Chapter 2: Malam hujan

12 1 0
                                    

kling...

Dentingan lonceng, yang menjadi pertanda pintu kafe terbuka membuat tatapan Sky beralih begitu cepat. Hal ini sudah terjadi tiga kali semenjak lima belas menit yang lalu.

Floral Cafe, ia sudah dua kali menunggu seseorang ditempat ini. Dengan orang yang sama, ia berharap ini bukan terakhir kalinya ia menunggu ataupun bertemu dengan orang itu disini.

kling...

Dentingan keempat setelah hampir dua puluh lima menit itu sudah tak menarik perhatian Sky, ia mulai merasa nyaman dengan posisi duduk memandang jendela yang menampakkan keramaian Kota Jakarta di siang hari.

Sampai aroma green tea menyeruak di indera penciumannya, ia yakin ini bukan aroma dari kafe. Dan kedua sudut bibirnya terangkat menatap seseorang yang ia tunggu sedari dua puluh lima menit yang lalu.

"Haaah, berapa menit- Kakak terlambat?" tanyanya dengan nafas sedikit terengah setelah mengambil duduk dikursi depan Sky.

"Dua puluh empat menit, tiga puluh detik, enam sekon" jawab Sky dengan senyum yang masih setia menghias parasnya.

Mereka bertukar pandang selama satu menit, sampai Sky kembali mengalihkan pandangangannya keluar jendela.

"Jujur aja, kamu ga secantik mantan-mantanku..." mendengarnya Sky melirik sinis sosok dihadapannya itu.

"Hmmh, tapi aku baru sadar. Cuma ngeliatin kamu aku merasa ngga kenal dengan kata bosan" kalimat itu terdengar menggelitik, membuat Sky sepenuhnya menatap kesal sekaligus geli.

"Apaan sih, Kak!" Sky mencubit lengan besar sosok dihadapannya itu. Membuat si korban tertawa, bahkan cubitan Sky seolah tak memberi arti apapun.

"Hahah. Ada apa? Tumben ngajak kakak ketemu, udah kangen ya?" tanyanya dengan kedua alis yang dinaik turunkan.

"Dih, engga ya! Mending kakak pesan makan dulu deh, kali ini aku yang traktir" ujar Sky dengan semangat. Tak urung membuat cowok dihadapannya menatap Sky heran.

"Ada apaan, nih? Tapi kan, Kakak telat datang jadi lebih baik Kakak yang traktir. Kamu mau pesan apa?" ujarnya tak mau kalah.

"Aku mau lemonade float aja," ujar Sky yang dibalas anggukan oleh Althar. Sky dengan teliti menatap punggung Althar yang kini tengah memesan makanan.

Entah dorongan dari mana dihari libur yang seharusnya Sky gunakan untuk membantu Bunda di toko, malah ia sempatkan untuk bertemu dengan Althar. Mungkin ini efek dari ucapannya dua hari lalu setelah mengobrol dengan Permata.

Matanya masih lekat memandang Althar yang kini telah berjalan kembali ke arahnya, ia tak tahu menghabiskan waktu untuk memandanginya sungguh menyenangkan. Mungkin Sky harus membalikkan ucapan Althar tadi, bahkan Sky memiliki banyak keraguan tentang sosok dihadapannya ini tidak masuk dalam daftar cowok populer.

Sky sangat yakin, karena Althar memiliki daya tarik yang bisa membuat cewek manapun langsung jatuh hati dalam sepuluh detik menatap mata hitamnya. Bahkan Sky telah menghabiskan puluhan menit dengan manik mata itu.

"Kenapa?" pertanyaan itu tak terlalu mengejutkan, namun membuat Sky mengerjapkan matanya tiga kali.

"Kamu mau ngomong apa? Kenapa daritadi liatin aku terus? Atau jangan-jangan..."

"Apa?! Ngga usah mikir aneh-aneh" sentak Sky yang ditatap penuh selidik oleh Althar.

"Haha... Iya, kamu mau ngomong apa, hm?" tanya Althar yang sesekali menyeruput jus melonnya.

Sky berpikir sejenak sebelum menjawab Althar, rasanya tekad yang ia bangun sebelum menuju kafe hilang entah kemana.

"Aku mau tanya..." Althar hanya menatap Sky, seolah memintanya untuk segera melanjutkan kalimatnya.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang