Follow instagram aku yaaa @apriliawidy_
And jangan lupa follow akun wp aku😚Happy reading guysss❤
*****
Seharian itu, Aluna senang berada di rumah Om Eric. Keluarganya sangat ramah. Apalagi Tante Ratna.
Hari ini, Aluna harus tetap berangkat sekolah meski ia sudah beberapa kali membujuk Bunda untuk tidak berangkat sekolah dengan alasan sakit. Huh jangan harap Bunda izinin!
"Ayolah Bun, Aluna pusing banget. Nggak usah berangkat sekolah dulu ya," bujuk Aluna.
Punggung tangan Bunda menempel di kening Aluna. "Nggak panas gini kok bilang sakit. Nggak usah bohong. Udah buruan mandi terus turun sarapan."
"Sekali aja ya Bun, please!" bujuk Aluna lagi.
"Nggak bisa. Hari ini harus tetep berangkat sekolah TITIK," ucap Bunda dengan memberi penekanan pada kata "titik".
Kalau sudah kayak gini pasti nggak bakal bisa bujuk Bunda meski pakai seribu alasan sekalipun. Nggak akan pernah di izinin. Inget ya, Ngak akan pernah!
Aluna menghela nafas pelan. Bujukannya sia-sia. "Yaudah deh iya Luna berangkat."
Dengan langkah berat gadis itu berjalan ke kamar mandi. Padahal ia malas banget pergi sekolah. Aluna sampai tak sadar bahwa ia sudah setengah jam lebih di kamar mandi. Setelah sekian lama di dalam kamar mandi, akhirnya ia keluar juga.
Aluna segera mengenakan seragam sekolahnya.
"Jam berapa ya?" tanya Aluna entah pada siapa.
Aluna melirik ke arah jam dinding. Jam dinding itu menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit.
"Hah, lima belas menit lagi jam tujuh? Wahhh gawat. Bisa telat aku," ucap Aluna seraya menepuk jidatnya.
Aluna segera turun ke bawah dan pergi menyalami Bundanya.
"Bun, Ayah sama Bang Ardan mana?" tanya Aluna.
"Udah berangkat. Kamu sih kelamaan. Tadi udah Bunda suruh nungguin kamu, tapi katanya Bang Ardan ada urusan sama ketua kelasnya. Yaudah deh, akhirnya mereka berangkat duluan," jelas Bunda.
"Yaudah deh, Bun. Luna berangkat dulu ya. Dadah Bunda," ucap Aluna buru-buru.
Aluna terpaksa berangkat sekolah naik bis. Mau gimana lagi? Udah gitu bisnya lama banget nggak datang-datang. Eh, pas ada yang datang malah jalannya lama banget kayak siput. Percuma juga sih Aluna buru-buru. Toh, ia juga telat sampai sekolah. Akhirnya terpaksa deh harus menunggu di luar gerbang.
Seorang cowok datang dengan santainya. Ia bersender di depan pintu gerbang seraya memainkan ponselnya.
Cowok itu Langit. Ya, Langit Davendra.Aluna terus-terusan memperhatikan cowok itu.
Langit merasa dirinya diperhatikan. "Apa liat-liat?" tanyanya.
"Ng...nggak apa-apa kok. Lagian siapa yang ngeliatin kamu," ucap Aluna sok jual mahal.
"Mmm kayaknya kita pernah ketemu deh. Tapi di mana ya?" ucap Aluna mencoba mengingat-ingat.
"Ups sorry, gue nggak inget," ucap Langit.
Kelihatan banget kalau Langit bohong. Padahal aslinya, dia ingat banget sama cewek satu ini. Cewek yang pernah menabraknya sewaktu berjalan di koridor. Tak sadar, sudut bibir Langit sedikit terangkat.
"Namaku Aluna," ucap Aluna memperkenalkan diri. Gadis itu mengulurkan tangannya. Langit sama sekali tak memperdulikannya.
Aluna mengehela nafas pelan. Selang beberapa detik, gadis itu menarik kembali uluran tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET
Teen Fiction"Tidak semua orang yang kita sayang akan selamanya menjadi milik kita. Ada kalanya seseorang itu pergi jauh dan tak akan pernah kembali. Kini aku mengerti, aku harus ikhlas melepas dia pergi. Tapi, ada satu hal, bahwa aku akan tetap mencintaimu." ~L...