Chapter 6: Why?

5 1 0
                                    

Sabtu pagi, benar-benar menjadi hari paling sibuk untuk Bumi. Jam lima ia sudah harus pergi ke perusahaan percetakan untuk mengambil koran, setelahnya ia harus berkeliling untuk mengantarkan koran-koran itu.

Pukul sembilan ia mendapat shift kerja di toko roti yang belum lama ini ia jadikan sebagai pekerjaan tambahan. Di hari lain, ia hanya mendapat waktu kerja selama empat jam di toko roti. Malamnya ia memiliki pekerjaan disebuah kafe.

Bumi yatim piatu, ia harus bekerja untuk sekolahnya. Bersyukur ia mendapat bantuan untuk tetap melanjutkan sekolahnya setelah dulu sempat putus.

Ia berhenti sekolah tepat setelah kelulusan kelas sebelas, ia kembali masuk pada paruh semester satu kelas dua belas.

Bumi sudah terbiasa dengan kehidupannya yang sibuk, ia ahlinya membagi waktu. Bekerja seharian, tetapi ia akan selalu menyempatkan diri untuk belajar.

Satu hal yang sukar ditemukan dikalangan remaja laki-laki saat ini. Entah dipenjuru bumi yang mana akan ditemukan sosok yang sama sepertinya.

ting...

Bunyi lonceng toko roti, ketika Bumi baru saja masuk. Bang Ryan sudah datang lebih dulu darinya.

Mengingat kejadian yang lalu, Bumi tidak terlalu akrab dengan Ryan dalam berbagai hal saat bekerja.

"Cepat ganti, tugas kamu hari ini antar kue pesanan" Bumi mengangguk kemudian berjalan cepat menuju lokernya mengganti kaus hitamnya dengan seragam biru langit. Bumi sempat membantu karyawan lain yang sedang menata box kue ke dalam mobil.

"Selamat pagi, semua!" beberapa karyawan itu menatap putri tunggal Bu Esya selaku bos mereka dan menjawab sapaan gadis ramah itu. Bumi hanya diam menatap Sky dari sudut ruangan.

"Dia putri tunggal Bunda Esya, cantik ya?" ucap Tony sembari menata box kue terakhir. Bumi tak menyahuti pertanyaan yang lebih terdengar seperti pernyataan itu.
"Eh, lo sekolah di Bimsa kan? Anak Bunda Esya sekolah disana juga kalo ngga salah, mungkin lo belum kenal ya?" Tony terus melontarkan pertanyaan pada Bumi.

Bagaimana jika Bumi menjawab jujur? Mungkin Bumi akan diberi pencerahan untuk selalu bersikap baik dengan gadis itu?

"Mas Toni, udah selesai?" baru saja dibicarakan Sky datang untuk mengecek pesanan.

"Eh, udah, Non" baik Sky maupun Bumi tercengang mendengar panggilan Tony untuk Sky. Bahkan Sky baru menyadari kehadiran Bumi disana.

"Mas, kan Sky udah sering bilang... Jangan panggil pakai embel-embel 'Non', ya? Sky marah loh kalo gitu lagi!" Sky menghentakkan kakinya seolah mengisyaratkan bahwa dirinya kesal.

Sky tidak benar-benar kesal sebenarnya, hanya saja ia merasa enggan mendapat perlakuan berlebihan dari karyawan Bundanya.

"Eh, yah... Marah beneran?" Tony terkekeh geli melihat tingkah menggemaskan Sky. Gadis itu sangat disayangi dimana pun keberadaannya, terlebih sifat ramah dan baik hatinya menambah nilai plus selain dari parasnya yang cantik.

"Kenapa Mas Tony panggil 'Non'? Sudah aturan ya?" Bumi akhirnya melontarkan pertanyaan itu.

"Hahaha. Ngga ada aturan tertulisnya, Bum, ya karyawan disini cuma pengen ngasih rasa hormat ajalah sama dia. Beberapa ada kok yang ngga pake embel-embel kaya gitu, tapi ya itu karyawan yang udah lama banget kerja disini." Bumi hanya manggut-manggut mendengar penjelasan itu.

Bumi jadi penasaran seperti apa sosok Sky yang sebenarnya, hidup gadis itu seolah selalu menemui cinta ditempatnya berpijak. Bahkan siswa terpintar Bimsa pun jatuh hati dengan gadis menyebalkan itu.

🌿


Mungkin Bumi harus menarik kata-katanya tadi, tapi rasanya sudah terlambat. Terjebak dalam satu mobil dengan seorang Sky, tidak pernah masuk dalam daftar kegiatan Bumi seharusnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang