8 - Good Night

5.3K 1.1K 97
                                    

Strangers are the best people to talk to, they don't judge

***

Keira | Aiden

Akhirnya sebelum mulai menyantap hidangan seafood di depan kami, kuambil iPhone temuan itu dan kuletakkan di atas meja di antara makanan-makanan yang kami pesan.

"HP baru?" tanya Lina melihat iPhone itu dan mengambilnya, sementara aku belum memulai ceritaku, tapi malah memulai acara makanku mendului Lina.

"Punya lo?" tanyanya lagi, yang kujawab dengan gelengan.

"Trus ...," mulai nggak sabar sepertinya, "Kei! Punya siapa?" 

Aku menunjuk mulutku yang penuh. "Sab ... har, sih!"

Akhirnya, mulailah aku menceritakan dari awal menemukan ponsel itu, juga alasanku membawanya pulang, alih-alih menyerahkan pada atasan kami.

"Jadi gitu ... makanya gue bawa pulang nih HP, kalau nggak ya pasti dibagi ratalah sama mereka, orang yang punyanya aja nggak nyariin kok." Kututup penjelasanku soal kelakuan para atasan kami mengenai barang temuan yang tak bertuan.

"Serius kaya gitu? Kok lo nggak bilang dari pas lo tahu sih, Kei?" 

Aku memang sedikit merasa bersalah menyembunyikan ini dari Lina. Karena ini sedikit sensitif, aku takut dia beda pendapat denganku, tapi sepertinya aku salah. "Iya, sori, gue juga bingung mau kasih tahu lo atau nggak ... tapi 'kan yang penting sekarang udah ngasih tahu," seringaiku dengan sedikit rasa bersalah.

"Ya kan kalau tahu gitu, kemarin gue abis nemu kalung nggak gue lapor, Kei!" 

"Lo nemu kalung? Di mana? Trus lo kasih sapa?"

"Kasih kaptenlah! Coba kalau lo bilang 'kan gue keep aja," jawabnya.

Lagi-lagi aku hanya bisa nyengir. "Sori ... ya semoga aja yang punyanya nyariin ya, kalau ada yang nyariin kayanya tetep dikasih kok."

"Kayanya ...."

"Iya, kayanya," lanjutku sama ragunya dengan Lina.

"Trus, Aiden?" Ah tentu saja, Lina nggak akan biarin aku lolos begitu saja, bukan?

"Aiden ...," kusela penjelasanku dengan meminum es jeruk, mencoba mengulur waktu sambil berpikir mulai dari mana ini? Sementara kulihat Lina sengaja menunggu dengan tatapan tajamnya, ok, dimulai dengan senyum dulu deh, "Aiden itu cowok yang gue sms dari HP itu. Nggak sengaja sih, gue cuma ambil nama paling atas yang ada di kontak," lanjutku sambil menunjuk iPhone Refly.

"Eh iya, ini lo buka kuncinya gimana? Terus kenapa sms, nggak WA aja gitu, orang yang paling sering chat sama dia ini?" Aku tahu dia pasti akan bertanya soal ini, pertanyaan yang sama yang pernah dilontarkan Aiden juga 'kan? Tapi kalau WhatsApp berfungsi, bukan Aiden mungkin yang kuhubungi.

"Lo pasti nggak percaya kalau gue bilang HP ini nggak di-password, trus WA belum dipakai, IG apalagi, tapi ada FB sih yang walaupun terakhir kali di-update setengah tahunan yang lalu."

"What?  No WA?" Lina sampai syok gitu mendengarnya. Memang sih jaman sekarang orang sangat bergantung sekali dengan aplikasi yang satu itu, 'kan? Aku pun hanya mengangguk menjawabnya, konsentrasiku terpecah antara bercerita dan menghabiskan sisa-sisa makanan kami.

"HP aja keren, isinya kaya HP poliponik," tambah Lina.

Aku tertawa mendengar komentarnya. "Iya bener juga ya. Cuma bisa sms doang." 

"Emberan," sahut Lina, "terus lo dah bisa hubungi pemiliknya?"

Aku mengangguk menjawab Lina. "Besok ketemuannya, lo temenin gue, ya?"

Texting (Republish) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang