Singkat

40 3 0
                                    

Siang itu suasana hatiku sedang kacau. Seorang teman menyebalkan dengan sesukanya merebut ponselku dan membaca seluruh isi pesan darimu kuat-kuat. Aku marah. Hampir menangis. Saat kuceritakan padamu, kau juga ikut marah. Tapi kau mencoba untuk tetap tenang.

Lantas kau mengajakku makan siang sepulang sekolah. Di sebuah kafe tengah kota. Aku mengiyakan. Menutup buku matematika dan anak-anaknya. Jadilah aku duduk di bangku boncengan sepeda motormu.

"Pesan apa?"

"Terserah. Aku ikut kau saja."

Nyatanya 15 menit pertama kita habiskan untuk menyantap waktu. Entah apa yang ada di pikiran selama itu. Membolak-balikkan halaman buku menu melihat potret makanan dan minuman yang ditampilkan di sana. Aku yakin, seorang pramusaji di depan kita pasti mengutuk dalam hati.

Entah benar-benar bingung atau malah gugup. Entah karena menu makanan atau malah hati yang berdegup.

Kita sendiri adalah menu utama. Bersama sepiring dialog manis pencuci mulut. Sayangnya, makanan kita habis, minuman kita tandas, dialog berakhir, kita dan segala rasa pun usai.

(2018)

Sekerat RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang