1

30.1K 1.6K 20
                                    


Oh Sehun, seorang direktur Oh Corp yang juga menjabat sebagai ketua mafia di balik panggung bisnis. Orang awam hanya tau jika ia adalah seorang yang dingin, tidak banyak berkomentar dan juga seorang yang kaya raya karena merupakan putra tunggal dari pendiri Oh Corp. Namun dibalik itu semua, Sehun begitu orang menyapa, merupakan seorang ketua mafia yang sangat disegani. Di usianya yang terbilang cukup muda yaitu 25 tahun, ia sudah mampu menguasai pasar senjata di Asia dan Eropa. Jangan lupakan juga bisnis gelapnya yang lain seperti narkoba dan juga prostitusi, ia mampu mengendalikan itu semua seorang diri. Bahkan di negara kelahirannya Korea, tidak ada yang berani menyentuhnya. Selain karena ia merupakan pembayar pajak tertinggi, para petinggi negara tentu sudah tau siapa Sehun di depan ataupun di belakang dunia bisnis ini. Jadi, wajar saja jika ia mampu membungkam seluruh mulut kepolisian serta pemerintahan di negara kelahirannya.

Dua tahun terakhir ini Sehun tinggal di Amerika, sesekali ia akan mengunjungi Korea untuk keperluan perusahaan, selebihnya ia mengontrol segala hal melalui laptop dan jangan lupakan sekretaris pribadinya, Choi. Orang tua? Sehun sudah tidak memiliki orang tua sejak tragedi kecelakaan yang telah merenggut nyawa mereka 3 tahun silam.

Pagi ini, Sehun tengah sarapan seperti biasa di rumahnya. Sendiri? Tentu saja ia sendiri, ia tidak berharap ada yang menemani sarapannya pagi ini.

"Tuan..." Seseorang, yang tak lain adalah Choi baru saja menghampiri Sehun yang akan mengangkat sendokan pertamanya.

Tanpa menjawab, Sehun hanya melirik Choi setelah meletakkan kembali sendok perak di tangan, menghela nafas panjang berharap jika ini adalah berita yang sangat penting atau ia berjanji akan menghukum Choi jika berani menganggu sarapannya hanya dengan kabar tidak bermutu.

Choi membungkukkan tubuhnya sebelum mulai menjelaskan hal yang menjadi penyebab kedatangannya di tengah sarapan Sehun, "Saham cabang perusahaan di Korea mengalami kemerosotan 25% karena berita skandal salah satu artis yang kita pakai sebagai model iklan produk terbaru."

Sehun memejamkan kedua manik hitam legamnya guna mencoba mencari ketenangan, "Apa sudah ada usaha? Haruskah aku yang turun tangan? Aku membayarmu mahal untuk mengurus semuanya Choi..."

Tanpa mengurangi rasa hormatnya Choi memberikan jawaban, "Saya sudah menghubungi kantor, tetapi kepala departemen marketing sedang mengambil cuti"

"Cuti? Untuk?"

"Beliau ada di Amerika, mengambil cuti tahun ini untuk berlibur Tuan..."

"Aku menyuruh dia karena aku ada di Amerika dan dengan santainya ia berlibur ke Amerika?" Sehun menghela nafasnya mencoba menahan emosinya, ini masih cukup pagi untuk merusak moodnya, "Pecat dia, urus pesangonnya lalu habisi, aku mau mendengar berita kematiannya besok pagi, ah tidak..." Sehun tampak memiringkan kepalanya seolah mencari hari yang tepat, "Siang ini. Aku mau beritanya siang ini." Sehun menganggukkan kepalanya, seolah itu adalah ide yang terbaik. "Dan kita ke Korea setelah pekerjaan hari ini selesai. Siapkan mobil, sekarang." Lanjutnya.

Sehun hendak berdiri saat melihat Choi masih di tempat, tidak kunjung pergi dari sana, membuat Sehun kembali duduk dan bertanya,  "Apalagi?".

"Penagihan untuk pembayaran dari perusahaan X di Jepang mengalami masalah, kami belum bisa menemukan direktur utamanya." Sehun menghela nafasnya kasar, "Kita ke Jepang lusa, atur semuanya." Sehun berdiri dengan kasar, hingga kursinya mundur beberapa inchi dari tempat awal.

Moodnya sudah mulai memburuk, mendengar runtutan berita buruk di pagi hari sudah menghilangkan selera makannya.

Sehun melangkah keluar, di ikuti oleh Choi di balik punggungnya. Choi baru berjalan mendahului Sehun saat hendak membukakan pintu mobil hitam yang sudah terparkir di depan pintu utama.

Sehun menghentikan langkahnya saat Choi membuka pintu, "Bukankah sekarang masih booming boyband ataupun girlband di Korea?" Tanya Sehun tepat didepan pintu yang terbuka, membuat Choi yang awalnya menunduk, langsung mengangkat sedikit wajahnya menandakan ia mendengar pertanyaan Sehun tersebut.

"Benar Tuan," jawab Choi tanpa mengurangi sikap hormatnya pada Sehun.

"Cari idol yang mampu mempertahankan eksistensinya selama beberapa tahun terakhir di Asia, bukan hanya Korea. Aku tunggu hingga siang nanti untuk referensi nya." Setelah mengakhiri kalimatnya, Sehun kembali melangkah masuk kedalam mobil.

Hari ini kegiatan Sehun dimulai dengan menghadiri sebuah undangan dari universitas sebagai salah satu pembicara dalam seminar yang mengusung tema, Pendapat Pebisnis Muda. Selanjutnya ia harus menghadiri pelelangan senjata ilegal disebuah hotel sebelum ia pergi makan siang bersama pelanggan setianya dalam bidang prostitusi. Semuanya berjalan sesuai rencana yang telah di atur Choi hingga detik sebelum sesuatu yang buruk terjadi, sebuah sumber kemarahan Sehun.

Dor!

Dor!

Dor!

Suara tembakan menggema di dalam sebuah gudang yang sering  digunakan Sehun dan anak buahnya untuk melakukan transaksi. Kali ini Sehun mengarahkan pistolnya bukan pada pesaing, melainkan kepada salah seorang anak buahnya sendiri yang sudah berani membawa kabur narkoba milik Sehun. Narkoba itu seharusnya dikirim ke China, namun karena kebodohan lelaki yang sudah tidak bernyawa itu, pengiriman harus tertunda.

Sebenarnya, lelaki itu sudah meninggal sejak tembakan pertama yang terarah pada keningnya, namun demi melampiaskan kemarahan Sehun, ia tetap melepaskan tembakan.

Dor!

Itu adalah tembakan ke empat dan juga yang terakhir sebelum Sehun menurunkan lengannya.

"Haaah... Membuang waktu..." Sehun menyodorkan pistol itu kepada Choi sebelum berbalik dan bertanya pada Choi, "Sebarkan kematiannya pada yang lain. Jika ada yang berani bermain-main lagi, aku tidak segan-segan melakukan hal lebih..." ujarnya sebelum melangkah meninggalkan Choi.

Hal lebih apalagi selain kematian? Sehun tentu punya pemikirannya sendiri.

Sehun tengah melangkah menuju mobil, saat ponselnya berdering. Sehun yang sudah menghentikan langkah langsung mengeluarkan ponsel yang sebelumnya berada di saku bagian dalam jas berwarna cokelat.

"Yak, Brengsek!!!!" Terdengar teriakan seorang pemuda dari seberang panggilan bersamaan ketika Sehun tengah bertanya, "Ada apa?".

Teriakan itu cukup kencang hingga membuat Sehun sedikit menjauhkan benda persegi itu dari telinganya.

"Aku sudah menunggumu selama satu jam!!! Dimana kau sialan!?!" Pemuda itu masih berbicara dengan nada tinggi, membuat Sehun memutar mata malas. Tanpa mengatakan apapun, ia langsung memutus panggilan yang berasal dari Chanyeol, seperti itulah nama yang tertulis di ponsel tersebut.

Ia berbalik arah, terlihat Choi berjalan sedikit terburu-buru untuk mengejarnya.

"Apa Chan akan menumpang menuju Korea?" Tanya Sehun begitu melihat Choi sudah semakin dekat dengan ia berdiri.

"Maaf tuan jika saya lancang, beliau memaksa ingin kembali bersama anda..." tanpa mengurangi rasa hormatnya, Choi menjawab dengan sopan saat ia sudah berhenti di depan Sehun.

Sehun menghela nafasnya, bukan ia ingin menghindari Chan yang merupakan temannya itu. Hanya saja, bertemu dengan Chan di tempat umum sama saja dengan membuat media sosial penuh dengan fotonya. Chanyeol atau yang biasa di sebut Chan oleh Sehun adalah seorang aktor di Korea dan sedang melakukan pengambilan gambar di Amerika, disisi lain ia merupakan seorang teman semasa sekolah bersama Sehun.

Meskipun Chanyeol selalu menyebut Sehun sebagai keluarga, Sehun sendiri menolak menyebut Chan dengan hal yang sama. Menurut Sehun, Chan itu hanyalah seorang teman, tidak lebih.

"Jika sampai disana ada banyak media, aku akan membunuhmu..." Desis Sehun pada Choi yang masih berdiri di hadapannya, ia benci dengan media dan tempat umum.

Hal yang paling Sehun benci dari tempat umum adalah harus memasang muka ramah, tidak seperti dia yang sebenarnya.
.
.
.

.TEBECEH.

Mafia vs Idol (SeKai) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang