Chapter #4

42 18 8
                                    

"Kamu ... Ngapain ada disini?" Tanya Clara pada David.

"Harusnya aku yang tanya gitu sama kamu!" Jawab David.

"Hah? Aku disini cuman ngobatin luka aku doang, nih liat!" Kata Clara sambil menunjukan perban yang membalut lututnya.

"Siapa dia?" Tanya David dengan nada yang tidak meng enakkan.

"Dia siapa?" Kata Clara balik bertanya. Karena sama sekali tidak mengerti siapa yang ditanyakan David.

"Ya ... Dia cowok tadi yang sama kamu berdua duaan di ruang UKS!" Jawab David sedikit menyelidik.

"Oh ... Dia ... Aku juga gak tau!" Jawab Clara jujur. Karena Clara memang tidak mengetahui siapa cowok itu sebenarnya. Dia hanya mengetahui nama cowok itu dari name-tag yang dipakainya. Itupun belum tentu benar, siapa tau cowok itu pake name-tag temennya atau punya oranglain.

"Jangan bohong!" Kata David tak percaya.

"Udalah ... Gak usah nanyain hal yang gak penting, malu tau diliatin orang yang lewat!" Kata Clara yang mulai risih diliatin orang orang yang lalu lalang melewati mereka.

David pun malah menarik tangan Clara dan menuntunnya secara kasar ke tempat yang lumayan agak sepi agar tidak dilihat banyak orang.

"Pelan pelan David ... Kaki aku masih sakit." Rengek Clara.

David pun, memperlambat langkahnya, karena tidak tega melihat Clara yang memang kesakitan.

"Sekarang jelasin sama aku, siapa cowok itu sebenarnya? Dan apa hubungan kamu sama dia?" Tanya David yang masih ingin penjelasan dari Clara.

"Aku gak ada hubungan apa apa sama dia ... Temenan aja nggak!" Jelas Clara.

"Jangan bohong!" David masih bersikeras dengan pikirannya yang masih tak mempercayai jawaban Clara.

"Yaudah terserah, aku gak maksa kamu buat percaya ko." Kata Clara yang mulai kesal dan berlalu meninggalkan David sendirian.

Karena sudah mendapatkan surat izin pulang, Clara pun rasanya ingin segera pulang untuk mengistirahatkan hati dan pikirannya .

***

Dibawah rintik hujan malam ini, Clara terpaksa harus pergi ke mini market untuk membeli kebutuhan bulanannya. Biasalah cewek, setiap sebulan sekali pasti ada tanggalnya masing masing. Karena kebetulan mini market tidak terlalu jauh dengan rumahnya, jadi Clara hanya mengandalkan payungnya saja agar tidak terkena hujan.

Sebenarnya, kaki Clara masih terasa sakit. Tetapi, mau bagaimana lagi, ini kebutuhan mendadak. Jadi mau tak mau Clara harus membelinya sendiri.

Sesaat setelah Clara keluar dari mini market, Clara melihat motor David di kafe sebrang sana. Tak lama kemudian, David pun keluar dari kafe tersebut bersama seorang cewek.

DEG!!! jantung Clara bak tersambar petir !!!

"Sher ... Sherlyn !!!" Clara tak percaya, jika cewek yang tengah bersama kekasihnya, adalah sahabatnya sendiri.

Clara masih terdiam membisu melihat kebersamaan mereka berdua dari sebrang. Ia Tak tahu harus berbuat apa, Clara pun hendak melintas agar segera menemui mereka berdua untuk mendapat penjelasan. Namun tiba tiba ... Tiiiiddddd!!! Sebuah motor hampir saja menabrak Clara.

Clara pun terkejut akan hal itu, sampai payung yang ia kenakan terlepas dari genggamannya. Ia terlalu terbawa suasana untuk segera menemui mereka tanpa melihat kesekitar sebelum melintas. Pengendara motor tersebut pun akhirnya mengerem motornya secara mendadak agar tidak menabrak Clara.

"Kalo mau mati, gantung diri aja! Biar gak ngerugiin oranglain!" Maki sang pengendara motor tadi.

"Ma ... Maaf ... Saya tidak bermaksud begitu!" Jawab Clara terbata bata karena terkejut dan ketakutan. Sang pengendara motor itu membuka helm nya. Dan ternyata, itu adalah Gavin.

"Lo ... Ngapain sih mau bunuh diri? Udah bosen idup apa?" Tanya Gavin.

"Lo ..." Clara tak menyelesaikan kalimatnya dan matanya malah berkaca kaca lalu menangis. Gavin pun jadi salah tingkah, tidak bermaksud untuk membuat Clara menangis.

"Eh ... Ko malah nangis sih ... Udah jangan nangis, gue maafin ko ... Gue gak tahan kalo liat cewek nangis!" Kata Gavin sambil turun dari motornya.

Tak ada jawaban dari Clara. Bahkan Clara malah berlari menembus dinginnya malam dengan rintikan air hujan untuk menjauh dari Gavin. Gavin yang melihat sikap Clara tak seperti biasanya, tampak kebingungan dan merasa bersalah.

Lalu, Gavin pun mengambil payung Clara dan memarkirkan motornya di depan mini market. Setelah itu, Gavin berusaha mengejar Clara.

"Tunggu!" Teriak Gavin. Tetapi Clara malah menghiraukannya.

Karena kaki Clara masih terluka, ia pun sudah tak kuat lagi berlari hingga akhirnya malah terjatuh kembali karena terlalu memaksakan. Untung saja, Gavin dari tadi mengejarnya. Lalu menolong Clara dan membantunya berdiri. Namun, kaki Clara sudah tak kuat lagi untuk sekedar berdiri. Hingga akhirnya, Gavin pun memberikan payung Clara kembali dan mengangkat tubuh Clara untuk menggendongnya.

Clara pun terkejut saat Gavin mengangkat tubuhnya. Lalu, tangan Clara secara refleks sudah bergelayut di bahu Gavin sambil tangan satunya memegang payung.

"Turunin gue!" Pinta Clara karena merasa tidak enak dan malu.

"Diem! Jangan so kuat! Rumah lo dimana?" Tanya Gavin.

"Di depan sana, belok kanan!" Jawab Clara.

Lalu, Gavin mengantarkan Clara pulang kerumahnya. Ada perasaan aneh yang dirasakan Clara. Sebenarnya, ia sangat kesal terhadap Gavin, ingin rasanya memukul, mencekik, dan memaki maki cowok itu. Tetapi, disaat seperti ini, justru Clara tak bisa berkata kata. Mulutnya seolah terkunci. Mungkin karena ia masih syok setelah melihat penghianatan oleh sahabat dan kekasihnya sendiri.

Sesampainya didepan pintu rumah Clara, Gavin pun menurunkan Clara dari pangkuannya. Tetapi, masih dalam kondisi membantu Clara untuk menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh.

Tokk tokk tokk !!! Clara mengetuk pintu rumahnya sendiri, karena terkunci dari dalam. Lalu tak lama kemudian, Bi Minah pun datang untuk membukakan pintu.

"Eh ... Non Clara kenapa ?" Tanya bi Minah khawatir melihat Clara yang sepertinya sedang tidak baik baik saja.

"Gapapa ko Bi," jawab Clara sambil berusaha tersenyum.

Karena menyadari bahwa majikannya membawa seorang tamu, Bi Minah pun segera ke dapur untuk mengambilkan minum.

"Sorry ... Gue gak bermaksud buat nyinggung perasaan lo tadi." Gavin membuka pembicaraan.

Clara masih tak membuka mulutnya untuk menjawab perkataan Gavin. Tak lama kemudian, Bi Minah pun kembali dengan 2 gelas teh hangat.

"Gak usah repot repot Bi, saya lagi buru buru." Kata Gavin kepada bi Minah.

"Eh ... Gak baik atuh menolak jamuan tuan rumah. Silahkan diminum dulu!" Tawar bi Minah.

Mau tak mau Gavin pun meminum teh hangat yang disajikan Bi Minah. Sedangkan Bi Minah, kembali lagi ke dapur untuk menyimpan nampan.

Clara yang masih terduduk, berusaha bangkit untuk segera pergi ke kamarnya. Otomatis, Gavin pun ikut berdiri juga, berjaga jaga agar Clara tidak terjatuh kembali. Clara pun berjalan tertatih tatih menuju tangga. Gavin yang melihat Clara akan menaiki tangga, berusaha memapahnya kembali sampai depan pintu kamar Clara.

BRAK!!! Suara pintu ditutup dengan kasar oleh Clara setelah ia memasuki kamarnya. Gavin pun tak mengerti akan sikap Clara. Dan memutuskan untuk segera pulang setelah berpamitan pada Bi Minah.

Selama perjalanan pulang, pikiran Gavin tak bisa fokus karena bayangan wajah Clara yang tiba tiba menangis, terus terusan melintas dipikirannya. Ada rasa bersalah dalam diri Gavin, dan tak tahu harus bagaimana agar Clara bisa memaafkannya.

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang