10 - Kangen Chat-mu

5K 1K 97
                                    

H -2 preorder, are you ready?

***

We fight, we know more
We lie, we trust more
We hurt, we love more
We ignore, we miss more

Keira | Aiden

Akhirnya kuputuskan langsung menuju kos-kosan Lina dengan bajaj. Tadinya sempat ingin balik ke kos untuk mengambil motor, tapi aku berubah pikiran. Sebaiknya aku nggak mengendarai motor dalam kondisi emosi.

Aiden beberapa kali menelpon, tapi kuabaikan. Akhirnya, dia bom chat di WhatsApp, tapi aku juga sengaja belum membukanya. Biarkan saja, aku harus bicara dengan Lina dulu.

Bajaj berhenti di depan gang tempat Lina indekos di Mangga Besar ini. Butuh jalan kaki sedikit memasuki gang yang hanya muat dilewati motor, dan akhirnya sampailah aku di rumah kosnya, yang sebenarnya rumah biasa, hanya kamar bagian atasnya disewakan untuk kos-kosan.

Kuucap salam sambil mengetuk pintu rumah itu, nggak lama ibu kos keluar dari dapurnya dan membalas salamku. Aku sudah sering singgah ke rumah ini, sehingga Beliau langsung tersenyum karena mengenaliku.

"Mau ke Lina ya, Buk," ijinku padanya.

"Oh iya, langsung naik aja, kayanya juga belum lama pulang dia kok. Tahu deh sudah tidur apa belum."

Tanpa ba bi bu, aku menaiki tangga menuju kamar Lina. Kulihat pintu kamarnya dalam kondisi terbuka. Dia sepertinya sedang berbicara, tapi nggak kudengar sahutan lawan bicaranya, jadi aku menduga dia sedang menelepon seseorang. Aku sengaja mengendap-ngendap, nggak mau langsung masuk.

"Emang gila pacar kamu itu, awas aja kalau ketemu! Terus diapain si Kei?" Oh ... rupanya dia sedang telepon selingkuhannya.

"Duh aku musti gimana nih entar kalau ketemu Kei ... ya iyalah! Pasti diamuk aku, duhh ... gimana dong?" Saat itu aku sebenarnya sudah ada di pintu kamarnya. Dia yang duduk di lantai menghadap ke tembok bahkan nggak menyadari kehadiranku.

"Ya bantuin mikirlah!"

Aku masuk dengan cepat dan merebut ponsel dari genggamannya. Aku meradang. Oh, kami berdua memang sudah seakrab ini, sudah seperti saudara. Itu makanya di kerjaan banyak yang menjuluki kami si kembar, banyak pula yang menyangka kami pasangan penyuka sesama jenis. Padahal kami berdua hanya sama-sama anak rantau yang saling menemukan, kemudian saling menjaga satu sama lain.

"Kei─"

"Gue tadi sudah bilang sama lo ya, jauhin Lina!" marahku pada Rio dan langsung kuputuskan sambungan telepon tersebut.

Kututup pintu kamar, padahal sebenarnya aku sedang ingin mengulur waktu sebentar, sebelum pecahnya keributan di antara kami.

"Kei ...."

"Lo mau ini selesai baik-baik, atau gue perlu kasih tahu Rian kelakuan lo di belakang dia, hah?!"

"Jangan, Kei! Please!" Dia pun menangis memohon padaku.

" Lo ngapain sih Lin, cari apa?" Aku pun terduduk di tempat tidurnya, ikut menangis bersamanya. "Sekarang juga lo telepon Rio, loud speaker! Bilang lo nggak mau lanjutin petualangan gila kalian!"

***Tika R Dewi***

"Kalau masih gue lihat lo dekat-dekat sama Rio, gue akan bilang sama Rian. Mungkin lo pikir gue terlalu ikut campur, tapi gue lakukan ini buat lo. Karena gue tahu seserius apa lo sama Rian.

"Tapi nggak pa-pa kalau masih mau lanjutin, ya lo nggak usah anggap gue temen lo─"

"Nggak, Kei. Gue udahan, tadi lo dengar sendiri kan teleponnya. Gue nggak akan dekat-dekat dia lagi, janji," potongnya.

Texting (Republish) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang