7

11.7K 1.1K 95
                                    

Plakk!!

Plakk!!

Tamparan yang cukup keras baru saja di dapat oleh Choi saat ia berhadapan dengan Sehun, bahkan dapat terlihat setetes cairan darah segar di ujung bibirnya serta pipi yang memar. Pagi ini ia tengah berjalan menyusuri lorong hotel menuju kamar Jongin, ingin mengatakan pada Jongin dan Sehun jika mobil sudah siap menuju bandara. Namun, belum sempat ia sampai di kamar Jongin, Sehun sudah menghentikan langkahnya dan langsung memberikan tamparan yang cukup keras ke arah pipi miliknya, bukan hanya satu tapi dua buah.

"Apa aku menyuruhmu mengambil ponsel Jongin? Beraninya kau mengambil ponsel Jongin tanpa ijin dariku lebih dulu?" Teriak Sehun dengan kedua tangan yang sudah meraih kerah Choi. Sehun tidak peduli dimana mereka sekarang, bahkan jika ada yang merekam kejadian tersebut atau ada orang yang melihat perlakuan tersebut

"Maaf tuan... Saya.."

"Maaf?" Potong Sehun dengan nada lebih tinggi.

Brakkk!!

Sehun mendorong Choi hingga tersungkur ke lantai, "Sekali lagi kau berani bertindak tanpa persetujuanku. Aku tidak segan untuk membunuhmu!"

"Maaf Tuan... Saya tidak akan mengulanginya..." Choi yang sudah kembali berdiri langsung menyerahkan ponsel milik Jongin yang ia simpan di saku jasnya kepada Sehun.

"Kenapa kau mengambilnya?" Tanya Sehun setelah mengambil alih ponsel Jongin.

"Saya khawatir jika beliau akan menghubungi anggota lain di dorm semalam." Ujar Choi tanpa mengurangi rasa hormatnya, Sehun mengangguk mengerti dan berbalik meninggalkan Choi.

"Tuan, mobilnya sudah siap..." Ujar Choi yang melihat Sehun hendak meninggalkannya.

"Jongin sedang makan" Singkat Sehun yang tetap melangkah menuju kamar Jongin.

Saat Sehun memasuki kamar Jongin, si pemuda manis itu tengah memakan sandwichnya. Terlihat bagaimana kedua pipi gembil miliknya bergerak naik - turun karena penuh dengan makanan didalam mulut. Kedua mata bulatnya fokus dengan televisi, hingga tidak menyadari bagaimana Sehun masuk dan berjalan mendekat.

Sehun duduk didekat Jongin, meletakkan ponsel miliknya ke atas meja, membuat Jongin yang awalnya fokus dengan televisi hingga tidak menyadari kehadiran Sehun langsung melompat terkejut.

"Apa anda sudah lama?" Tanya Jongin dengan mulut penuhnya.

Sehun menggelengkan kepalanya, kedua matanya masih fokus dengan bibir penuh Jongin. Tampak ada potongan kecil roti di ujung bibirnya, dengan lembut Sehun membersihkan ujung bibir Jongin sebelum menjilat ibu jari yang ia gunakan untuk mengelap  bibir si manis itu. "Aku baru tiba, makan pelan - pelan dan ingat untuk tidak terlalu formal denganku." Sehun mengucapkannya dengan lembut tanpa melepaskan pandangan kepada pemuda yang berada dihadapannya.

Jongin tampak sedikit terkejut dengan perlakuan Sehun sebelum menjawab, "Emmm... Maaf..." Jongin menunjukkan senyumnya, meraih ponsel yang sudah ia rindukan karena semalam tidak bisa menyentuh benda persegi tersebut.

"Apa makananmu sudah habis?" Tanya Sehun yang dijawab anggukan kepala oleh Jongin tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel hitam didalam genggamannya.

"Kita berangkat sekarang..." Ujar Sehun yang mengambil ponsel Jongin, membuat Jongin membulatkan kedua mata karena terkejut. Dan tanpa ia sadari bibirnya sudah mengerucut menggemaskan, "Aku baru memegangnya. Bahkan belum lima menit. Bisa anda memberikannya lagi?"

"Tidak"

"Saya mohon..."

"Ayolah Tu- eh" Jongin ingat jika Sehun melarangnya menggunakan bahasa formal.

"Tidak" Sehun berdiri dari duduknya berjalan menuju pintu kamar, mengabaikan permohonan Jongin.

"Aku mohon, hyung~" Rengekan Jongin akhirnya keluar, membuat Sehun menghentikan langkahnya. Ternyata, bukan hanya anggota dorm yang tidak dapat mengabaikan rengekan Jongin. Sehun yang biasa bersikap tidak peduli pun mampu luluh dengan suara rengekan si manis tersebut.

"Aku janji akan menjadi anak yang baik, bisakah aku meminta ponselku kembali? Aku mohon~" Ujar Jongin yang sudah berdiri di balik punggung tegap milik Sehun, bahkan ia kembali merengek di akhir kalimatnya.

Sehun berbalik sebelum menyodorkan kembali ponsel Jongin, "Ayo pergi sekarang!".

Jongin mengangguk dengan semangat bersamaan kedua tangan yang menerima ponselnya kembali. Bahkan, kedua matanya sudah berbinar menatap ponsel yang sudah dikembalikan oleh Sehun. Seolah bayi yang menemukan mainan baru, ia tampak semangat sekali hingga tidak menyadari Sehun yang menatapnya dengan takjub.
.
.

"Tuan Choi, kenapa pipimu merah?" Tanya Jongin yang berpapasan dengan Choi saat hendak keluar dari mobil.

Meskipun Jongin, Sehun dan Choi berada dalam satu mobil. Namun, Jongin tidak terlalu memperhatikan muka Choi sebelumnya hingga ia baru menyadari jika pipi Choi sedikit memar saat ia turun dari mobil.

"Tidak apa Tuan, hanya sedikit insiden." Choi mengucapkannya dengan sopan, Sehun yang melihat sedikit keramahtamahan itu langsung meraih pinggang Jongin, "Sebaiknya kita segera berjalan..." Jongin sempat menegang, ia berjalan sedikit menjauh dari Sehun.

Tingkah Sehun tersebut membuat Jongin sedikit takut. Ia merasa tidak nyaman dengan sikap Sehun, jadi untuk menghindarinya secara halus, Jongin berjalan lebih dulu.

Sehun menyadari jika Jongin menghindarinya, ia mencoba diam dan tidak memprotes tersebut.

Jongin dan Sehun terbang ke Jepang pagi itu. Selama penerbangan, Jongin sibuk bermain ponsel yang kemudian menjadikan Sehun kesal karena merasa diabaikan.

"Harusnya aku membiarkan Choi mengambil ponsel itu lebih lama" Batin Sehun yang kesal karena Jongin benar-benar mengabaikan dia selama di penerbangan.

Sesampainya di Jepang, rombongan Jongin langsung menuju ke sebuah hotel yang sudah dipesankan oleh Choi.

"Obati memarmu! Aku tidak suka Jongin memperhatikan orang lain!" Ujar Sehun saat Jongin sudah berjalan lebih dulu.

"Baik Tuan..." Choi kemudian melangkah lebih dulu menyusul Jongin, memberikan arah padanya dimana kamar mereka.

Choi hanya memesan satu kamar utama untuk Jongin dan Sehun dengan alasan jika semua kamar sudah penuh dan tersisa 1 kamar besar untuk keduanya.

"Maafkan saya Tuan, tetapi karena penuh dan mendadaknya kita dalam pemesanan kamar. Anda berdua harus menginap di kamar yang sama." Ujar Choi saat sudah berhenti didepan sebuah pintu.

"Apa tidak ada hotel lain? Kamar lain?" Tanya Jongin, ia masih merasa tidak nyaman dengan Sehun.

"Maafkan saya Tuan..." Choi memberikan keycard yang pada akhirnya langsung diambil alih oleh Sehun.

Jongin mengerucutkan bibirnya merasa kecewa, "Bagaimana jika Tuan Choi yang bersama Tuan Sehun dalam satu kamar? Aku akan tinggal di kamarmu? Tidak masalah jika kamar itu kecil" Saran Jongin membuat Choi melirik ke arah Sehun. Choi berharap Sehun tidak meluapkan emosinya hari ini juga. Namun, hal yang paling dikhawatirkan oleh Choi terjadi saat itu.

Sehun yang mendengar permintaan Jongin langsung menarik lengan si pemuda menggemaskan itu untuk masuk ke dalam kamar yang sudah terbuka.

Brakk!

Dengan kasar Sehun membanting pintu setelah membawa Jongin masuk kedalam kamar.

"Ganti pakaian dan istirahatlah..." Ujar Sehun dengan nada dingin sembari melangkah pergi, mengabaikan Jongin yang masih mematung karena terkejut.
.
.
.

TEBECEH

Mafia vs Idol (SeKai) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang