau menyukai anak-anak dan berinisiatif merawat anak-anak Panti. Dibantu beberapa karyawan, Sky membawa kue-kue tadi menuju dapur.

"Buatan, Bunda?" tanya Mba Afifah, puteri kedua Bu Fah. Puteri pertamanya, sudah diboyong suaminya ke Surabaya.

"Iya, Mba. Tadinya, Bunda mau ikut juga, tapi di toko lagi kekurangan karyawan." Afifah mengangguk paham. Toko roti Bunda Esya memang bukan toko yang besar, syukurnya toko itu selalu ramai.

"Udah, biar Mba aja yang beresin kamu ke dalam, gih. Ga lupa kan, jadwal kamu ngajar?" Sky mengangguk semangat kemudian berlari menuju ruang kelas Panti.

Tiba-tiba, Sky teringat laki-laki yang menabraknya minggu lalu. Ia ingat jelas laki-laki itu masuk dengan mudah ke Panti, tapi mengingat pakaiannya yang serba hitam ia merasa aneh.

Sky mendekat ke arah Bu Fah yang sibuk mengobrol di telfon genggamnya, tubuhnya dibuat terpaku akan kehadiran tubuh jakung yang baru memasuki kelas. Sky mengernyit heran.

"Kenapa, Sky?"

"Sky, mau tanya. Ada yang mencurigakan ngga sih, waktu kemarin Sky pulang? Sky ketemu-"
"Oh, jadi kalian udah ketemu? Nak, sini!" Sky memutar kepala mencari sosok yang dipanggil Bu Fah mendekat. Dan benar, laki-laki bertubuh jakung tadilah yang Bu Fah panggil.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang