Chapter 1: Egois?

10 2 0
                                    

Matahari bersinar dengan cerahnya, seolah ia membawa berita bahagia. Namun berbeda dengan suasana hati gadis pemilik nama yang berarti langit itu. Pasalnya langit yang terbayang biru cerah, berbanding terbalik dengan wajahnya yang mendung. Entah apa yang dipikirkan gadis itu.

"SKY ESHAL!" teriak seseorang yang mengembalikan perhatian Sky seketika itu juga. Gadis itu menghela nafas pelan seraya mengelus dadanya, ia pikir jantungnya akan terjatuh ke lantai tadi.

"Ada apa ini? Kenapa teriak-teriak sih, Bun. Masih pagi loh..." tanya seorang pria berusia kepala empat, yang baru turun melalui tangga menuju ruang makan.

"Tanya aja, tuh, sama anak Ayah!" kesal Bunda kemudian berbalik lagi menuju dapur. Ayah dengan senyum kecilnya menggelengkan kepala.

"Kenapa ini? Langit Ayah kok mendung?" tanya Ayah sesekali membenarkan letak kacamata dihidung mancungnya. Sampai sekarang Sky sangat mensyukuri gen Ayahnya menurun dengan baik padanya.

"Ngga apa, Yah. Sky, cuma ada masalah sama pelajaran di kelas" balas Sky dengan senyum kecil, dalam hati ia sungguh sangat memohon ampunan Allah, karena telah berbohong pada Ayahnya.

"Ada apa? Kamu sudah bilang sama wali kelasmu, sekadar konsultasi belajar? Atau Ayah perlu mengkonsultasikan?"

"Engga kok, Yah. Ngga apa-apa. Akhir-akhir ini Sky agak malas belajar aja, jadi tertinggal di kelas..." ujar Sky pelan.

Sky menatap Ayahnya yang kini tampak seolah berpikir, Sky sungguh cemas, ia takut Ayannya menangkap kebohongannya. Meskipun, tertinggal pelajaran itu memang tak urung menjadi salah satu alasan yang nyata.

"Mungkin kamu kurang jalan-jalan? Gimana kalau pergi liburan? Ngga usah jauh-jauh, kita bisa keliling ke Ancol atau mungkin ke KoTu?" celetuk Bunda yang baru saja dari dapur membawa nasi goreng spesialnya.

Sementara Sky terkekeh, Ayah justru kelabakan menghindari tatapan mata Bunda. Ini tak hanya terjadi pagi ini, sudah hampir satu tahun setelah Ayah meraih jabatan General Manager dikantornya, beliau hampir tidak memiliki waktu untuk keluarga.

Meskipun begitu, Ayah selalu menuangkan kasih sayangnya melalui hal-hal sederhana.

Tapi Bunda tak beranggapan demikian, meskipun Bunda juga tengah sibuk mengurus bisnis toko rotinya. Bunda selalu mendesak Ayah untuk berlibur sekeluarga, tapi Ayah hampir selalu mengatakan tidak bisa dengan alasan pekerjaan.

Sebenarnya Sky hanya cukup mengerti akan posisi Ayahnya, namun Bunda selalu khawatir putri semata wayang mereka akan merasa kurang perhatian dan kasih sayang dari keduanya. Lagi-lagi Sky dibuat merasa patut bersyukur akan nikmat ini.

"Bun, udah dong. Kan udah sering dibahas, Sky juga ngga masalah kok. Iya kan, Sky?" tanya Ayah pada Sky dengan harap-harap cemas, Bunda memberinya kode seolah meminta menjawab tidak melalui matanya.

"Ngga apa-apa kok, Yah. Bunda juga, Ayah kan kerja untuk biayain sekolah Sky. Sky udah senang kok, Ayah sama Bunda masih bisa nemenin Sky sarapan. Itu lebih baik daripada apapun" jawab Sky dengan senyum meyakinkan.

"Aish, kamu memang anak Ayah, ya? Kenapa ngga mau mihak Bunda aja sih?" celetuk Bunda diiringi nada kesal. Karena tak ingin mendengar omelan Bunda Sky segera berdiri dan berpamitan untuk pergi sekolah.

🌿


Sky Eshal, siswi kelas dua belas SMA Bima Sakti . Ia tergolong biasa saja, namun bersyukur masih menduduki tempat diurutan peringkat enam besar di kelasnya.

Ia dulu gadis yang mudah berbaur, memiliki banyak teman. Namun ada yang berbeda dalam dirinya setelah sebulan yang lalu. Sebulan yang lalu, ia masih baik-baik saja.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang