Sekarang, kota sedang menjelma dirimu
Lampu-lampu temaram menggiringku menuju memoar tentangmu
Lebih-lebih lengkung sabit di bibirmu yang lebih manis dari madu
Sayangnya kisah kita hanya satu purnama
Meski di matamu pendarnya tetap nyala
Sebab aku menyayangimu lalu semesta cemburu
Kau menghilang
Aku patah bukan kepalang
Tapi kepalaku adalah rumahmu
Di sana kau tak pernah pergi
Dalam ingatan kau abadi
Memang benar adanya
Perasaan hanya patah tumbuh
Bukan untuk dimiliki secara utuh(2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekerat Rasa
PoetryPerihal bagaimana aku dan kamu memulai, membuai, membadai, hingga mengusai.