Riuh suasana kantin tak mempengaruhi aktivitas dua orang siswi yang sibuk dengan obrolan mereka, yang satu dengan semangat bercerita. Dan yang satunya lagi, diam mendengarkan, atau mungkin malah tidak memperhatikan sama sekali.
Sesekali Sky mengangguk kala Pretty menceritakan gosip-gosip ter-update dari penjuru utara sampai sudut selatan SMA Bima Sakti.
Sky pun hanya mengedikkan bahu acuh, pertanda tak tahu kala Pretty bertanya siapa dan seperti apa sosok yang Pretty ceritakan.
Pretty menghela napas lelah, bukan hal baru baginya untuk mengahadapi mood sahabatnya. Pretty menyerah dan memilih pergi menuju stan makanan. Karena sedari tadi mereka duduk dimeja kantin, mereka baru memesan minum.
Mengabaikan perkataan Pretty, Sky menatap seseorang yang baru berdiri dari kursinya. Bertukar pandang dalam beberapa sekon, membuat Sky turut berdiri memgikuti kepergiannya dari kantin.
Baru akan mengejar lengannya ditahan oleh Pretty. "Mau kemana, lo?" tanyanya dengan mata memicing.
"Itu..., ke toilet!" Sky segera berlari tanpa menghiraukan umpatan Pretty. Sky merasa perlu berbicara dengan cowok itu.
Sky berhenti dan mengatur nafasnya, ia kehilangan jejak. Padahal Sky sudah berlari sebisa mungkin, harusnya ia bisa mengejarnya.
"Kenapa ngikutin gue?" Sky terkejut mendengar suara dari belakangnya. Ia tergagap untuk menjawab.
"A-emm..., itu... Lo sejak kapan sekolah disini? Kenapa gue baru lihat?" tanya Sky.
Cowok itu mengernyit, membuat nyali Sky kecil. Bahkan sebenarnya Sky hanya bertanya.
"Apa urusannya sama lo?" sinisnya, cowok itu berjalan dengan otomatis Sky mengekorinya.
"Kita pernah ketemu kan selain di toko kue Bunda? Iya 'kan?" cowok itu masih membisu, seolah Sky berada di dunia berbeda dengannya.
Sky sudah bersiap kembali melontarkan bom pertanyaan, tapi cowok yang belum ia ketahui namanya berhenti secara tiba-tiba.
"Ck, lo tuh-"
"Gue mau ke toilet, lo masih mau ngikutin gue?" Sky mundur perlahan ketika menyadari dirinya sudah menginjakkan kaki di pintu toilet laki-laki. Bersyukur keadaan di sana tidak terlalu ramai, bisa habis karena malu pikir Sky.
Sky dengan jelas melihat cowok itu tersenyum sinis kepadanya, ia tersulut emosi karenanya.
Sepanjang jalan menuju kelasnya, gadis itu terus menggerutu dan mengeluarkan sumpah serapahnya. Bukan Sky sekali.
Fyuhh...
Sky baru menyadari, emosi berlebih bisa membuatnya lelah. Padahal ketika mendapat hukuman ia tak merasa selelah ini.
"Heh, marmut! Lo ke toilet mana lama banget? Sengaja ngehindar pelajaran Pak Andi, ya!?" selidik Pretty. Sky hanya cengengesan karenanya. Namun Sky dibuat terdiam dengan tumpukan buku yang langsung diserahkan padanya, tentu saja Sky menatap heran pada Dilan si ketua kelas.
"Pak Andi nyuruh lo yang bawa buku tugasnya ke meja beliau, mau ngasih tugas tambahan juga buat lo" sekarang giliran Pretty yang tertawa terbahak-bahak menatap air muka Sky yang seolah baru saja diterjang badai.
"Rasain lo! Makanya besok-besok kalau mau bolos, ajak gue" Sky menghentakkan kaki kasar dan segera berjalan keluar kelas membawa buku tugas matematika itu.
Kurang sial apa dirinya hari ini? Sudah jelas sekali Pak Andi selaku guru matematika umum dikelasnya itu, pasti akan memberikan puluhan soal matematika sebagai hukuman.Sky tak henti menghela napas karenanya.
ttok... ttok... ttok...
Setelah mengetuk pintu ruang guru, Sky segera berjalan menghampiri meja Pak Andi. Sky menelan salivanya kala matanya bertemu kilatan tajam yang mungkin bisa menghunus dirinya saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me
Teen FictionJangan pernah menangis, berjanjilah untuk tetap menjadi dirimu sendiri. Sampai kita bertemu lagi, tetaplah mengingatku meskipun hanya sepintas angan. Berjanjilah padaku seperti hari itu dibawah langit yang biru. - Gemintang Bumi -