09

875 116 25
                                    

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Mama, Juan" Ucap Wendy saat melihat keberadaan Mama dan juga Juan.

Wendy menciumi tangan Mama Chaca dan tak lupa mencium pipi kanan dan pipi kiri. Sama halnya juga, Juan yang menyalami tangan Wendy dan juga Yogi. Mata Mama Chaca dan Yogi bertemu, sedetik kemudian Yogi mengalihkan pandangannya ke telivisi yang memang ada di dalam ruang inap.

"Yogi" Panggil Mama Chaca menghampiri brankar Yogi. Menatap sendu putranya, lagi-lagi ia tak bisa menahan air matanya saat bertemu Yogi.

"Bagaimana keadaanmu nak? Mama sangat khwatir saat Juan mengatakan kamu jatuh dari tangga dan kamu dipukul oleh Gyuta" Mama Chaca duduk menatap Yogi, ia ingin sekali mengelus rambut Yogi bahkan memeluk Yogi. Sedangkan Yogi bersikap acuh, dia tetap fokus pada Telivisi.

Wendy dan Juan hanya menyaksikan Mama dan Kakaknya. Dia ingin marah saat Yogi bersikap cuek terhadap mamanya. Saat Juan ingin berbicara, namun sudah didahulukan Wendy.

"Kak Yogi, mama menanyakan kabar kakak itu. Dijawab dong kak" Wendy memghampiri Yogi dan mengelus pipi Yogi.

"Aku baik" Ucap singkatnya

"Oh ya, mama bawa makanan kesukaanmu, ayam kecap. Kamu mau coba?" Tanya Mama Chaca sambil membuka box makanan yang dibawanya dari rumah.

"Aku sudah makan" ketus Yogi.

"Wen, mama juga bawa buat kamu. Kamu pasti belum sarapan kan?" Tanya Mama Chaca memberikan box satunya lagi ke Wendy. Wendy mengiyakan, karena memang iya belum sarapan.

"Makasih mah"

"Boleh, mama bicara sama kamu Wen" Ucap Mama Chaca menghampiri Wendy lalu mengajaknya keluar.

Setelah mama dan Wendy keluar. Juan menghampiri Yogi.

"Kak, kakak masih marah sama mama?" Pertanyaan Juan membuat Yogi menatapnya tak suka.

"Kakak harus tau, mama itu rela diusir dari rumah hanya untuk menemui kakak" Ucapan Juan, membuat Yogi mengeryit bingung.

"Tadi pagi, mama dan papa bertengkar. Mama dilarang untuk menemui kakak, tapi mama tetap keukeh. Sampai pada akhirnya, mama ditampar dan diusir. Aku juga angkat kaki dari rumah itu" Ucap Juan menunduk, mencoba agar Yogi tak melihat air matanya. Juan menangis, mengingat bagaimana mamanya diperlakukan kasar oleh papanya.

"Mama lebih memilih kakak dibandingkan papa. Jadi, kakak harus bisa maafin mama" lanjut Juan dengan masih menunduk.

"Lalu sekarang kalian akan tinggal dimana?" Yogi bertanya dengan nada serak. Juan menggeleng.

Yogi membuang nafas kasarnya, ia tahu pasti Juan dan Mamanya tak punya apa-apa, karena semua fasilitas diambil oleh papanya.

"Kalian tinggallah, dirumahku" Ucapan Yogi membuat Juan menatap wajahnya. Yogi terkejut karena Juan menangis.

Yogi tersenyum dan mengacak rambut adiknya,
"Hapus air matanya"

"Kak, beneran kita boleh tinggal dirumah kakak?" Ucap Juan menatap tak percaya.

"Iya, memangnya kalian mau tinggal dimana. Ngontrak? Tinggal di apartament. Gak usah, tinggal saja sama kakak. Dan kak Wendy juga pasti setuju" Kata Yogi menatap Juan.

"Sebenarnya sih, aku punya uang diatm kak. Tetapi atas nama kakak" Kata Juan nyengir.

"Maksudnya?"

"Jadi, kemarin itu aku sedang buat atm baru atas nama kakak. Jadi, uang atm atas namaku yang satunya aku pindahin ke atm atas nama kak Yogi. Dan juga tadi papa minta mobil yang sering aku pakai. Aku bantah saja, jadi mobil itu masih aku bawa. Yah, jadi aku sama mama gak gembel-gembel bangetlah keluar dari rumah" Kata Juan nyengir membuat Yogi terkekeh geli mendengarnya.

Rusun Blok Griya ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang