06

929 109 19
                                    

Seungwan Pov

Pagi ini, aku berangkat kerja di antar oleh suamiku dengan menggunakan mobil milik Juan. Dengan rengekan Juan yang tak bosan-bosan meluluhkan hati kakaknya, Yogi. Akhirnya ia mau menggunakan mobil Juan untuk mengantar aku.
Menurutku Yogi, masih saja gengsi. Iya, aku tahu apa yang ia rasakan selama satu tahun yang lalu.

Oh iya, berbicara tentang statusku. Aku, Wendy Sonya William menikah dengan Marfian Yogi Genandra. Kami dipertemukan di Kanada, lebih tepatnya pertemuan awal kami di sebuah Mall di kanada. Saat itu, aku dan dia berada ditoko pakaian dalam pria dan wanita, tanpa diperjelas pasti kalian tau lah.

Paperbag kami tertukar saat itu. Kami tidak sengaja bertemu lagi tepat 3 hari setelah tertukarnya paparbagku, tanpa tak sengaja di sebuah cafe pasca tertukar paperbag milik aku dan dia. Mulai dari situlah aku berkenalan sampai pada akhirnya ia melamarku, lebih tepatnya 6 bulan perkenalan dengannya.

Sebelum menikah aku bekerja dibagian Direktur Keuangan diperusahaan milik Papaku yang sekarang dikelola oleh Kakakku. Papaku sudah tiada, aku hanya memiliki mama dan kakakku yang kini tinggal di Kanada.

Setelah aku menikah dengan Yogi, aku ikut Yogi tinggal di Jakarta. Dan aku juga menjadi mualaf mengikuti agama Yogi. Lalu aku tinggal di jakarta, aku dapat menggunakan bahasa indonesia karena dulu aku pernah belajar Jurusan bahasa indonesia setelah aku mengenal Yogi pertama kali.

Setahun kami menikah, kami diberi cobaan yang begitu besar. Sebelum kejadian menimpaku dan Yogi, kami diberikan amanah seorang putri cantik yang bernama Arinka Shareen Genandra, yang biasa kami panggil Arin. Tepat di umur 6 bulan  Arin, putro pertama aku dan Yogi. Hilang, diculik orang. Aku bahkan sampai gila memikirkan dimana putri kami tinggal dan dibawa pergi, jejak penculik itu tak dapat dilacak atau ditemui polisi. Sampai pada saat itu, aku pasrah. Aku serahkan semua pada tuhan. Jika memang anakku masih hidup, semoga dia baik-baik saja kehidupannya.

Lalu, 1 tahun kemudian suamiku masuk penjara. Dia menjadi tersangka Korupsi dan pembunuhan. Aku begitu shock mendengarnya, tetapi aku yakin dia tidak pernah melakukan itu. Lagi-lagi, masalah kini dihadapi keluarga kecilku.

Yogi dipenjara, aku tetap tinggal dijakarta. Aku diusir dari rumah kedua orangtua Yogi. Lalu, aku memilih tinggal di rusun. Bagaimana dengan mama dan kakakku? Dia tau, Yogi masuk penjara. Dia juga tau, aku tinggal dirusun. Tetapi aku selalu menyakinkan mereka, bahwa aku baik-baik saja. Bahwa aku sekarang bisa hidup mandiri tanpa bayang-bayangan dari bantuan keluargaku dikanada.

"Sayang, nanti pulang hubungi aku aja ya" Kata Yogi membuyarkan lamunanku. Ternyata aku sudah sampai dikantorku.

"Mau jemput pakai apa?" Tanya Wendy.

"Memangnya siapa juga yang mau jemput kamu, kan aku bilang hubungi aku" perkataan Yogi membuat moodku turun.

Menyebalkan, pagi-pagi udah buat orang jatuh aja dari harapan.

"Bercanda kok sayang, nanti aku jemput kalau Juan masih dirumah" Ucap Yogi lembut mengelus rambutku.

"Aku senang, kamu bisa memaafkan Juan. Kamu bisa akur lagi dengan adikmu" Kataku mengelus tangan Yogi.

"Heemm"

"Ya udah, kamu turun. Udah hampir telat loh, kamu" Kata Yogi memperingatiku.

"Oh iya" aku mengecek jam tangannya, benar waktu sudah menujukan pukul 8 kurang 5 menit.

"Aku masuk dulu ya, Cup" aku mengecup bibir suamiku sekilas. Dan menciumi tangannya.

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam, hati-hati kerjanya sayang"

"Iya"

******

Rusun Blok Griya ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang