11 - Dia?

5K 1.1K 139
                                    

Halo, Texting versi cetak sedang masa preorder dan ada diskon ongkir lho, buruan dm yuk

***

I love the day I met you!

***

Keira | Aiden

Aiden's

Hari ini aku terpaksa kembali lebih awal dari jadwal perjalanan bisnisku. Harusnya dari Shanghai, masih harus ke beberapa kota lain, tapi telepon dari Jakarta, membuatku harus membatalkan dan menjadwalkannya ulang.

Ada permasalahan dengan salah satu klien yang kontraknya telah berakhir dan perpanjangannya sudah disiapkan, tapi klien malah nggak mau tanda tangan kalau bukan aku sendiri yang datang menemuinya.

Masalahnya ini klien kakap, dan sayang jika dilepas.

Tiba di Jakarta membuatku ingat pada satu perempuan. Perempuan yang bahkan belum pernah kutemui. Perempuan yang juga belum kutahu bagaimana wajahnya ataupun nama lengkapnya.

Ya Tuhan, ternyata aku benar-benar nggak tahu apa pun tentang dia. Yang kutahu dia kupanggil, "Keira." Dan aku merindukan bicara atau sekedar texting dengannya.

Dua hari lalu dia membuatku kesal karena dia mau bertemu Refly. Aku cemburu? Ya! Aku cemburu! Tapi seperti katanya, aku nggak punya hak apa pun atas dia. Ini memang gila, dan aku belum pernah begini sebelumnya.

Hai Stranger....

Astaga seperti mimpi di siang bolong, baru saja aku memikirkannya, dan sebuah notifikasi WhatsApp masuk, darinya. Kalau bisa lompat aku pasti sudah melompat setinggi-tingginya, saking senangnya.

Hey!

Mood-ku seketika membaik, hanya dengan berbalas pesan dengannya beberapa baris. Selama beberapa saat mataku fokus pada layar benda segi empat ini. Sebegitu berpengaruhnya perempuan asing ini padaku. Dan akhirnya dia mau juga kuajak ketemuan. Hanya untuk waktunya mesti kami bicarakan lagi, karena Pak Heri─si klien kakap─sedang berjalan ke arahku.

"Aiden ...."

"Pak Heri, apa kabar, Pak?" Aku pun berdiri untuk menjabat tangannya.

"Baik, baik ... sudah lama?" tanyanya sembari mempersilakan aku duduk kembali. Saat ini kami berada di lobi sebuah hotel yang lokasinya menyatu dengan mal di daerah Mangga Dua.

"Belum kok pak, tadi dari bandara langsung ke sini," jawabku sembari mulai mengeluarkan berkas dokumen.

"Eh, eh Aiden, tahan dulu, jangan dikeluarkan di sini kontraknya," cegahnya melihatku mulai menarik keluar surat kontrak, membuatku sedikit bingung, tapi kuikuti saja maunya. Kumasukkan kembali surat-surat tersebut.

"Bagaimana, Pak?" tanyaku memohon petunjuk padanya.

"Kita tanda tangannya nggak di sini. Kita cari tempat yang nyaman. Tapi sebentar tunggu temanku dulu ya." Aku pun hanya tersenyum mengangguk pelan.

"Sudah semakin banyak rupanya klienmu ya?" tanyanya berbasa-basi.

"Lumayan, Pak. Pasar lagi bagus akhir—"

"Sebentar, saya angkat ini dulu," potongnya, karena harus mengangkat ponselnya yang berdering.

"Halo ... oh udah di sana ... ok ok ketemu di lobi ... iya barengan aja masuknya ... ok, ok kami naik sekarang," Pak Heri pun akhirnya mengakhiri pembicaraannya via telepon. "Yuk ... kita pindah lokasi!" ajaknya sambil berdiri dari sofa lobi hotel. Aku pun ikut berdiri.

Texting (Republish) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang